BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap
perusahaan bertujuan mencapi laba, Karena dengan adanya laba dapat
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Apapun ruang lingkup usaha
tersebut serta bagaimanapun bentuk perusahaan yang sudah didirikan tidak
terkecuali semuanya ingin berkembang. Besarnya laba yang diperoleh tergantung
pada kondisi keuangan dan pelaksanaan kegiatan perusahaan sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan, serta kondisi perekonomian secara umum.
Untuk
memenangkan persaingan yang semakin pesat, perusahaan dituntut agar seefektif
dan seefisien mungkin mengelola dan mempergunakan sumber daya yang ada pada
perusahaan. Dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan perusahaan, maka
kegiatan-kegiatan dalam perusahaan akan bertambah baik, jenis kegiatan maupun
volume kegiatan yang dilaksanakan. Agar kegiatan dalam perusahaan dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi, perusahaan harus membuat perencanaan
kerja, perencanaan biaya, dan berbagai teknik yang lebih rasional.
Semakin
banyak kegiatan yang dilakukan perusahaan menyebabkan semakin kompleks
permasalahan yang dihadapi. Hal ini mengaharuskan perusahaan untuk membuat
perencanaan yang cermat. Untuk menghasilkan laba yang diharapkan, perusahaan
perlu melakukan kegiatan fungsional diberbagai bidang usaha seperti bidang pemasaran,
produksi, keuangan, dan administrasi.
Untuk dapat mengkoordinasi semua
kegiatan diseluruh bagian atau fungsi, manajemen harus menyusun perencanaan
bisnis secara komperhensif sehingga semua manajer pada masing-masing bagian
tahu apa yang harus dikerjakan. Pelaksanaannya harus mengikuti ketentuan atau
sistem dan prosedur yang jelas. Untuk itulah diperlukan perencanaan dan
pengawasan sistem anggaran.
Perencanaan pada dasarnya adalah memilih
alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan dengan mempertimbangkan tujuan
perusahaan serta sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan dan
kendala-kendala yang dihadapi. Dalam perencanaan ditentukan apa yang harus
dilakukan, siapa yang akan bertanggung jawab dan bagaimana jika terjadi
kegagalan. Tanpa adanya suatu perencanaan yang baik, kemungkinan besar suatu
perusahaan akan mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut Sule (2006:97) fungsi perencanaan adalah sebagai
pengarah, sebagai minimalisasi ketidakpastian, minimalisasi pemborosan sumber
daya, dan sebagai penetapan standar pengawasan kualitas. Perencanaan dapat
terbagi kepada perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.
Perencanaan juga dapat dibagi menjadi perencanaan sekali pakai dan perencanaan
yang berkelanjutan. Perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang
sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah perusahaan serta bagaimana sesuatu yang
ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana
kegiatan tertentu. Perencanaan yang baik adalah ketika apa yang dirumuskan
ternyata dapat direalisasikan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan
yang buruk adalah ketika apa yang telah dirumuskan dan diterapkan ternyata
tidak
berjalan dalam implementasi sehingga
tujuan perusahaan menjadi tidak terwujud. Untuk mengetahui apakah perencanaan
itu baik atau tidak dapat dijawab melalui pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai
perencanaan yaitu, what (apa), why (mengapa), where (dimana),
when (kapan), who (siapa), dan how (bagaimana).
Pertanyaann seputar what terkait dengan misalnya apa yang sesungguhnya
menjadi tujuan perusahaan dan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut. Pertanyaan seputar why terkait dengan pertanyaan seputar
mengapa tujuan tersebut harus dicapai dan mengapa mencapai tujuan tersebut.
Pertanyaan seputar where adalah mengenai dimana kegiatan tersebut akan
dilaksanakan. Petanyaan seputar when adalah kapan kegiatan tersebut akan
dilaksanakan dan kapan kegiatan tersebut akan dimulai dan diakhiri. Pertanyaan
seputar who terkait dengan siapa yang akan melaksanakannya. Pertanyaan
ini terkait dengan misalnya kualifikasi orang yang akan melakukannya dari sisi
latar belakang personal dan keahliannya. Pertanyaan terakhir, yaitu seputar how
terkait dengan bagaimana cara yang harus dilakukan untuk melakukan kegiatan
tersebut. Perencanaan yang baik paling tidak memiliki berbagai persyaratan yang
harus dipenuhi, yaitu: (a.) Faktual atau realistis. Artinya apa yang dirumuskan
oleh perusahaan sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi
tertentu yang dihadapi perusahaan. (b.) Logis dan rasional. Artinya, apa yang
dirumuskan dapat diterima oleh akal, dan oleh sebab itu maka perencanaan
tersebut bisa dijalankan. (c.) Fleksibel. Perencanaan yang baik juga tidak
berarti kaku dan kurang fleksibel. Perencanaan yang baik justru diharapkan
tetap dapat beradaptasi dengan perubahan dimasa yang akan datang, sekalipun
tidak berarti bahwa perencanaan
dapat kita ubah seenaknya. (d.)
Komitmen, dapat dibangun dalam sebuah perusahaan jika seluruh anggota di
perusahaan beranggapan bahwa perencanaan yang dirumuskan telah sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai organisasi. (e.)Komprehensif. Perencanaan yang baik
tidak hanya terkait dengan bagian yang harus kita jalankan, tetapi juga dengan
mempertimbangkan koordinasi dan integrasi dengan bagian lain di perusahaan.
Pengawasan pada dasarnya tidak dipisahkan dengan perncanaan.
Pengawasan merupakan usaha yang ditempuh agar rencana yang telah disusun
sebelumnya dapat tercapai. Fungsi pengawasan adalah evaluasi atau koreksi atas
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan dengan maksud untuk
mendapatkan keyakinan atau jaminan bahwa tujuan perusahaan dan rencanaya
dilaksanakan. Tujuan utama pengawasan adalah agar pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan standarnya dan tercapai tingkat yang diharapkan dari prestasi kerja dan
juga agar dapat menjamin hal-hal yang dapat diharapkan atau ditetapkan, dan
untuk melihat apakah pengawasan yang dilakukan oleh perencanaan sesuai dengan
tujuan perusahaan.
Menurut Sule (2006:326)beberapa gejala umum dalam perusahaan
yang memerlukan pengawasan: a) Terjadi penurunan pendapatan atau profit, namun
tidak begitu jelas faktor penyebabnya. b) Penurunan kualitas pelayanan
(teridentifikasi dari adanya keluhan dari pelanggan. c) Ketidakpuasan pegawai
atau karyawan (teridentifikasi dari adanya keluhan karyawan , produktivitas
kerja yang menurun, dan lainnya). d) Berkurangnya kas perusahaan. e) Banyaknya
pegawai atau karyawan yang menganggur. f) Tidak terorganisasinya setiap
pekerjaan dengan baik. g) Biaya yang
melebihi anggaran. h) Adanya penghamburan dan inefisiensi.
Secara umum, langkah-langakah yang dilakukan dalam fungsi
pengawasan terdiri dari penetapan standard an metode penilaian kinerja,
penilaian kinerja, membandingkan antara kinerja dengan standar, dan pengambilan
tindakan koreksi. Terdapat dua sistem pengawasan yang dapat diterapkan untuk
mempertahankan konsistensi dari suatu fungsi pengawasan, yaitu system
pengawasan tradisional dan sistem pengawasan yang berdasarkan komitmen.
Biaya operasional merupakan unsur biaya yang penting sehingga
diperlukan suatu perencanaan dan pengawasan yang baik sebagai tolak ukur serta
pedoman agar biaya yang dikeluarkan lebih efisen dan efektif. Dalam mengawasi
biaya operasional suatu perusahaan, seluruh biaya yang dikeluarkan harus
dibandingkan dengan rencana yang telah disusun. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui apakah ada penyimpangan yang terjadi. Apabila terjadi penyimpangan
maka harus dianalisa, sebab dan akibat dari penyimpangan tersebut agar semua
rencana pengeluaran biaya berjalan baik dan meminimalisasi kebocoran dana biaya
operasional.
Berdasarkan uraian diatas dan melihat begitu pentingnya
perencanaan dan pengawasan biaya operasional bagi perusahaan dalam menjalankan
operasinya sehingga memerlukan perhatian yang khusus, membuat penulis merasa
tertarik untuk membahas permasalahan tersebut dalam bentuk tugas akhir dengan
judul
“Perencanaan Dan Pengawasan Anggaran Biaya
Operasional Pada PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II KEBUN BASILAM”.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian diketahui bahwa perusahaan dalam melakukan
pengawasan biaya operasional haruslah diketahui secara baik. Permasalahan yang
dihadapi setiap perusahaan dapat berbeda satu dengan lainnya. Permasalahan ini
membutuhkan suatu pemecahan untuk mengetahui penyebab terjadinya masalah
tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka penulis dapat
merumuskan masalah dalam Tugas Akhir ini yakni “Bagaimanakah peranan
perencanaan dan pengawasan anggaran biaya operasional guna mencegah
penyimpangan anggaran biaya operasional”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Menerapkan anggaran sebagai alat
untuk perencanaan dan pengawasan biaya operasional.
2. Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang diambil perusahaan
dalam menanggulangi masalah yang timbul dalam kegiatan operasi perusahaan
tersebut.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Untuk memperluas wawasan penulis tentang bagaimana cara untuk
merencanakan dan mengawasi suatu anggaran biaya operasional.
2. Bagi Perusahaan
Untuk memberikan informasi kepada pemimpin perusahaan dalam
mengambil keputusan untuk menyusun suatu anggaran biaya
operasional
di masa yang akan datang.
3. Bagi Pembaca
Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan referensi
serta
pembanding untuk penulisan tugas paper di masa yang akan
datang.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi