BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pada dasarnya, pasar modal hampir sama dengan pasar lainnya.
Yang membedakan pasar modal dengan pasar
lainnya adalah dalam hal komoditas yang
diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, karena yang diperjual belikan adalah dana-dana jangka
panjang, yaitu dana yang keterkaitannya
dalam investasi lebih dari satu tahun (Lubis, 2008:7).
Para investor lebih
mudah untuk berinvestasi melalui pasar modal. Setiap modal atau
dana yang akan diinvestasikan selalu mengaitkan antara resiko dengan hasil yang akan diperoleh. Oleh
karena itu, para investor yang akan
berinvestasi selalu memperhatikan dan menganalisa dengan cermat dan teliti kondisi perusahaan dimana investor
tersebut akan menanamkan modalnya.
Kinerja perusahaan yang baik atau buruk pasti akan direspon para investor di pasar modal dan hal tersebut akan
mempengaruhi keputusan investor untuk
berinvestasi.
Dalam hal
menganalisis sebuah perusahaan, investor dapat menggunakan laporan keuangan untuk menilai kondisi
perusahaan. Laporan keuangan melaporkan
apa yang sebenarnya terjadi pada aset, laba, dan dividen selama beberapa tahun terakhir. Di
setiap peristiwa, informasi yang terkandung
dalam sebuah laporan keuangan akan digunakan oleh para investor untuk membantunya membuat ekspektasi
tentang laba dan dividen di masa
mendatang.
Tujuan utama
perusahaan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan dan memaksimalkan keuntungan pemilik
perusahaan. Keuntungan perusahaan
tercermin dalam laba bersih pada laporan keuangan, sedangkan keuntungan pemilik perusahaan lebih spesifik
lagi tercermin dalam laba untuk pemegang
saham biasa atau disebut sebagai Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham.
EPS adalah salah
satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham biasa disamping PER (Price
Earning Ratio) dalam lingkaran keuangan (Fabozzi, 2000 : 859). EPS
atau laba per lembar saham adalah
tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan
operasinya. EPS dapat dihitung dengan
membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dengan jumlah saham yang beredar selama periode
perhitungan dilakukan. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning
per share yang besar, karena hal ini
merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan (Syamsudin, 2009:66). Laba per lembar saham
(Earning per share – EPS) menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba untuk setiap lembar sahamnya.
Secara umum ada dua faktor yang bisa
mempengaruhi besar kecilnya tingkat EPS,
yakni struktur modal dan tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak. Kedua faktor tersebut pada dasarnya
sama-sama menekankan pada alternatif
sumber pendanaan melalui hutang atau modal pinjaman, dimana perubahan dalam penggunaan hutang akan
mengakibatkan perubahan laba per lembar
saham, dan juga mengakibatkan perubahan harga saham perusahaan (Brigham & Houston, 2006:17).
Perusahaan yang
menggunakan lebih banyak leverage keuangan (daripada yang kurang) akan mengalami
perubahan yang relatif besar dalam pendapatan
per lembar sahamnya. Efek Leverage berhubungan dengan tingkat pendapatan per saham pada EBIT tertentu dengan
struktur modal tertentu.
Perusahaan
sebaiknya terlebih dahulu menganalisa sejumlah faktor dan kemudian menetapkan struktur modal yang
optimal agar tingkat pengembalian optimum.
Struktur modal yang optimal diperkirakan dengan identifikasi target rasio hutang (Keown, 2000:584).
Semakin besar
Leverage keuangan yang digunakan perusahaan, kemungkinan untuk mendapatkan pengembalian
yang lebih tinggi, tetapi di sisi lain
dengan adanya pengembalian yang tinggi, resiko keuangan yang akan ditanggung oleh pemegang saham pun juga akan
semakin tinggi. Oleh Karena iyu, maka
diperlukan suatu struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan dengan risiko yang dapat diterima
(Warsono, 2003:238).
Perubahan dalam pengunaan
hutang pada sebuah perusahaan akan menyebabkan
terjadinya perubahan pada laba per lembar saham (Earning Per Share) dan juga perubahan resiko. Motivasi
utama perusahaan memperoleh pendanaan
melalui hutang adalah potensi biaya yang lebih rendah, hal tersebut dikarenakan bunga yang merupakan biaya modal
pinjaman memiliki jumlah yang tetap, dan
jika biaya bunga lebih kecil daripada pengembalian yang diperoleh dari pendanaan hutang, maka selisih
lebih atas pengembalian akan menjadi
keuntungan bagi perusahaan, selain itu bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi laba sebelum pajak, sedangkan
dividen tidak, dampaknya pada beban
pajak yang ditanggung perusahaan akan lebih kecil sehingga pada akhirnya laba bersih yang tersedia untuk
pemegang saham akan semakin besar atau
dengan kata lain akan tercipta EPS yang maksimum.
Rasio leverage
keuangan menilai sejauh mana perusahaan menggunakan
utang yang dipinjam. Leverage keuangan
adalah penggunaan sumber dana
yang memiliki beban tetap dengan harapan akan memperoleh tambahan keuntungan yang lebih besar daripada
beban tetapnya sehingga akan meningkatkan
keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Leverage keuangan dengan demikian menunjukkan perubahan
laba per lembar saham (EPS) sebagai
akibat dari perubahan EBIT (Sjahrial, 2009:154). Alasan mengapa perusahaan melakukan pendanaan melalui
utang (Brigham dan Houton, 2006:101)
adalah : 1. Karena beban dapat menjadi
pengurang pajak, pengunaan utang akan menurunkan
tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi perusahaan yang tersedia bagi para investornya.
2. Jika
laba operasi dinyatakan dari aktiva ternyata melebihi tingkat bunga atas pinjaman, seperti yang biasa
terjadi, maka sebuah perusahaan dapat menggunakan utang untuk memperoleh
aktiva, membayar bunga atas utang, dan
masih memiliki sisa sebagai bonus bagi
para pemegang sahamnya.
Debt to Total Asset
Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt To Total Asset Ratio, dan Long Term
Debt To Equity Ratio merupakan bagian dari
rasio leverage keuangan. Debt to Total Asset Ratio menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan
dengan menunjukkan persentase aktiva
perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Semakin kecil rasio ini berarti semakin kecil jumlah
modal pinjaman yang digunakan untuk
membiayai aktiva perusahaan. Debt to Equity Ratio adalah rasio utang yang menunjukkan hubungan antara jumlah
pinjaman yang diberikan kreditur dengan
jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Long Term Debt to Total Asset Ratio adalah rasio
yang menggambarkan besarnya tingkat
penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total aset yang dimiliki.
Long Term Debt To Equity
Ratio adalah rasio yang memperbandingkan proporsi utang jangka panjang
dengan ekuitas saham biasa. Semakin
tinggi rasio LDER, maka semakin besar risiko yang ditanggung para pemegang saham.
Rasio-rasio tersebut
merupakan rasio yang banyak digunakan sebagai indikator risiko keuangan dan struktur modal
perusahaan (Warsono, 2003:36).
Pihak manajemen
berharap bahwa rasio leverage ini besar karena rasio DAR, DER, LDAR, dan LDER yang besar
mengindikasikan tingkat utang yang tinggi
sehingga akan mengurangi beban pajak yang akan menguntungkan bagi perusahaan. Rasio-rasio tersebut merupakan
rasio yang sering dijadikan indikator
risiko perusahaan dan struktur modal perusahaan Subjek penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan emiten sektor makanan
dan minuman yang terdaftar di BEI. Dalam menjaga kelangsungan Hidup perusahaan, perusahaan di sektor makanan
dan minuman harus lebih sering melakukan
inovasi dan ekspansi yang dalam hal ini berarti perusahaan membutuhkan modal yang lebih besar, alternatif
penggunaan hutang untuk mendapatkan
modal adalah yang paling sering dilakukan karena memiliki beberapa keunggulan penting. Selain itu,
Perusahaan makanan dan minuman merupakan
perusahaan yang memiliki prospek yang sangat bagus di Indonesia.
Penyebabnya adalah bahwa hasil dari industri makanan dan minuman sangat digemari oleh masyarakat
Indonesia dan sebagian produk yang
dihasilkan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Industri makanan dan minuman juga merupakan salah satu industri
yang cenderung diminati oleh investor
sebagai salah satu target investasinya Adapun kinerja keuangan dari perusahaan
sektor makanan dan minuman berdasarkan
laporan keuangan periode dua tahun terakhir dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 1.1 Data Debt to Total Asset Ratio
(DAR), Debt to Equity (DER), dan Earning
Per Share (EPS) Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI periode 2008-2009 Perusahaan
DAR DER LDAR
LDER EPS 2008 2009
2008 2009 2008
2009 2008 2009
2008 2009 AISA 55
61 144 191
25 39.9 65
125 17 26 CEKA
2.7 0,4 6,9
0,8 2,7 0.4
6,9 0,8 94 166
DAVO 70
74 379 466
71 74 379
466 -41 -18,28 FAST
0,8 0,6 1,3
0,95 0,09 0.12
0,2 0.2 281
408 INDF 42 42
192 167 18
26 84 104
118 236 JPFA 51
41 226 118
32 25 143
7,3 170 393 MYOR
34 29 79
60 25,6 21
60 44 156
485 PSDN 39 40
121 113 25,7
7.01 79 19,8
6,56 23 SIPD 15
17 20 24
0,15 0.78 0,2
1,1 2,90 3,96 SKLT
20 21 39
36 15,7 12.6
31 22 6,2
15,8 SMAR 22 23
47 49 4,3
11 9,4 24
364 261 TBLA 37
42 117 117
25,8 21.7 81
60 15 33 ULTJ
1,8 16 28
23 0,8 7.96
13 12 105 21
Sumber : www.idx.co.id, 14 agustus 2010 Data pada tabel 1.1 memperlihatkan
variabel DAR, DER, LDAR, LDER dan EPS
selama tahun 2008 hingga tahun 2009 mengalami fluktuasi setiap tahunnya pada tiga perusahaan makanan
dan minuman yang terdaftar di BEI.
Kenaikan rasio-rasio leverage tersebut tidak selalu diikuti dengan kenaikan EPS dan penurunan rasio-rasio
leverage tidak selalu diikuti dengan penurunan
EPS pada perusahaan makanan dan minuman.
Dengan demikian
perlu diuji fenomena ini lebih lanjut melalui penelitian yang akan menganalisi pengaruh
Financial Leverage terhadap EPS pada
perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2005-2009.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
yang diuraikan , maka rumusan masalah penelitian
adalah : Apakah Financial Leverage
mempunyai pengaruh terhadap
Earning Per Share pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI ?.
C. Kerangka
Konseptual Earning per share merupakan
alat analisis tingkat profitibilitas perusahaan
yang menggunakan konsep laba konvensional, Earning Per Share adalah salah satu
pertimbangan sebelum berinvestasi. Perubahan dalam penggunaan utang akan menyebabkan terjadinya
perubahan pada laba per lembar saham
(Earning Per Share-EPS) dan juga perubahan resiko (Brigham dan Houston, 2006:17).
Leverage
keuangan adalah penggunaan sumber dana
yang memiliki beban tetap dengan harapan
akan memperoleh tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga
akan meningkatkan keuntungan yang
tersedia bagi pemegang saham. Dengan demikian alasan yang kuat untuk menggunakan dana dengan beban tetap
adalah untuk meningkatkan pendapatan
yang tersedia bagi pemegang saham. Leverage keuangan dengan demikian menunjukkan perubahan laba per
lembar saham (EPS) sebagai akibat dari
perubahan EBIT (Sjahrial,2009:154).
Debt to Total Asset
Ratio merupakan perbandingan antara
hutang lancar dan hutang jangka panjang
dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan
aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Debt
to Equity Ratio adalah rasio utang yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan kreditur
dengan jumlah modal sendiri yang
diberikan oleh pemilik perusahaan.
Long Term Debt To
Total Asset adalah rasio yang menunjukkan besarnya tingkat penggunaan hutang jangka
panjang dibandingkan denga total aset
yang dimiliki. Long Term Debt To
Equity adalah rasio yang memperbandingkan proporsi utang jangka panjang
dengan ekuitas saham biasa. Semakin
tinggi rasio LDER, maka semakin besar risiko yang ditanggung para pemegang saham (Warsono,
2003:239).
Berdasarkan uraian
di atas, maka kerangka konseptual dapat dibuat secara sistematis sebagai berikut : DAR ( X1 )
DER ( X2 ) EPS ( Y ) LDAR ( X3) Gambar
1.1 : Kerangka Konseptual Sumber :
Brigham dan Houston (2006), Sjahrial (2009), Warsono(2003), diolah D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah variable Financial Leverage mempunyai pengaruh terhadap Earning Per Share
( EPS ) pada perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di BEI.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan
masalah, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari Financial Leverage
dengan indikator Debt to Total Asset
Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt To Total Asset (LDAR) dan Long Term Debt to
Equity (LDER) terhadap Earning Per Share
(EPS) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI.
2. Manfaat Penelitian Manfaat di dalam
penelitian ini adalah : a. Bagi Penulis Penelitian
ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis di bidang Manajemen Keuangan.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya LDER ( X2 ) Sebagai bahan referensi yang dapat memberikan
perbandingan dalam melakukan penelitian
lebih lanjut.
c. Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi pihak lain, seperti
Investor, mahasiswa, atau masyarakat
umum yang ingin meningkatkan pemahaman tentang hal yang berkaitan dengan perolehan EPS.
F. Metodologi Penelitian 1. Batasan Operasional Variabel Batasan
operasional dalam penelitian ini terdiri atas hal-hal berikut ini: a.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua bagian, yaitu : 1) Variable independen (X) di dalam penelitian
ini adalah Debt to Total asset Ratio
(DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt To Total Asset Ratio (LDAR), Long Term
Debt To Equity Ratio (LDER).
2) Variable dependen (Y) di dalam penelitian ini
adalah Earning Per Share (EPS).
b. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006-2009.
2. Defenisi Operasional Defenisi operasional
dalam penelitian ini adalah : a.
Variabel Debt To Total Asset Ratio (X1) Debt to Total Asset Ratio merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah
seluruh aktiva diketahui.
Rasio ini
menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Rumus ( Van Horne,
2005: 209) : X 100% b. Variable Debt to
Equity Ratio (X2 Debt to Equity Ratio adalah rasio utang yang menunjukkan
hubungan antara jumlah pinjaman yang
diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri
yang diberikan oleh pemilik perusahaan.
) Rumus (Van Horne, 2005:209) : X 100% c.
Variabel Long Term Debt To Total Asset Ratio (X3 Long Term Debt to Total
asset adalah rasio yang menunjukkan besarnya tingkat penggunaan hutang jangka
panjang dibandingkan dengan total aset
yang dimiliki perusahaan.
) X 100% d. Variabel Long Term Debt To Equity Ratio (X4) Long Term Debt To Equity Ratio
adalah rasio yang memperbandingkan
proporsi utang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa. Semakin tinggi rasio LDER, maka
semakin besar risiko yang ditanggung
para pemegang saham (Warsono, 2003:239).
X 100% e.
Variable Earning Per Share (Y) EPS atau laba per lembar saham adalah
tingkat keuntungan bersih untuk tiap
lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya.
Rumus (Brigham dan
Houston, 2006:52) : 3. Populasi dan
Populasi Sasaran Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan emiten sektor makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI sejak tahun 2005
sampai dengan 2009. Penelitian menggunakan populasi sasaran. Kriteria perusahaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang memenuhi kriteria berikut ini : a. Perusahaan yang terus listing (tercatat) di
BEI mulai dari tahun 2005 sampai dengan
2009 b.
Perusahaan mempublikasikan laporan keuangannya yang telah diaudit menggunakan tahun buku berakhir 31
Desember c. Perusahaan menggunakan modal
pinjaman hutang Tabel 1.2 Jumlah Populasi Sasaran Berdasarkan Karakteristik Ditetapkan No
Karakteristik Populasi Sasaran
Jumlah 1 Industri yang termasuk
dalam sektor makanan dan minuman yang
terdaftar di BEI tahun 2005-2009 21 2
Perusahaan yang tidak mempublikasikan Laporan Keuangan selam tahun 2005-2009 (3) 3
Perusahaan yang tidak menggunakan modal pinjaman hutang (5) Jumlah populasi
sasaran 13 Sumber : www.idx.co.id (data
diolah) Adapun perusahaan yang termasuk dalam populasi sasaran dalam penelitian ini terdiri dari 13 perusahaan dari sektor makanan dan minuman. Nama-nama perusahaan yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 1.3 : Tabel 1.3 Nama-nama perusahaan yang diteliti No Kode Emiten
Perusahaan 1 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk 2 CEKA
PT Cahaya Kalbar Tbk 3 FAST Fastfood Tbk 4 DAVO
PT Davomas Abadi Tbk 5 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 6 JPFA
JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 7 MYOR
PT Mayora Indah Tbk 8 PSDN Pt Prasidha Aneka Niaga Tbk 9 SIPD
PT Sierad Produce Tbk 10
SKTL PT Sekar Laut Tbk 11 SMAR
PT Smart Tbk 12 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 13 ULTJ
PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk Sumber : www.idx.co.id , 14
Agustus 2010 4. Tempat dan Waktu
Penelitian Penelitian dilakukan di bursa Efek Indonesia (BEI) melalui media internet dengan menggunakan situs www.idx.co.id dan www.duniainvestasi.com mulai dari bulan Desember 2010 sampai dengan Februari 2011.
5. Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah
data sekunder yang meliputi laporan keuangan
perusahaan periode 2005 sampai
dengan 2009 yang diperoleh dari website www.idx.co.id ,
www.duniainvestasi.com serta buku-buku
referensi, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan topik bahasan.
6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik dokumentasi. Data dikumpulkan dari
berbagai sumber data yang relevan dengan
penelitian, yaitu melalui buku, jurnal, skripsi, dan data-data internet.
7. Metode Analisis Data Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode analisis statistik. Bila
dilihat dari tinjauan penelitian ini
yaitu ingin mengetahui pengaruh dari
Financial Leverage terhadap
Earning Per Share, maka metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
tahap-tahap sebagai berikut : a. Metode Deskriptif Metode analisis deskriptif
merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis
dan mengolah data-data yang tersedia sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta dan
hubungan antara fenomena yang diteliti.
b. Model Analisis Statistik 1. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Tujuan dari uji normalitas
adalah ingin mengetahui apakah distribusi
sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng.
Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri
atau menceng ke kanan (Situmorang et all.,
2010:91). Uji ini dilakukan melaui pendekatan
grafik dan pendekatan Kolmogorv-Smirnov.
b. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas
bertujuan untuk mengetahui apakah variabelvariabel bebas dalam persamaan
regresi berganda tersebut saling berkorelasi
atau tidak. Interprestasi menjadi tidak benar apabila terdapat hubungan linier antara variabel
bebas. (Situmorang et all., 2010:129).
Uji multikolinieritas menggunakan kriteria
Variance Inflation Factor (VIF) dengan
ketentuan: 1). Bila VIF > 5, artinya terdapat masalah multikolinieritas 2).
Bila VIF < 5, artinya tidak terdapat masalah multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan
menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya.
Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Situmorang
et all., 2010:113).
d. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas
pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah
grup mempunyai varians yang sama di antar anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini yang
seharusnya terjadi maka dikatakan
terjadi homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama maka dikatakan terjadi heteroskedastisitas (Situmorang et all., 2010:98) .
2. Analisis Regresi Linear Berganda Pada tahap ini dijelaskan hubungan antara
variabel dependen dan independen dengan
metode regresi linier berganda dengan rumus : Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana : Y = EPS (earning per share) a = konstanta X1 = DAR (debt to total asset
ratio) X2 = DER (debt to equity) b1 b = koefisien regresi variabel DTA 2 e = error = koefesien variabel DER c. Pengujian Hipotesis 1. Uji Simultan / Uji F Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah semua variabel bebas
berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujiannya
adalah : Ho : b1 = b2 = b3 = b4 Ha : b = 0, artinya tidak terdapat pengaruh
antara variabel DTA, DER, LDAR, LDER
secara bersama-sama terhadap EPS.
1 ≠ b2 ≠ b3 ≠
b4 Pada penelitian ini nilai F ≠ 0,
artinya terdapat pengaruh
antara variabel DAR, DER, LDAR,
LDER secara bersama-sama terhadap EPS.
hitung akan
dibandingkan dengan F tabel Kriteria
pengambilan keputusan : pada tingkat signifikan (α) = 5% Ho diterima jika F hitung < F tabel Ha
diterima jika F pada α = 5% hitung >
F tabel pada α = 5% 2. Uji Parsial / Uji
t Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara terpisah
(parsial). Adapun bentuk pengujiannya
adalah : H0 : b1 H =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel DAR
terhadap variabel EPS.
a : b1 H ≠
0, artinya secara
parsial terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan dari variabel DAR terhadap variabel EPS.
0 : b2 H =0,
artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel DER
terhadap variabel EPS.
a : b2 H ≠
0, artinya secara
parsial terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan dari variabel DER terhadap variabel EPS.
0 : b3 H =0,
artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel LDAR
terhadap variabel EPS.
a : b3 H ≠
0, artinya secara
parsial terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan dari variabel LDAR terhadap variabel EPS.
0 : b4 =0, artinya
secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel LDER
terhadap variabel EPS.
Ha : b4 Pada penelitian ini nilai t ≠
0, artinya secara
parsial terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan dari variabel LDER terhadap variabel EPS.
hitung akan
dibandingkan dengan t tabel Kriteria
pengambilan keputusan: pada tingkat signifikan (α) = 5% H0 diterima jika t
hitung < t tabel H pada α= 5% 0
ditolak jika t hitung > t tabel pada α= 5% d.
Koefisien Determinasi Nilai Adjusted R Square menunjukkan proporsi
variabel dependen yang dijelaskan oleh
variabel independen. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square maka akan semakin baik bagi model regresi variabel terikat juga semakin besar. Kelemahan mendasar dalam penggunaan koefisien determinasi adalah biasa
terhadap jumlah variabel independen.
Semakin banyak variabel independen ditambahkan
ke dalam model maka R square akan
meningkat walaupun variabel tersebut
tidak berpengaruh secara signifikan ke dalam
model. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R Square untuk mengevaluasi model (Situmorang et al, 2010:144).
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi