Rabu, 26 Maret 2014

Skripsi Manajemen: ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP EARNING PER SHARE PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN



BAB I PENDAHULUAN
 A. Latar belakang 
Pada dasarnya, pasar modal hampir sama dengan pasar lainnya. Yang  membedakan pasar modal dengan pasar lainnya adalah dalam hal komoditas  yang diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, karena  yang diperjual belikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang  keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun (Lubis, 2008:7).

Para investor lebih mudah untuk berinvestasi melalui pasar modal. Setiap modal atau dana yang akan diinvestasikan selalu mengaitkan antara  resiko dengan hasil yang akan diperoleh. Oleh karena itu, para investor yang  akan berinvestasi selalu memperhatikan dan menganalisa dengan cermat dan  teliti kondisi perusahaan dimana investor tersebut akan menanamkan  modalnya. Kinerja perusahaan yang baik atau buruk pasti akan direspon para  investor di pasar modal dan hal tersebut akan mempengaruhi keputusan  investor untuk berinvestasi.
Dalam hal menganalisis sebuah perusahaan, investor dapat  menggunakan laporan keuangan untuk menilai kondisi perusahaan. Laporan   keuangan melaporkan apa yang sebenarnya terjadi pada aset, laba, dan  dividen selama beberapa tahun terakhir. Di setiap peristiwa, informasi yang  terkandung dalam sebuah laporan keuangan akan digunakan oleh para  investor untuk membantunya membuat ekspektasi tentang laba dan dividen  di masa mendatang.
Tujuan utama perusahaan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan  dan memaksimalkan keuntungan pemilik perusahaan. Keuntungan  perusahaan tercermin dalam laba bersih pada laporan keuangan, sedangkan  keuntungan pemilik perusahaan lebih spesifik lagi tercermin dalam laba  untuk pemegang saham biasa atau disebut sebagai Earning Per Share (EPS)  atau laba per lembar saham.
EPS adalah salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk  mengevaluasi saham biasa disamping PER (Price Earning Ratio)  dalam  lingkaran keuangan (Fabozzi, 2000 : 859). EPS atau laba per lembar saham  adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu  diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. EPS dapat dihitung  dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dengan  jumlah saham yang beredar selama periode perhitungan dilakukan.  Para  calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena  hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan  (Syamsudin, 2009:66). Laba per lembar saham (Earning per share – EPS)  menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba untuk setiap  lembar sahamnya.
 Secara umum ada dua faktor yang bisa mempengaruhi besar kecilnya  tingkat EPS, yakni struktur modal dan tingkat laba bersih sebelum bunga dan  pajak. Kedua faktor tersebut pada dasarnya sama-sama menekankan pada  alternatif sumber pendanaan melalui hutang atau modal pinjaman, dimana  perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per  lembar saham, dan juga mengakibatkan perubahan harga saham perusahaan  (Brigham & Houston, 2006:17).
Perusahaan yang menggunakan lebih banyak leverage keuangan  (daripada yang kurang) akan mengalami perubahan yang relatif besar dalam  pendapatan per lembar sahamnya. Efek Leverage berhubungan dengan tingkat  pendapatan per saham pada EBIT tertentu dengan struktur modal tertentu.
Perusahaan sebaiknya terlebih dahulu menganalisa sejumlah faktor dan  kemudian menetapkan struktur modal yang optimal agar tingkat pengembalian  optimum. Struktur modal yang optimal diperkirakan dengan identifikasi target  rasio hutang (Keown, 2000:584).
Semakin besar Leverage keuangan yang digunakan perusahaan,  kemungkinan untuk mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi, tetapi di  sisi lain dengan adanya pengembalian yang tinggi, resiko keuangan yang akan  ditanggung oleh pemegang saham pun juga akan semakin tinggi. Oleh Karena  iyu, maka diperlukan suatu struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai  perusahaan dengan risiko yang dapat diterima (Warsono, 2003:238).
Perubahan dalam pengunaan hutang pada sebuah perusahaan akan  menyebabkan terjadinya perubahan pada laba per lembar saham (Earning Per   Share) dan juga perubahan resiko. Motivasi utama perusahaan memperoleh  pendanaan melalui hutang adalah potensi biaya yang lebih rendah, hal tersebut  dikarenakan bunga yang merupakan biaya modal pinjaman memiliki jumlah  yang tetap, dan jika biaya bunga lebih kecil daripada pengembalian yang  diperoleh dari pendanaan hutang, maka selisih lebih atas pengembalian akan  menjadi keuntungan bagi perusahaan, selain itu bunga merupakan biaya yang  dapat mengurangi laba sebelum pajak, sedangkan dividen tidak, dampaknya  pada beban pajak yang ditanggung perusahaan akan lebih kecil sehingga pada  akhirnya laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham akan semakin besar  atau dengan kata lain akan tercipta EPS yang maksimum.
Rasio leverage keuangan menilai sejauh mana perusahaan  menggunakan utang yang dipinjam. Leverage keuangan  adalah penggunaan  sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan akan memperoleh  tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan  meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Leverage  keuangan dengan demikian menunjukkan perubahan laba per lembar saham  (EPS) sebagai akibat dari perubahan EBIT (Sjahrial, 2009:154).  Alasan  mengapa perusahaan melakukan pendanaan melalui utang (Brigham dan  Houton, 2006:101) adalah : 1.  Karena beban dapat menjadi pengurang pajak, pengunaan utang akan  menurunkan tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi  perusahaan yang tersedia bagi para investornya.
 2.  Jika laba operasi dinyatakan dari aktiva ternyata melebihi tingkat  bunga atas pinjaman, seperti yang biasa terjadi, maka sebuah  perusahaan  dapat menggunakan utang untuk memperoleh aktiva,  membayar bunga atas utang, dan masih memiliki sisa sebagai bonus  bagi para pemegang sahamnya.
Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt To Total Asset Ratio, dan Long Term Debt To Equity Ratio merupakan bagian  dari rasio leverage keuangan. Debt to Total Asset Ratio menekankan pada  peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan  persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Semakin  kecil rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal pinjaman yang digunakan  untuk membiayai aktiva perusahaan. Debt to Equity Ratio adalah rasio utang  yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan kreditur  dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Long  Term Debt to Total Asset Ratio adalah rasio yang menggambarkan besarnya  tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total aset  yang dimiliki.  Long Term Debt To Equity  Ratio  adalah rasio yang  memperbandingkan proporsi utang jangka panjang dengan ekuitas saham  biasa. Semakin tinggi rasio LDER, maka semakin besar risiko yang  ditanggung para pemegang saham.
Rasio-rasio tersebut merupakan rasio yang banyak digunakan sebagai  indikator risiko keuangan dan struktur modal perusahaan (Warsono, 2003:36).
Pihak manajemen berharap bahwa rasio leverage ini besar karena rasio DAR,   DER, LDAR, dan LDER yang besar mengindikasikan tingkat utang yang  tinggi sehingga akan mengurangi beban pajak yang akan menguntungkan bagi  perusahaan. Rasio-rasio tersebut merupakan rasio yang sering dijadikan  indikator risiko perusahaan dan struktur modal perusahaan Subjek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan emiten sektor  makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Dalam menjaga kelangsungan  Hidup perusahaan, perusahaan di sektor makanan dan minuman harus lebih  sering melakukan inovasi dan ekspansi yang dalam hal ini berarti perusahaan  membutuhkan modal yang lebih besar, alternatif penggunaan hutang untuk  mendapatkan modal adalah yang paling sering dilakukan karena memiliki  beberapa keunggulan penting. Selain itu, Perusahaan makanan dan minuman  merupakan perusahaan yang memiliki prospek yang sangat bagus di  Indonesia.  Penyebabnya adalah bahwa hasil dari industri makanan dan  minuman sangat digemari oleh masyarakat Indonesia dan sebagian produk  yang dihasilkan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Industri makanan  dan minuman juga merupakan salah satu industri yang cenderung diminati  oleh investor sebagai salah satu target investasinya Adapun kinerja keuangan dari perusahaan sektor makanan dan  minuman berdasarkan laporan keuangan periode dua tahun terakhir dapat  dilihat dari tabel berikut :   Tabel 1.1 Data Debt to Total Asset Ratio (DAR), Debt to Equity (DER), dan  Earning Per Share (EPS) Perusahaan Makanan dan Minuman yang  Terdaftar di BEI periode 2008-2009  Perusahaan  DAR  DER  LDAR  LDER  EPS 2008  2009  2008  2009  2008  2009  2008  2009  2008  2009 AISA  55  61  144  191  25  39.9  65  125  17  26 CEKA  2.7  0,4  6,9  0,8  2,7  0.4  6,9  0,8  94  166 DAVO  70  74  379  466  71  74  379  466  -41  -18,28 FAST  0,8  0,6  1,3  0,95  0,09  0.12  0,2  0.2  281  408 INDF  42  42  192  167  18  26  84  104  118  236 JPFA  51  41  226  118  32  25  143  7,3  170  393 MYOR  34  29  79  60  25,6  21  60  44  156  485 PSDN  39  40  121  113  25,7  7.01  79  19,8  6,56  23 SIPD  15  17  20  24  0,15  0.78  0,2  1,1  2,90  3,96 SKLT  20  21  39  36  15,7  12.6  31  22  6,2  15,8 SMAR  22  23  47  49  4,3  11  9,4  24  364  261 TBLA  37  42  117  117  25,8  21.7  81  60  15  33 ULTJ  1,8  16  28  23  0,8  7.96  13  12  105  21 Sumber : www.idx.co.id, 14 agustus 2010 Data pada tabel 1.1 memperlihatkan variabel DAR, DER, LDAR,  LDER dan EPS selama tahun 2008 hingga tahun 2009 mengalami fluktuasi  setiap tahunnya pada tiga perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar  di BEI. Kenaikan rasio-rasio leverage tersebut tidak selalu diikuti dengan  kenaikan EPS dan penurunan rasio-rasio leverage tidak selalu diikuti dengan  penurunan EPS pada perusahaan makanan dan minuman.
Dengan demikian perlu diuji fenomena ini lebih lanjut melalui  penelitian yang akan menganalisi pengaruh Financial Leverage terhadap   EPS pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode  2005-2009.
B.  Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan , maka rumusan masalah  penelitian adalah : Apakah Financial Leverage  mempunyai pengaruh  terhadap Earning Per Share pada perusahaan makanan dan minuman  yang terdaftar di BEI ?.
C. Kerangka Konseptual Earning per share  merupakan alat analisis tingkat profitibilitas  perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional, Earning Per Share adalah salah satu pertimbangan sebelum berinvestasi. Perubahan dalam  penggunaan utang akan menyebabkan terjadinya perubahan pada laba per  lembar saham (Earning Per Share-EPS) dan juga perubahan resiko (Brigham  dan Houston, 2006:17).
Leverage keuangan  adalah penggunaan sumber dana yang memiliki  beban tetap dengan harapan akan memperoleh tambahan keuntungan yang  lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan  yang tersedia bagi pemegang saham. Dengan demikian alasan yang kuat  untuk menggunakan dana dengan beban tetap adalah untuk meningkatkan  pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham. Leverage keuangan dengan   demikian menunjukkan perubahan laba per lembar saham (EPS) sebagai  akibat dari perubahan EBIT (Sjahrial,2009:154).
Debt to Total Asset Ratio  merupakan perbandingan antara hutang  lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio  ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh  hutang. Debt to Equity Ratio adalah rasio utang yang menunjukkan hubungan  antara jumlah pinjaman yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri  yang diberikan oleh pemilik perusahaan.
Long Term Debt To Total Asset adalah rasio yang menunjukkan  besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan denga  total aset yang dimiliki.  Long Term Debt To Equity  adalah rasio yang  memperbandingkan proporsi utang jangka panjang dengan ekuitas saham  biasa. Semakin tinggi rasio LDER, maka semakin besar risiko yang  ditanggung para pemegang saham (Warsono, 2003:239).
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konseptual dapat dibuat  secara sistematis sebagai berikut : DAR ( X1 ) DER ( X2 ) EPS ( Y ) LDAR ( X3)  Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual Sumber     : Brigham dan Houston (2006), Sjahrial (2009), Warsono(2003), diolah D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah variable Financial Leverage  mempunyai pengaruh terhadap Earning Per Share ( EPS ) pada perusahaan  makanan dan minuman yang terdaftar di BEI.
E.  Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.  Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk  mengetahui pengaruh dari Financial Leverage dengan indikator Debt to  Total Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt To  Total Asset (LDAR) dan Long Term Debt to Equity (LDER) terhadap  Earning Per Share (EPS) pada perusahaan makanan dan minuman yang  terdaftar di BEI.
2.  Manfaat Penelitian Manfaat di dalam penelitian ini adalah : a.  Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan  penulis di bidang Manajemen Keuangan.
b.  Bagi Peneliti Selanjutnya LDER ( X2 )  Sebagai bahan referensi yang dapat memberikan perbandingan dalam  melakukan penelitian lebih lanjut.
c.  Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran  dan informasi bagi pihak lain, seperti Investor, mahasiswa, atau  masyarakat umum yang ingin meningkatkan pemahaman tentang hal yang  berkaitan dengan perolehan EPS.
F.  Metodologi Penelitian 1.  Batasan Operasional Variabel Batasan operasional dalam penelitian ini terdiri atas hal-hal berikut ini:  a.  Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua  bagian, yaitu : 1)  Variable independen (X) di dalam penelitian ini adalah Debt to  Total asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term  Debt To Total Asset Ratio (LDAR), Long Term Debt To Equity  Ratio (LDER).
2)  Variable dependen (Y) di dalam penelitian ini adalah Earning Per  Share  (EPS).
b.  Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan makanan dan minuman  yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006-2009.
2.  Defenisi Operasional Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah : a.  Variabel Debt To Total Asset Ratio (X1)   Debt to Total Asset Ratio  merupakan perbandingan antara hutang  lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui.
Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang  dibelanjai oleh hutang.
Rumus ( Van Horne, 2005: 209) : X 100% b.  Variable Debt to Equity Ratio (X2 Debt to Equity Ratio adalah rasio utang yang menunjukkan hubungan  antara jumlah pinjaman yang diberikan kreditur dengan jumlah modal  sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.
)  Rumus (Van Horne, 2005:209) : X 100%  c.  Variabel Long Term Debt To Total Asset Ratio (X3 Long Term Debt to Total asset  adalah rasio yang menunjukkan  besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan  dengan total aset yang dimiliki perusahaan.
)  X 100%  d.  Variabel Long Term Debt To Equity Ratio (X4)   Long Term Debt To Equity  Ratio  adalah rasio yang  memperbandingkan proporsi utang jangka panjang dengan ekuitas  saham biasa. Semakin tinggi rasio LDER, maka semakin besar risiko  yang ditanggung para pemegang saham (Warsono, 2003:239).
X 100%  e.  Variable Earning Per Share (Y) EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih  untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat  menjalankan operasinya.
Rumus (Brigham dan Houston, 2006:52) : 3.  Populasi dan Populasi Sasaran Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua  perusahaan emiten sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI  sejak tahun 2005 sampai dengan 2009. Penelitian menggunakan  populasi sasaran. Kriteria perusahaan yang digunakan dalam penelitian  ini adalah perusahaan yang memenuhi kriteria berikut ini : a.  Perusahaan yang terus listing (tercatat) di BEI mulai dari tahun  2005 sampai dengan 2009  b.  Perusahaan mempublikasikan laporan keuangannya yang telah  diaudit menggunakan tahun buku berakhir 31 Desember c.  Perusahaan menggunakan modal pinjaman hutang Tabel 1.2 Jumlah Populasi Sasaran Berdasarkan Karakteristik  Ditetapkan  No  Karakteristik Populasi Sasaran  Jumlah 1  Industri yang termasuk dalam sektor makanan dan  minuman yang terdaftar di BEI tahun 2005-2009 21 2  Perusahaan yang tidak mempublikasikan Laporan  Keuangan selam tahun 2005-2009  (3) 3  Perusahaan yang tidak menggunakan modal  pinjaman hutang (5) Jumlah populasi sasaran  13 Sumber : www.idx.co.id (data diolah) Adapun perusahaan yang termasuk dalam populasi sasaran dalam  penelitian ini terdiri dari 13 perusahaan  dari sektor makanan dan  minuman. Nama-nama perusahaan yang digunakan dalam penelitian  ini dapat dilihat pada tabel 1.3 : Tabel 1.3 Nama-nama perusahaan yang diteliti No  Kode Emiten  Perusahaan 1  AISA  PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk 2  CEKA  PT Cahaya Kalbar Tbk 3  FAST  Fastfood Tbk 4  DAVO  PT Davomas Abadi Tbk 5  INDF  PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 6  JPFA  JAPFA Comfeed Indonesia Tbk  7  MYOR  PT Mayora Indah Tbk 8  PSDN  Pt Prasidha Aneka Niaga Tbk 9  SIPD  PT Sierad Produce Tbk 10  SKTL  PT Sekar Laut Tbk 11  SMAR  PT Smart Tbk 12  TBLA  PT Tunas Baru Lampung Tbk 13  ULTJ  PT Ultrajaya Milk Industry and Trading   Company Tbk Sumber : www.idx.co.id , 14 Agustus 2010 4.  Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di bursa Efek Indonesia  (BEI) melalui media  internet dengan menggunakan situs  www.idx.co.id dan  www.duniainvestasi.com  mulai dari bulan Desember 2010 sampai  dengan Februari 2011.
5.  Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi laporan  keuangan perusahaan periode 2005  sampai dengan  2009 yang  diperoleh dari website www.idx.co.id , www.duniainvestasi.com serta  buku-buku referensi, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan topik  bahasan.
6.  Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui  teknik dokumentasi. Data dikumpulkan dari berbagai sumber data  yang relevan dengan penelitian, yaitu melalui buku, jurnal, skripsi, dan  data-data internet.
7.  Metode Analisis Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode  deskriptif dan metode analisis statistik. Bila dilihat dari tinjauan  penelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh dari  Financial  Leverage terhadap Earning Per Share, maka metode analisis data yang   digunakan dalam penelitian ini menggunakan tahap-tahap sebagai  berikut : a.  Metode Deskriptif Metode analisis deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk  menganalisis dan mengolah data-data yang tersedia sehingga diperoleh  gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta dan hubungan antara  fenomena yang diteliti.
b.  Model Analisis Statistik 1.  Pengujian Asumsi Klasik a.  Uji Normalitas Tujuan dari uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah  distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal,  yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah  data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni  distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke  kanan (Situmorang et all., 2010:91). Uji ini dilakukan melaui  pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogorv-Smirnov.
b.  Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah variabelvariabel bebas dalam persamaan regresi berganda tersebut saling  berkorelasi atau tidak. Interprestasi menjadi tidak benar apabila  terdapat hubungan linier antara variabel bebas. (Situmorang et all.,  2010:129).
 Uji multikolinieritas menggunakan kriteria Variance Inflation  Factor (VIF) dengan ketentuan: 1). Bila VIF > 5, artinya terdapat masalah multikolinieritas 2). Bila VIF < 5, artinya tidak terdapat masalah multikolinieritas.
c.  Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi  linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t  dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang  waktu berkaitan satu sama lainnya (Situmorang et all., 2010:113).
d.  Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah  sebuah grup mempunyai varians yang sama di antar anggota grup  tersebut. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka  dikatakan terjadi homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak  sama maka dikatakan terjadi  heteroskedastisitas (Situmorang et  all., 2010:98) .
2.  Analisis Regresi Linear Berganda  Pada tahap ini dijelaskan hubungan antara variabel dependen dan  independen dengan metode regresi linier berganda dengan rumus : Y = a + b1X1 + b2X2 + e  Dimana : Y = EPS (earning per share) a  = konstanta X1 = DAR (debt to total asset ratio) X2 = DER (debt to equity) b1 b = koefisien regresi variabel DTA 2 e   = error  = koefesien variabel DER c.  Pengujian Hipotesis 1.  Uji Simultan / Uji F Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel  bebas berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujiannya adalah : Ho : b1 = b2 = b3 = b4 Ha : b = 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara  variabel DTA, DER, LDAR, LDER secara bersama-sama terhadap  EPS.
1 ≠ b2 ≠  b3 ≠  b4 Pada penelitian ini nilai F    0,  artinya   terdapat  pengaruh  antara  variabel DAR, DER, LDAR, LDER secara bersama-sama terhadap  EPS.
hitung akan dibandingkan dengan F tabel  Kriteria pengambilan keputusan : pada tingkat signifikan (α) = 5%  Ho diterima jika F hitung < F tabel Ha diterima jika F  pada α = 5% hitung > F tabel pada α = 5% 2.  Uji Parsial / Uji t Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas  terhadap variabel terikat secara terpisah (parsial). Adapun bentuk  pengujiannya adalah : H0 : b1 H =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang  positif dan signifikan dari variabel DAR terhadap variabel EPS.
a : b1  H ≠  0,  artinya  secara  parsial  terdapat  pengaruh  yang  positif  dan signifikan dari variabel DAR  terhadap variabel EPS.
0 : b2 H =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang  positif dan signifikan dari variabel DER terhadap variabel EPS.
a : b2  H ≠  0,  artinya  secara  parsial  terdapat  pengaruh  yang  positif  dan signifikan dari variabel DER  terhadap variabel EPS.
0 : b3 H =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang  positif dan signifikan dari variabel LDAR terhadap variabel EPS.
a : b3  H ≠  0,  artinya  secara  parsial  terdapat  pengaruh  yang  positif  dan signifikan dari variabel LDAR  terhadap variabel EPS.
0 : b4 =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang  positif dan signifikan dari variabel LDER terhadap variabel EPS.
 Ha : b4  Pada penelitian ini nilai t    0,  artinya  secara  parsial  terdapat  pengaruh  yang  positif  dan signifikan dari variabel LDER  terhadap variabel EPS.
hitung akan dibandingkan dengan t tabel  Kriteria pengambilan keputusan: pada tingkat signifikan (α) = 5% H0 diterima jika t hitung < t tabel H pada α= 5%  0 ditolak jika t hitung > t tabel pada α= 5%  d.  Koefisien Determinasi Nilai Adjusted R Square menunjukkan proporsi variabel dependen  yang dijelaskan oleh variabel independen. Semakin tinggi nilai  Adjusted R Square  maka akan semakin baik bagi model regresi  variabel terikat juga semakin besar.  Kelemahan mendasar dalam  penggunaan koefisien determinasi adalah biasa terhadap jumlah  variabel independen. Semakin banyak variabel independen  ditambahkan ke dalam model maka R square  akan meningkat  walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan ke  dalam model. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan  untuk menggunakan nilai Adjusted R Square  untuk mengevaluasi  model (Situmorang et al, 2010:144).
  

Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi