Kamis, 20 Maret 2014

Skripsi Manajemen: PENGARUH PENGAWASAN, MOTIVASI, DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DINAS KESEHATAN


BAB I.
PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang Masalah.
Pelayanan publik dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan  tuntutan kepada pemerintah, dalam hal ini adalah pegawai negeri,  untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat  atau sering dinamakan pelayanan prima. Sebagai abdi negara dan  abdi masyarakat, pegawai negeri sipil dituntut tanggung jawab yang  tinggi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.Pelayanan  publik biasanya diselenggarakan oleh pemerintah, baik pemerintah  pusat maupun daerah. Tingginya tuntutan masyarakat akan  pelayanan yang lebih baik, memaksa berbagai
instansi pemerintah  untuk mendorong peningkatan kinerja yang prima.

Kinerja seseorang atau kelompok dipengaruhi oleh faktor  eksternal dan internal. Faktor eksternal antara lain berupa peraturan  organisasi, kepemimpinan dan pengawasan atasan,  ketenagakerjaan/kepegawaian, keinginan masyarakat, nilai-nilai  sosial, kondisi ekonomi, perubahan lokasi kerja, dan kondisi  lingkungan kerja. Faktor internal yang mempengaruhi kinerja  karyawan/kelompok terdiri dari kecerdasan, keterampilan, kestabilan  emosi, motivasi, komitmen, persepsi, kondisi keluarga, kondisi fisik    seseorang dan karakteristik kelompok kerja dan budaya kerja  (Nursyahfitri, 2010:1). Kinerja (performance) dapat dipengaruhi oleh  tiga faktor (Henry Simamora dalam Mangkunegara 2009:4), yaitu : a.  Faktor individual yang terdiri dari : 1.  Kemampuan dan keahlian 2.  Latar belakang 3.  demografi  b.  Faktor psiko logis yang terdiri dari : 1.  Persepsi 2.  Attitude 3.  Personality  4.  Pembelajaran 5.  Motivasi  c.  Faktor organisasi yang terdiri dari : 1.  Sumber daya 2.  Kepemimpinan 3.  Penghargaan 4.  Struktur  5.  Job design Pengawasan adalah usaha atau tindakan untuk mengetahui  sejauh mana pelaksanaan tugas dilaksanakan menurut ketentuan dan  sasaran yang hendak dicapai (Situmorang dan Juhir, 1998: 21).  Sementara Menurut Gitosudarmo (1986: 89) pengawasan adalah    usaha untuk mengetahui kondisi dari kegiatan yang sedang dilakukan  apakah telah mencapai sasaran yang ditentukan.  Pengertian motivasi erat kaitannya dengan timbulnya suatu  kecenderungan untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Ada  hubungan yang kuat antara kebutuhan motivasi, perbuatan atau  tingkah laku, tujuan dan kepuasan, karena setiap perubahan  senantiasa berkat adanya dorongan motivasi. Setiap tindakan atau  perbuatan seseorang cenderung dimulai dari apa yang memotivasi  seseorang untuk melakukan sesuatu. Buhler, (2004) memberikan  pendapat tentang pentingnya motivasi sebagai berikut: Motivasi pada  dasarnya adalah proses yang menentukan seberapa banyak usaha  yang akan dicurahkan untuk melaksanakan pekerjaan. Motivasi atau  dorongan untuk bekerja ini sangat menentukan bagi tercapainya  sesuatu tujuan, maka manusia harus dapat menumbuhkan motivasi  kerja setinggi-tingginya bagi para karyawan/pegawai dalam  organisasi”.  Faktor lain yang mempengaruhi kinerja adalah kepemimpinan.  Menurut Santoso (2008 : 7) kepemimpinan ialah kemampuan  seseorang mempengaruhi orang lain untuk berpikir dan berperilaku  dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan organisasi di dalam  situasi tertentu.
  Dalam setiap organisasi, peran pemimpin dalam melakukakan pengawasan  dan motivasi terhadap bawahannya sangat penting untuk menjaga konsistensi  kinerja pegawai. Pada umumnya, pegawai tidak mengerjakan pekerjaanya dengan  baik apabila kurang diawasi dan dimotivasi, dan tentu saja akan berdampak pada  kinerja organisasi secara keseluruhan. Dalam beberapa kasus, terjadinya  kemangkiran atau absen menunjukkan motivasi pegawai yang rendah di Dinas  Kesehatan Tapanuli Utara. Sebagai contoh beberapa bulan terakhir data absensi  pegawai pada Dinkes Taput tergolong tinggi, seperti pada Tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1 Jumlah Absen Pegawai  No  Waktu (Bulan)  Jumlah Absensi Pegawai  1  Agustus 2011  88 ketidakhadiran 2  September 2011  82 ketidakhadiran 3  Oktober 2011  85 ketidakhadiran Jumlah   255 ketidakhadiran Sumber: Dinas kesehatan Tapanuli Utara (data diolah) Dari Tabel 1.1 ditunjukkan bahwa jumlah ketidak hadiran pegawai cukup  tingggi jika dibandingkan dengan jumlah pegawai yaitu 69 orang. Dari data  tersebut persentase absensi pegawai Dinas Kesehatan Tapanuli Utara sebesar  4,73% per bulannya. Pimpinan organisasi perlu mengatasi hal ini dengan  memberikan peringatan serta melakukan tindakan tegas terhadap pelanggaran  yang fatal. Hal ini untuk menjaga agar pedoman normatif tetap terlaksana dan  memiliki kekuatan sebagai kontrol terhadap setiap tindakan yang dilakukan oleh  seluruh pegawai pemerintahan. Tingkat absensi pegawai tentu akan    mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan, dimana tingkat partisipasi  kerja berhubungan positif dengan tingkat produktivitas.
Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai penanggung jawab kesehatan  masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara, Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli  Utara mendirikan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang tersebar di  seluruh wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Puskesmas merupakan salah satu Unit  Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas sebagai unit  pelayanan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan harus  melakukan upaya kesehatan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan,  tuntutan, kemampuan, dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat.
Jumlah Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Utara sampai tahun 2010  adalah 19 puskesmas. Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan Puskesmas  terhadap masyarakan di wilayah kerjanya, Puskesmas didukung oleh sarana  kesehatan berupa Puskesmas Pembantu (Pustu). Jumlah Pustu di Kabupaten  Tapanuli Utara tahun 2010 sebanyak 60 unit.
Adapun fungsi Puskesmas adalah sebagai berikut: 1.  Pusat pembangunan berwawasan kesehatan 2.  Pusat pemberdayaan masyarakat 3.  Pusat pelayanan kesehatan primer 4.  Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer   Dalam pelaksanaan tugasnya, Dinas Kesehaatan Kabupaten Tapanuli  Utara mempunyai standar kerja yang harus dicapai dalam suatu periode waktu  tertentu. Berikut adalah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang harus dicapai  Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2010 beserta hasil  pencapaiannya:  Tabel 1.2 Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Hasil Pencapaian Dinkes TAPUT pada Tahun 2010   Tabel 1.2 Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan  Hasil Pencapaian Dinkes Taput 2010 N0 Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal Hasil  Pencapaian  Tahun 2010 Indikator   Nilai   Nilai  1  Pelayanan  Kesehatan Dasar Pertolongan persalinan oleh  tenaga kesehatan yang memiliki  kompetensi kebidanan 97%  90% Cakupan desa/kelurahan  Universal Child Immunization  (UCI) 100%  97% Cakupan balita gizi buruk  mendapat perawatan 100%  87% Cakupan peserta KB aktif  70%  57% Cakupan penemuan dan  penanganan penderita penyakit 92%  81% Cakupan pelayanan kesehatan  dasar masyarakat miskin 100%  77% 2  Pelayanan  Kesehatan  Rujukan  Cakupan pelayanan kesehatan  rujukan pasien masyarakat  miskin 100%  81% Cakupan pelayanan gawat  darurat yang harus diberikan  sarana kesehatan (RS) di  Kab/Kota 100%  100%   Lanjutan  Sumber : www.dinkestaput.go.id& profil kesehatan Kab.Taput 2010 (data diolah) Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten  Tapanuli Utara pada tahun 2010 belum memenuhi standar pelayanan minimal  yang telah ditetapkan pemerintah. Ada empat jenis pelayanan utama yang harus  diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara kepada masyarakat, yaitu  pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, penyelidikan  epidemologi dan penanggulangan kejadian  luar biasa KLB, serta promosi  kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Namun semua pelayanan itu tidak dapat  diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara secara maksimal kepada  masyarakat, dimana hanya 1 indikator pelayanan saja yang memenuhi standar  pelayanan yaitu, Cakupan pelayanan gawat darurat yang harus diberikan sarana  kesehatan (RS) di Kab/Kota, dengan nilai 100%.
Hasil kinerja di atas sudah seharusnya mendapat perhatian dan  memerlukan perbaikan di setiap lini yang dianggap bermasalah agar kinerja Dinas  3  Penyelidikan  Epidemologi dan  Penanggulangan  Kejadian Luar  Biasa (KLB) Cakupan penyelidikan  epidemologi dan  penanggulangan kejadian luar  biasa (KLB) 95%  90% 4  Promosi  Kesehatan dan  Pemberdayaan  Masyarakat Cakupan desa siaga aktif   80%  43%   Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara melalui pelayanan maksimal kepada  masyarakat dapat ditingkatkan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan  penelitian dengan judul ”Pengaruh Pengawasan, Motivasi, dan Kepemimpinan  terhadap  Kinerja Pegawai pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli  Utara”.  1.2 Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan masalah  sebagai berikut:.
”Apakah Ada Pengaruh Pengawasan, Motivasi, dan  Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas  Kesehatan Tapanuli Utara?” .
1.3 Tujuan Penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis  pengaruh pengawasan, motivasi, dan kepemimpinan terhadap kinerja  pegawai pada Dinas Kesehatan Tapanuli Utara.    1.4 Manfaat Penelitian.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: .
1.  Bagi pimpinan Dinas Kesehatan Tapanuli Utara, dalam rangka melakukan  pengawasan yang baik, kepemimpinan yang kondusif, dan motivasi bagi  pegawai dengan tujuan meningkatkan kinerja pegawai..
2.  Bagi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU, merupakan tambahan  kekayaan penelitian studi kasus untuk dapat dipergunakan dan dikembangkan.
3.  Bagi Peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan pengetahuan yang  dimiliki akan bertambah luas terutama mengenai pengawasan, motivasi, dan  kepemimpinan.
4.  Bagi Peneliti berikutnya, sebagai referensi dalam melakukan penelitian  khususnya mengenai pengawasan, kepemimpinan, dan motivasi pegawai.
   
 
 
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi