BAB I.
PENDAHULUAN.
A. LATAR BELAKANG.
Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima
Tujuan pembangunan nasional
adalah mewujudkan masyarakat yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah cara
untuk mencapai keadaan
tersebut. Adanya pembangunan
selain memberikan dampak
positif juga memberi
dampak negatif terutama ditunjukkan oleh berbagai masalah tenaga kerja
dan kesempatan kerja.
Tujuan pembangunan nasional untuk
pembangunan ekonomi tidak hanya dapat
dilakukan dengan berbekal tekad baja
dari seluruh rakyatnya dalam membangun ekonomi,
lebih dari itu
harus didukung oleh
ketersediaan sumber daya
ekonomi, baik sumber
daya alam, sumber
daya manusia, maupun
sumber daya modal
yang produktif. Dengan
kata lain, tidak adanya
daya dukung yang
cukup kuat dari
sumber daya ekonomi
yang produktif, maka
pembangunan ekonomi sulit
untuk dapat dilaksanakan dengan
baik. Terdapatnya kelemahan
dalam kemampuan partisipasi swasta
domestik dalam pembangunan
ekonomi, mengharuskan semua elemen baik
pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah untuk mengambil
peran sebagai motor
penggerak pembangunan ekonomi nasional, salah satunya dengan pembangunan
ekonomi kerakyatan melalui penguatan
pada sektor informal (Suparmoko, 1986 : 120).
Tujuan pembangunan nasional dapat
diwujudkan dari sektor perdagangan yang
merupakan bagian dari sektor informal yang mempunyai kedudukan dan peranan
yang strategis. Pencapaian
tujuan nasional dari
sektor perdagangan merupakan bagian dari sektor informal yang
memiliki kedudukan dan peranan yang
strategis. Salah satu sektor penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan penyerapan tenaga
kerja paling besar adalah sektor perdagangan.
Sektor informal
lebih banyak menampung
tenaga kerja di
Indonesia daripada sektor formal,
hal ini dikarenakan terganggunya keseimbangan sosial ekonomi dengan pembangunan daerah di Indonesia
yang tidak merata. Selain itu sektor
informal sendiri mengalami perkembangan yang pesat dan cepat.
Sektor informal
berkembang pesat dan
cepat dikarenakan tenaga
kerja yang dahulu menjadi
prioritas lapangan kerja pada sektor formal akan tetapi karena
krisis ekonomi yang
melanda indonesia, mengakibatkan
terjadinya Putus Hubungan
Kerja (PHK) pada
sektor formal ini.
Sehingga dengan dikembangkan lapangan kerja pada sektor
informal yang kelihatannya sektor ini tidak
mampu menampung tenaga
kerja seperti yang
diharapkan, tetapi kenyataannya
sektor inilah yang
menjadi penyelamat untuk
masalah ketenagakerjaan yang
dihadapi. Penyerapan tenaga
kerja yang menghasilkan keuntungan
dan pendapatan keluarga
dapat digali dan
diangkat dari sektor informal.
Berdagang merupakan alternatif
lapangan kerja informal
yang nyatanya menyerap
tenaga kerja lebih
banyak. Sektor informal
terutama di kota
dipandang sebagai sebuah
unit terkecil yang
terdapat dalam sebuah produksi
serta distribusi barang-barang
yang tetap dalam
proses evolusi daripada
dianggap sebagai sekelompok
perusahaan berskala kecil
dengan input modal serta
pengelolaan yang besar.
Di kota Surakarta
kontribusi sektor perdagangan,
hotel dan restoran 7.00% dari laju pertumbuhan PDRB kota
Surakarta. Hal ini dapat dilihat dari tabel
dibawah ini : TABEL 1.Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut
Lapagan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Kota Surakarta Tahun 2011-201Lapangan usaha Tahun (%) 2011 201Pertanian
0.08 0.0Penggalian -1.27
-1.0Industri pengolahan 2.80 2.8Listrik,gas dan air bersih 7.93
7.0Bangunan 6.73 6.7Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.24
7.0Pengangkutan & komunikasi
6.87 6.5Keuangan,persewaan&
jasa perusahaan 9.42 8.3Jasa-jasa
5.46 7.5PDRB 5.94
6.1Sumber : BPS Surakarta,PDRB Kota Surakarta 201Dari tabel
diatas dapat diliha0t
laju pertumbuhan PDRB
dari tahun 2012 mengalami peningkatan
laju pertumbuhan. Tahun
2011 dari sektor
keuangan, persewaan dan jasa
perusahan menyumbang PDRB terbanyak di kota Surakarta.
Disusul dengan jasa-jasa di
urutan kedua sebesar 7.58% dan diikuti dari sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 7.02% , sedangkan untuk perdagang,
hotel dan restauran berada
di posisi ke
empat penyumbang PDRB
terbesar di kota Surakarta yaitu
sebesar 7.00% akan
tetapi dari sektor
ini mengalami penurunan PDRB dari tahun 2011 sebesar 0.24%. Penyumbang
PDRB terkecil dari sektor penggalian
yaitu sebesar -1.07% .
Kehidupan daerah kota
Solo yang sebagian
besar mengandalkan sektor perdagangan
karena jumlah penduduk
yang relatif tinggi.
Hal tersebut dikarenakan
bagian utara, timur,
dan selatan merupakan
daerah tandus yang secara
geografis kota Surakarta tidak memungkinkan untuk dapat meningkatkan taraf
perekonomian disektor agraris,
sehingga perdagangan menjadi
urat nadi perekonomian wilayah Surakarta, sedangkan
pemerintah kota Surakarta mengenai sarana prasarana
yang telah tersedia,
berupa alat transportasi,
pasar, dan sebagaiannya yang disediakan dalam
memperlancar perekonomian.
Pedagang kaki
lima merupakan salah
satu dari sektor
informal yang berkontribusi
penyumbang PDRB dari
sektor perdagangan. Keberadaan pedagang
kaki lima sering
dianggap sebagai salah
satu faktor yang
harus disingkirkan . Berbagai
upaya penggusuran pedagang kaki lima, karena dianggap sebagai benalu keindahan kota. Sehingga
pemerintah kota Surakarta bekerja sama dengan masyarakat
Surakarta berupaya untuk
menata pedagang kaki
lima dan merelokasi di suatu tempat dengan membuat
pasar khusus untuk para pedagang.
Pemerintah seharusnya
memperhatikan para pedagang
tersebut demi kesejahteraan mereka. Seperti menyediakan
tempat dan lahan untuk berdagang , karena menurut
pengamatan penulis lokasi
tempat berdagang mereka
kurang memadai. Dari
sisi penataan tata
kota para pedagang
yang berjualan dipinggir jalan
mengganggu kerapaian kota
dan mengganggu pengguna
jalan, apabila pemerintah
memperhatikan mereka dengan
memberi tempat yang
layak untuk berdagang
diharapkan pendapatan mereka
meningkat dan menaikkan kesejahteraan hidup para pedagangnya dan para
pedagang pakaian bekas tersebut tidak
tersingkir.
Dalam penelitian ini
lebih difokuskan untuk
menganalisis pendapatan para pedagang
di Kelurahan Gilingan terdapat
pedagang yang berjualan di sepanjang jalan
yang jaraknya lima
kaki dari jalan
raya, tepatnya JL.Letjen
S. Parman.
Barang-barang yang
mereka dagangkan adalah
pakaian bekas. Para
pedagang yang berjumlah 120 orang
tersebut masih tetap bertahan ditengah
- tengah outlet outlet penjualan pakaian baru yang semakin
bergeliat di kota Surakarta.
Penulis ingin
menganalisa apakah faktor-faktor
seperti modal usaha, pengalaman
usaha, tingkat pendidikan,
jam dagang apakah
mempengaruhi pendapatan penjual
pakaian bekas di
Kelurahan Gilingan Surakarta
dan ingin mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh
terhadap pendapatan sehingga menjadikan
mereka masih tetap bertahan berjualan. Penulis tertarik menganalisa usaha
pakaian bekas didasarkan pada keingintahunan penulis untuk mengetahui jumlah pendapatan dari usaha pakaian bekas
yang dihitung dari survei responden pedagang di
Kelurahan Gilingan Surakarta.
Berdasarkan latar belakang
diatas, maka dilakukan
penelitian mengenai “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Pedagang Kaki
Lima Studi Kasus
Penjual Pakaian Bekas Di Kelurahan Gilingan Surakarta” .
B. RUMUSAN MASALAH.
Pada penelitian
terdahulu oleh Salamatun
Asakdiyah dan Tina
Suistyani pada tahun 2004 dengan
judul “Analisis Faktor - Faktor Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta”
yang menggunakan variabel dependen pendapatan
dan variabel independen
berupa tenaga kerja,
lama usaha, dan
jam kerja. Berdasarkan
penelitian terdahulu tersebut
penulis menggunakan variabel
dependen pendapatan dan
independen pengalaman usaha,
modal usaha, jam
dagang, dan tingkat
pendidikan, maka ditarik rumusan masalah sebagai berikut :.
1. Apakah variabel modal usaha, pengalaman
usaha, tingkat pendidikan, dan jam
dagang mempengaruhi pendapatan
pedagang kaki lima penjual
pakaian bekas di Kelurahan Gilingan Surakarta?.
2. Diantara
faktor modal usaha,
pengalaman usaha, tingkat
pendidikan dan jam
dagang manakah yang
paling berpengaruh terhadap pendapatan?.
C. TUJUAN.
1. Untuk
mengetahui pengaruh faktor
modal usaha, pengalaman
usaha, tingkat pendidikan dan jam
kerja terhadap pendapatan pedagang kaki lima studi
kasus penjual pakaian
bekas di Kelurahan
Gilingan Surakarta.
2. Untuk
mengetahui faktor yang
paling berpengaruh terhadap pendapatan
pedagang kaki lima
studi kasus penjual
pakaian bekas di Kelurahan
Gilingan Surakarta.
D. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat dari penelitian
ini adalah :.
a. Memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan
untuk pedagang pakaian bekas
di Kelurahan Gilingan
Surakarta dalam upaya
melakukan pengembangan usaha
dalam berdagang.
b. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan kepada
peneliti selanjutnya dalam pelaksanaan
penelitian ilmiah tentang sektor informal.
c.
Dapat membantu pemerintah
guna memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan kepada
para pedagang kaki
lima mengenai relokasi penataan pedagang kaki lima sehingga terwujud
ketertiban kota.
Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima
Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi