BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Penelitian
Pada saat ini,
dunia perbankan dan jasa keuangan dihadapkan pada persaingan yang sangat tajam
akibat adanya perubahan lingkungan bisnis yang cepat. Persaingan menjadi
semakin ketat setelah bank asing yang mempunyai kelebihan dalam hal pelayanan,
nama besar yang mendunia, dan pilihan produk yang inovatif turut memperebutkan
nasabah pada pasar yang sama. Lembaga keuangan non bank yang beroperasi secara
lebih khusus juga semakin meningkat perkembangannya. Situasi ini menggambarkan
betapa ketatnya
persaingan untuk meraih pangsa pasar yang lebih luas. Namun ditengah
persaingan yang begitu hebat terbukti bank sebagai badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, hingga saat ini
masih terus diminati nasabah. Dalam kebijakan moneter bank memiliki posisi yang
sangat penting mengingat perbankan dalam perekonomian Indonesia mendominasi
keseluruhan sektor keuangan baik dilihat dari segi kepemilikan asset,
pengumpulan dana maupun penyaluran dana tersebut di dalam perekonomian ( Pohan,
2008:85 ).
Seperti
negara-negara berkembang lainnya, sektor perbankan masih mempunyai orientasi
utama pada pembiayaan kegiatan perdagangan dan jasa,
terutama
melayani daerah perkotaan, dan memberikan kredit yang umumnya besifat jangka
pendek ( kredit investasi hanya mencakup sekitar 23 % dari seluruh kredit
sektor perbankan). Peranan system finansial yang didominasi oleh perbankan
tampak dari dana yang dihimpun dan yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan, khususnya di sektor swasta sebagian besar masih berasal dari
sektor perbankan. Sektor perbankan merupakan sektor yang sangat penting
peranannya di dalam pembangunan nasional baik sebagai perantara sektor yang
defisit dengan sektor yang surplus maupun sebagai agen pembangunan.
Menyusul
pelaksanaan UU No. 22/1999 yang disempurnakan dengan UU No. 32/2004 tentang
Pemerintah Daerah, Sumatera Utara telah dimekarkan dari 17 menjadi 25
kabupaten/kota. Pada masa mendatang direncanakan bertambah menjadi 33
Kabupaten/Kota. Dari tahun 2004 sampai dengan keadaan 1 Desember 2006, jumlah
desa dan kelurahan bertambah sebanyak 113 desa/kelurahan dari 5.497 menjadi
5.610 desa/kelurahan. Sementara jumlah kecamatan bertambah 33 kecamatan dari
331 menjadi 364 kecamatan. Konsekuensi pemekeran ialah pertambahan jumlah
instansi dan badan yang ada di Sumatera Utara. Sesuai dengan peraturan yang
berlaku, seluruh kabupaten/kota berpotensi menambah sekitar 240 sd 280
instansi, dan hal ini tentu saja diikuti pula oleh perkembangan perbankan di
Sumatera Utara. Berdasarkan jumlah penduduk dan produk domestik regional bruto
(PDRB), Provinsi Sumatera Utara menduduki posisi pertama di luar pulau Jawa.
Jika dihitung berdasarkan jumlah kantor cabang / kantor cabang pembantu yang
beroperasi di Sumatera Utara sampai dengan triwulan II 2007 adalah sebanyak 672
kantor, terdiri dari 259 Bank Pemerintah, 70
Bank Pemerintah
Daerah, 323 Bank Swasta Nasional dan 20 Bank Asing dan Campuran. Jika
dibandingkan dengan provinsi lain, maka Sumatera Utara juga menduduki posisi
pertama di luar pulau Jawa.
Perkembangan
perbankan di Sumatera Utara juga didukung oleh perkembangan yang baik dari
Produk domestik regional bruto ( PDRB ). Gambaran perekonomian Sumatera Utara
tahun 2005 selain dipengaruhi oleh faktor internal juga dipengaruhi oleh
lingkungan eksternal. Beberapa indikator menunjukkan indikasi yang kurang
menggembirakan, seperti inflasi dan nilai tukar rupiah. Namun laju perekonomian
Sumatera Utara tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif. Meningkatnya
perekonomian Sumatera Utara memberikan dampak yang cukup berarti pada kondisi
sosial masyarakatnya. Meskipun belum seluruhnya membaik seperti yang
diharapkan, namun beberapa indikator setidaknya telah menunjukkan adanya
perbaikan. Dari hasil perhitungan sangat sementara yang didasarkan pada hasil
survei indikator ekonomi triwulanan, PDRB menurut harga konstan 2000 adalah
sebesar Rp. 99,79 milyar pada tahun 2007. Berdasarkan harga berlaku, PDRB
Sumatera Utara meningkat dari Rp. 126.573,97 milyar pada tahun 2006 menjadi Rp.
181.819,74 milyar pada tahun 2007. Meningkatnya PDRB ini berdampak pada naiknya
kesejahteraan penduduk secara makro yang dapat dilihat secara tidak langsung
dari besarnya PDRB perkapita. PDRB perkapita harga berlaku penduduk Sumatera
Utara pada tahun 2007 tercatat sebesar Rp.14,1 juta, lebih tinggi dibandingkan
tahun 2006 yang sebesar Rp.12,6 juta. Sedangkan PDRB perkapita harga konstan
2000 naik dari Rp. 7,38 juta pada tahun 2006 menjadi Rp. 7,75 juta pada tahun
2007. Pertumbuhan
ekonomi Sumatera Utara tahun 2007 mencapai 5,48 persen. Namun
laju pertumbuhan
tersebut lebih rendah dari tahun 2004 yang sebesar 5,74 persen. Dan pada tahun
2007 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mencapai 6,90 persen. Beberapa sektor
yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi, yaitu: sektor konstruksi sebesar
16,91 persen, sektor perdagangan, hotel & restoran sebesar 9,04 persen dan
sektor pengangkutan & komunikasi sebesar 8,70 persen. Pertumbuhan ketiga
sektor ini berindikasi sangat baik pada perekonomian Sumatera Utara, baik dalam
hal pendistribusian dan pemasaran hasil produksi maupun penyediaan energi dalam
proses berproduksi. Selain itu, makin baiknya kinerja perbankan sebagai
penyedia dana ke sektor riil juga menjadi alasan makin baiknya ekonomi Sumatera
Utara. (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara). Selain PDRB, faktor yang turut mempengaruhi
pertumbuhan perbankan melalui peningkatan jumlah dana simpanan adalah tingkat
suku bunga simpanan. Masyarakat ingin menyimpan uangnya di bank karena
mengharapkan beberapa faktor, yang selain tingkat keamanan bank terbukti baik,
bank juga memberikan bunga. Tabungan masyarakat disimpan berupa giro, deposito,
dan tabungan, tetapi dapat juga dibelikan surat-surat berharga. Hasil penjualan
surat-surat berharga diterima oleh perusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut. Hasil penjualan surat berharga ini berupa uang, dipergunakan oleh
perusahaan untuk biaya produksi untuk memperbesar produksi nasional. (
Simorangkir, 2000:16 ).
Namun tingkat
inflasi juga ikut memiliki peran terhadap jumlah dana yang disimpan masyarakat
di bank, termasuk pada bank-bank umum di Sumatera Utara. Inflasi adalah sebagai
suatu fenomena ekonomi yang terutama terjadi di negara-negara berkembang yang
sedang giat membangun. Mekanisme peningkatan inflasi tersebut melalui
peningkatan perubahan jumlah uang beredar dan semakin
melemahnya nilai
tukar rupiah terhadap dolar sebagai akibat banyaknya terjadi spekulasi yang
dilakukan oleh para pelaku pasar itu sendiri. Masalah inflasi dalam arti yang
luas bukan semata-mata masalah ekonomi, tetapi masalah sosio-ekonomi-dan
politis. Secara akumulatif, inflasi Sumatera Utara hingga posisi Juni 2006
adalah sebesar 1,49 %, masih cukup rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar
2,87 %. Rendahnya angka inflasi tersebut terutama terjadi di Sibolga yang
mencatat inflasi sebesar 1,35 %. Sedangkan kota Padang Sidempuan mengalami
inflasi sebesar 2,06 %, dan termasuk kategori kota yang mengalami tekanan
inflasi terbesar. Kota Medan yang memiliki kontribusi bobot terbesar hanya
mencatat inflasi sebesar 1,70 %. Sampai dengan triwulan II tahun 2006, kondisi
perbankan di wilaayah Sumatera Utara pada umumnya menunjukkan perkembangan yang
positif, tercermin dari pertumbuhan asset, kredit dan dana pihak ketiga serta
laba / rugi dibandingkan dengan tahun 2005 mengalami peningkatan masing-masing
sebesar 3,96 %, 3,44 %, dan 1,69 % serta 17,19 %. Apabila dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan I 2006, yaitu asset tumbuh 2,09 %, kredit 0,65 %, dana
pihak ketiga 0,22 %, dan laba rugi yang cenderung menurun. ( Laporan Keuangan
Bank Indonesia, Medan).
Bank berperan
mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau negara. Oleh karena itu,
kehadiran perbankan di suatu daerah yang telah dan sedang berkembang sangat
diperlukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Kehadiran
bank yang telah berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu daerah
selanjutnya mendorong munculnya kantor baru bank. Dengan demikian akan terjadi
pengaruh saling mendukung (timbal balik) antara
bank dan pertumbuhan
ekonomi. Dengan melihat pengaruh dari beberapa faktor yang dapat menunjang
jumlah simpanan masyarakat, kita dapat mengetahui perkembangan kinerja
perbankan tersebut, sehingga memberikan profitabilitas secara keseluruhan baik
bagi perbankan daerah maupun dunia perbankan Indonesia. Berdasarkan uraian
latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
melalui penulisan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh PDRB, Suku
Bunga, dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat pada Bank – bank Umum
di Sumatera Utara.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi