BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Proses
belajar mengajar merupakan
inti dari kegiatan
pendidikan di sekolah.
Guru merupakan personil
yang menduduki posisi
strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia,
dituntut untuk terus mengikuti berkembangan konsep-konsep baru dalam dunia
pengajaran. Menurut James B. Brow
seperti yang dikutip oleh Sardiman mengemukakan bahwa tugas dan peranan
guru antara lain:
menguasai dan mengembangkan
materi pelajaran, merencanakan
dan mempersiapkan pelajaran
sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan
siswa. Tugas guru
dalam proses belajar
mengajar meliputi tugas
pedagogis dan tugas
administrasi. Tugas paedagogis
adalah tugas membantu,
membimbing dan memimpin.
Moh. Rifai mengatakan bahwa: ”Di dalam
situasi pengajaran, gurulah
yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kepemimpinannya
yang dilakukan itu.
Ia
tidak melakukan instruksi-instruksi dan
tidak berdiri di
bawah instruksi manusia
lain kecuali dirinya
sendiri, setelah masuk
dalam situasi kelas” Disinilah
guru sebagai pendidik
memiliki peran yang sangat
besar, disamping sebagai
fasilitator dalam pembelajaran
siswa, juga sebagai pembimbing
dan mengarahkan peserta
didiknya sehingga menjadi
manusia Suryasubroto, Proses Belajar Mengajar di
Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta 1997),
hal.4 yang mempunyai
pengetahuan luas baik
pengetahuan agama, kecerdasan, kecakapan hidup, keterampilan, budi pekerti
luhur dan kepribadian baik dan bisa membangun
dirinya untuk lebih
baik dari sebelumnya
serta memiliki tanggung jawab besar dalam pembangunan bangsa.
Oleh
karena itu, guru
harus mengetahui bagaimana
situasi dan kondisi ajaran itu disampaikan kepada peserta
didik, apa saja yang diperlukan untuk
memotivasi siswanya agar mendapatkan pembelajaran yang maksimal, bagaimana
cara atau pendekatan
yang digunakan dalam penbelajaran, bagaimana
mengorganisasikan dan mengelola
isi pembelajaran, hasil
yang diharapkan dari kegiatan
tersebut.
Dalam
kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergik, yakni
guru mengajar dan
siswa belajar. Guru mengajarkan
bagaimana siswa harus belajar, sementara siswa belajar
bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman
belajar hingga terjadi
perubahan dalam dirinya
dari aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Guru yang kompeten akan
lebih mampu menciptakan
lingkungan yang efektif
dan akan lebih
mampu mengelola proses belajar
mengajar, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Belajar
memang bukan konsekwensi
otomatis dari penyampaian informasi pada anak didik, tapi belajar
membutuhkanketerlibatan mental dan tindakan dari
pelajar itu sendiri.
Itulah keaktifan yang merupakan
langkah- Ibid., hlm.6 langkah belajar
yang didesain agar
siswa senang mendukung
proses itu dan menarik
minat untuk terlibat.
Mengaktifkan
belajar siswa dalam
kegiatan pembelajaran merupakan
salah satu cara
menghidupkan dan melatih
memori siswa agar bekerja dan
berkembang secara optimal.
Guru harus memberi
kesempatan kepada siswa
untuk mengoptimalkan memorinya
bekerja secara maksimal dengan bahasanya dan melakukan dengan
kreatifitasnya sendiri.
Dalam pembelajaran
terdapat beberapa komponen
yang berpengaruh dalam proses
pembelajaran pendidikan khususnya
pada materi agama. Apabila ditinjau dari karakteristik
setiap individu dari anak didik pasti memiliki perbedaan
dalam hal kemampuan,
sikap, gaya belajar, perkembangan
moral, perkembangan kepercayaan,
perkembangan kognitif, sosial
budaya dan sebagainya.
Untuk itu guru
harus mampu menjadikan mereka semua terlibat, merasa senang selama
proses pembelajaran.
Pelajaran Al-Qur’an
Hadits merupakan salah
satu contoh pendidikan
agama yang di
anggap kurang efektif,
karena disamping guru sebagai motivator
siswa yang kurang
profesional, juga metode
pengajaran yang digunakannya juga
belum optimal.
Pengajaran yang digunakan oleh guru tersebut
biasanya dilakukan dengan metode
konfensional atau metode
ceramah dan tanya
jawab. Cara http://ahmadsudrajat.files.worpress.com/model
pembelajaran 1/28 Desember 2009.
belajar
seperti ini belum
memberikan hasil belajar
yang memuaskan pada siswa.
Dengan
metode yang tepat seseorang dapat lebih bersemangat dan bisa
meraih prestasi belajar
secara berlipat ganda. Hal
itu tentu saja merupakan peluang
dan tantangan yang
menggembirakan bagi kalangan pendidik.
Tetapi jika bangsa
Indonesia terlambat mengapresiasikan berbagai temuan mutakhir dalam bidang metodologi
pendidikan,maka posisi kita akan semakin tertinggal
di belakang. Itulah
yang disampaikan oleh
Komaruddin terdapat dalam
pengantar bukunya.
Metode
pembelajaran yang tepat
dan dapat memberikan
motivasi belajar yang tinggi,
dimana sangat berpengaruh sekali pada pembentukan jiwa anak. Motivasi belajar yang membangkitkan dan
memberi arah pada dorongan yang
menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar.
Guru
dituntut untuk menguasai
bermacam metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik
materi dan siswa
dalam memilih metode, kadar
keaktifan siswa harus
selalu diupayakan tercipta
dan berjalan terus dengan
menggunakan beragam metode.
Dengan
metode belajar yang
bagus, siswa akan
mampu memecahkan masalahnya sendiri,
yang paling penting
melakukan tugasnya sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Silberman
M Melvin, Active Learning 101 strategies to Teach Any Subject (Bandung: Nusa Media, 2004), hal. 10 Persoalannya bagaimana mengaktifkan siswa agar
secara sukarela tumbuh kesadaran
mau dan senang
belajar, guru harus mempunyai strategi yang baik supaya pendidikan dan pengajaran
yang disampaikan memperoleh respon positif,
menarik perhatian, dapat
dikembangkan dan terimplementasi dalam sikap yang positif pula. Untuk
mencapainya, seorang guru harus dapat memilih
dan memilah metode pengajaran yang menarik
karena metode yang monoton hanya
terfokus pada materi saja.
Untuk meningkatkan mutu pengajaran dalam
kelas, banyak faktor yang harus
dipertimbangkan diantaranya yaitu dalam
hal penyampaian materi dari sumber
melalui saluran atau
media tertentu ke
penerimaan siswa, sedangkan
metode yang digunakan
di sekolah dirasakan
masih kurang menciptakan suasana kondusif dan siswa
terkesan pasif hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa
ada respon dari
siswa, sehingga yang diketahui
siswa hanya tersimpan
dalam memori saja,
tidak diungkapkan. Penyebab
dari kepasifan siswa
di kelas yaitu
takut salah atau
tidak percaya diri
dan siswa cenderung malu mengungkap pendapatnya.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan
oleh seorang guru guna lebih membangkitkan
belajar siswa di
kelas yaitu dengan
menggunakan metode Jigsaw.
Metode ini dapat
diterapkan pada pembelajaran
untuk mencapai kompetensi yang
sudah ditetapkan dan
diketahui siswa dengan membagikan
bahan ajar yang
lengkap. Metode ni,
siswa dibagi secara
http:// ktipitk.blogsirit.com/
Achive/ metode. Html 13 September 2009 Ibid… kelompok, setiap
anggota kelompok kecil
berusaha membuat resume
untuk mencapai kompetensi
yang telah ditetapkan.
Bentuk kelompok baru
secara acak dan setiap anggota kelompok untuk saling menjelaskan resume kepada sesama
anggota dalam kelompok
baru tersebut sehingga
diperoleh pemahaman yang utuh.
Hal ini
serupa dengan apa
yang diakukan oleh
peneliti terahulu yang
diteliti oleh Ike
Nurfadila ”Efektifitas Penggunaan
Metode Jigsaw Learning
Dalam Pembelajaran Agama
Islam (PAI) di
SMP Negeri 13 Malang” menyebutkan
bahwa metode jigsaw
learning dapat menghadirkan suasana
menyenangkan di dalam
kelas karena metode
ini dilakukan secara berkelopok dengan melibatkan siswa secara
aktif.
Penggunaan
metode jigsaw dalam
pembelajaran PAI di SMP Negeri
13 Malang ini
guru menyesuaikan dengan
karekteristik materi yang akan
disampaikan. Penerapan metode ini sangat membantu guru dalam proses belajar
mengajar selain melatih
siswa belajar aktif,
metode ini juga meningkatkan kerjasama
anggota antar kelompok
karena disini siswa
dapat belajar bersama
dan saling memberikan
informasi dengan teman-teman sebayanya. Sehingga mereka lebih leluasa
menyampaikan pendapatnya tanpa rasa takut,
malu atau ngantuk.
Kusrini
dkk, Katerampilan Dasar Mengajar (PPL 1) Berorientasi pada Kurikulum Berbasis Kompetensi ( Fakultas Tarbiyah UIN Malang,
2005), hal. 122 Ike Nurfadilah,
Efektifitas Penggunaan Metode Jigsaw Learning Dalam Pembelajaran Agama Islam (PAI) di SMP Negeri 13 Malang,
Skripsi 2006.
Dari
penelitian yang terdahulu
tersebut, peneliti yang
sekarang ingin mengguakan metode
yang sama yakni metode jigsaw untuk mengetahui seberapa
aktif siswa di
dalam belajarnya dengan
menggunakan metode pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi