Rabu, 12 November 2014

Skripsi Ekonomi: Analisis Produksi Dan Efisiensi Ekonomi Usaha Tani Tembakau Di Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang.
 Skripsi Ekonomi: Analisis Produksi Dan Efisiensi Ekonomi Usaha Tani Tembakau Di Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
Indonesia  merupakan  negara  berkembang  dimana  mayoritas  penduduknya  bermata  pencaharian  dalam  sektor  pertanian.  Didukung  oleh  faktor sumber daya  alam  yang sangat subur dan sumber daya manusia  yang  melimpah,  seharusnya  pertanian  Indonesia  menjadi  sangat  maju  dan  menguntungkan.  Sektor  pertanian  diharapkan  untuk  mampu  mendukung  sektor  industri nasional sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat  serta memperluas kesempatan kerja.

Sektor  pertanian  masih  dianggap  sebagai  sektor  yang  mempunyai  peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian berperan penting didasari oleh  keunggulan  faktor  alam  yang  sangat  melimpah  ruah  dan  sangat  beragam,  pangsa pasar nasional yang besar dan penduduk yang bergantung pada sektor  pertanian. Dengan modal yang besar tersebut seharusnya pertanian Indonesia  sudah  maju  namun  pada  kenyataanya  sebagian  besar  masyarakat  yang  tergolong  miskin  berasa  dari  petani  dan  berprofesi  sebagai  petani.  Hal  ini  menunjukan  bahwa  pertanian  kurang  diperhatikan  dan  kurang  diberdayakan  secara keseluruhan. Padahal sektor pertanian merupakan sektor yang mampu  menampung luapan tenaga kerja yang terjadi.
Pertanian di Indonesia harus dipandang sebagai suatu sektor ekonomi  yang sejajar dengan sektor lainnya pada tahun tahun yang akan datang. Sektor    ini  tidak  boleh  lagi  hanya  berperan  sebagai  aktor  pembantu  apalagi  figuran  bagi pembangunan nasional, tetapi harus menjadi pemeran utama yang sejajar  dengan  sektor  industri.  Karena  itu  sektor  pertanian  harus  menjadi  sektor  moderen, efisien dan berdaya saing, dan tidak boleh dipandang hanya sebagai  penampung  tenaga  kerja  tidak  terdidik  yang  melimpah  ataupun  penyedia  pangan  yang  murah  agar  sektor  industri  mampu  bersaing  dengan  hanya  mengandalkan upah rendah (Napitupulu,2005).
Peranan  sektor  pertanian  sebagai  penyumbang  terbesar  terhadap  Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB), penyerapan tenaga kerja dan juga  terhadap ekspor dalam perekonomian Jawa Tengah selama ini masih dominan.
Namun  produktifitas  sektor  pertanian  tercatat  paling  rendah  dibandingkan  sektor lainnya. Kondisi ini  disebabkan  oleh  penguasaan lahan pertanian yang terlalu sempit, kurangnya  informasi pasar dan iptek,  rendahnya nilai tambah  produk dan adanya periode menunggu  hasil  produksi. Disamping itu produksi  pertanian belum mampu  menjamin kelangsungan dan kualitas yang baik, serta  adanya kebijakan impor komoditas tertentu seperti beras, gula dan kedelai.
Tabel 1.1 PDRB Jawa Tengah Sektor Pertanian Tahun 2012 (juta) No  Lapangan Usaha  PDRB  Prosentase(%) 1  Pertanian  36.712.340,43  17,4 a  Tanaman Bahan Makanan  25.427.512,90  12,1 b  Tanaman Perkebunan Rakyat  3.411.458,95  1,6 c  Peternakan & Hasil- hasilnya  5.107.200,13  2,4 d  Kehutanan  645.799,07  0,3 e  Perikanan  2.120.369,38  1,0 Total PDRB Jawa Tengah  210.961.937,06  100 Sumber :Jawa Tengah dalam angka 2012    Sektor  pertanian  di  Indonesia  dibagi  menjadi  lima  sub  sektor  yaitu  subsektor pertanian pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor  kehutanan,  subsektor  peternakan  dan  subsektor  perikanan.  Pada  tabel  1.1  menunjukkan  bahwa  Provinsi  Jawa  Tengah  memiliki  tanaman  pangan  yang  berkontribusi besar terhadap PDRB Jawa Tengah.  Tetapi sektor –  sektor yang  lainnya  juga  menunjang  terhadap  perekonomian  di  Jawa  Tengah.  Sektor  pertanian menyumbang 17,4% total PDRB Jawa Tengah.
Tanaman  perkebunan  hanya  menyumbang  1,6  dari  PDRB.  Tanaman  perkebunan  mempunyai  satu  komoditas  yang  mempunyai  peranan  penting  yaitu  tembakau.  Tembakau  merupakan  komoditas  perkebunan  yang  bernilai  ekonomis  tinggi  sebagai  sumber  pendapatan  petani  maupun  sumber  pendapatan  negara.  Pemerintah  telah  menargetkan  penerimaan  cukai  rokok  dari produksi tembakau pada tahun  2012 sebesar 84 trilyun, sedangkan pada  tahun  2013  ditargetkan  penerimaan  cukai  sebesar  87  trilyun  (PMK  Nomor  179/PMK.011/2012).
Menurut  Sunardi  (1999),  tembakau  merupakan  komoditas  tradisional  yang  menjadi  bahan  baku  utama  industri  rokok  yang  memiliki  peranan  ekonomi  sangat  strategis  sebagai  menghasilkan  devisa  mendatangkan  cukai  dan  pajak  serta  menunjang  penghidupan  bagi  lebih  dari  16  juta  jiwa  menggantungkan  hidupnya  dari  pendapatan  komoditas  tembakau,  mulai  dari  kegiatan  produksi,  pascapanen,  pengangkutan  sampai  kegiatan  pada  industri  hilir dan menyerap tenaga kerja 4 juta orang.     Menurut data FAO 2010, Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh  besar  Negara  penghasil  tembakau  terbesar  di  dunia.  Pada  tahun  2010  Indonesia berada pada posisi ke 6 dunia dengan 136 ribu ton. Indonesia berada  di bawah China yang menduduki peringkat pertama dengan produksi sebeser  3.005.753  ton.  Keadaan  produksi  tembakau  dunia  tersebut  dapat  dilihat  di  tabel 1.2.
Sumber:http://faostat.fao.org/site/339/default.aspx Tabel  1.2  menunjukkan  bahwa  China,  India  dan  Brazil  merupakan  negara produsen daun tembakau  terbesar di dunia.  Pada tahun 2010, keempat  negara di atas menjadi negara penghasil  tembakau terbesar di dunia, dengan  produksi  daun  tembakau  mencapai  5,09  juta  ton  atau  sekitar  68%  dari  total  produksi dunia. Sementara Indonesia berada di posisi ketujuh  dengan jumlah  produksi sebesar 130 ribu ton atau sekitar 1,91% dari total produksi tembakau  dunia.
Tabel 1.2 Produksi Tembakau Sepuluh Besar Negara di Dunia  Tahun 2011 (ton) No  Negara  Produksi 1  China  3.158.737 2  India  1.009.910 3  Brazil    951.933 4  Amerika Serikat  272.622 5  Malawi  174.928 6  Argentina  165.145 7  Indonesia  130.300 8  Tanzania  130.000 9  Zimbabwe  111.570 10  Pakistan  102.834    Selama  kurun  waktu  sepuuh  tahun  terakhir,  jumlah  produksi  daun  tembakau  Indonesia  mengalami  fluktuasi.  Tahun  2010  total  produksi  daun  tembakau  Indonesia  mencapai  135,6  ribu  ton.  Sementara  itu,  produksi  daun  tembakau pada tahun 2011 berada pada angka sementara 130,3  ribu ton, dan  pada  tahun  2012  diestimasi  sejumlah  141,76  ribu  ton  (Statistik  Perkebunan  Indonesia 2010-2012).
Pulau Jawa menghasilkan  lebih dari 50 persen tembakau  dari jumlah  produksi tembakau di  Indonesia.  Hal ini dikarenakan sentra-sentra penghasil  tembakau  terdapat  di  pulau  Jawa.  Jawa  Timur  memiliki  luas  panen  dan  merupakan  penghasil  tembakau  terbesar.  Adapun  data  produksi  tembakau  menurut propinsi di Indonesia tahun 2012: Tabel 1.3 Produksi Tembakau Tiap Provinsi di Indonesia Provinsi  Produksi (ton)  % Jawa Timur  53.228  39,2 NTB  38,894  28,7 Jawa Tengah  26.530  19,6 Jawa Barat  7.658  5,6 Sumatera Utara  3.458  2,5 Sumatera Selatan  1.759  1,3 Bali   992  0,7 Lainnya   3.159  2,3 Jumlah   135.678  100 Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia 2010-2012.
Produksi tembakau di dalam negri masih dikuasai oleh  Tiga provinsi  yaitu  Jawa  Timur,  Nusa  Tenggara  Barat  (NTB)  dan  Jawa  Tengah  yang  merupakan penghasil tembakau terbesar  di Indonesia. Ketiga provinsi tersebut  merupakan  provinsi  utama  yang  menghasilkan  lebih  dari  80%  tembakau  nasional.
  Sudah  banyak  dikenal  bahwa  Kabupaten  Magelang  merupakan  penghasil  tembakau  yang  cukup  besar.  Tanaman  tembakau  yang  dibudidayakan  di  Kabupaten  Magelang  adalah  tembakau  jenis  virginia  rajangan  yang  oleh  masyarakat  lokal  dibedakan  menjadi  2  jenis,  yaitu  jenis  Temanggung  dan  jenis  Muntilan.  Tembakau  jenis  Temanggung  ini  dibudidayakan  di  daerah  dataran  tinggi  bisanya  di  lereng  gunung  Sumbing,  lereng  gunung  Merbabu  dan  lereng  gunung  Merapi.  Sedangkan  untuk  tembakau jenis Muntilan di tanam di daerah  dataran rendah dan biasanya di  lahan sawah. Hal Perbedaan lokasi penanaman  tersebut memberikan implikasi  perbedaan citarasa. Hal ini menyebabkan  perbedaan harga jual tembakau jenis  Temanggung dan jenis Muntilan. (Ihsannudin, 2010).
Tabel 1.4 Luas Panen dan Produksi Tembakau Kabupaten  Magelang Tahun  Luas Panen  Produksi 2008  3768  1879.30 2009  4391  2228.00 2010  6302  2345.70 2011  6010  3781.00 Sumber: BPS Kabupaten Magelang Produksi  rata-rata  dan  luas  panen  usaha  tani  tembakau  di  kabupaten  magelang  mengalami  peningkatan  dibandingkan  tahuntahun  sebelaumnya.
Dalam  tabel  1.4  diatas  terlihat  bahwa  dari  tahun  2008  sampai  tahun  2011  mengalami  peningkatan  yang  cukup  besar.  Bahkan  luas  panen  dan  produksi  tahun 2011 mengalami peningkatan tersebut mencapai dua kali ipat dari tahun  2008.  Produksi  tetap  mengalami  peningkatan  di  setiap  tahunnya  walaupun  luas panen tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010.
  Kecamatan  Pakis  merupakan  suatu  daerah  yang  sebagian  petaninya  membudidayakan  tanaman  perkebunan  rakyat  terbesar  di  Kabupaten  Magelang, misalnya cabai dan tomat dan tembakau.
Tabel 1.5 Luas Panen dan Produksi Tembakau per Kecamatan  Kabupaten Magelang Tahun 2012 no  Kecamatan   Luas Panen (ha)  Produksi (ton) 1  Salaman  0  0.00 2  Borobudur  150  145.00 3  Ngluwar  552  327.30 4  Salam  136  86.20 5  Srumbung  52  26.00 6  Dukun  83  35.30 7  Muntilan  352  193.00 8  Mungkid  492  295.00 9  Sawangan  896  625.00 10  Candimulyo  27  16.20 11  Mertoyudan  5  3.00 12  Tempuran  0  0.00 13  Kajoran  145  126.00 14  Kaliangkrik  1038  638.00 15  Bandongan  0  0.00 16  Windusari  327  264.50 17  Secang  11  6.00 18  Tegarejo  100  60.00 19  Pakis  1209  639.50 20  Grabag   132  67.00 21  Ngablak   303  228.00 Jumlah   6010  3781.00 Sumber : BPS Kabupaten Magelang (diolah) Menurut  tabel  1.5  di  atas,  Kecamatan  Pakis  merupakan  kecamatan  dengan  produksi  dan  memiliki  luas  panen  terbesar  di  Kabupaten  Magelang,  Kecamatan  Pakis  memiliki  luas  lahan  1209  ha  dan  sanggup  berproduksi  sebanyak 639,5 ton tembakau pada tahun 2012.  Jumlah tersebut menjadikan    Kecamatan Pakis sebagai salah satu kecamatan yang penting dalam produksi  tembakau tembakau di Kabupaten Magelang.
Pengelolaan subsektor pertanian tembakau di Kecamatan Pakis berada  sepenuhnya  berada  di  tangan  petani  agar  tetap  menjadi  salah  satu  sumber  pendapatan daerah, pendapatan masyarakat dan memenuhi permintaan industri  rokok.  Tingkat  pendapatan  peternak  sangat  ditentukan  oleh  efisiensi  petani  untuk mengalokasikan sumber daya yang dimiliki ke dalam berbagai alternatif  aktivitas produksi.
Fluktuasi  produksi  tembakau  kemungkinan  besar  disebabkan  belum  optimalnya  penggunaan  faktor  produksi.  Faktor  produksi  yang  dimaksud  adalah  luas  lahan,  jumlah  bibit,  jumlah  pupuk,  dan  jumlah  pestisida  yang  digunakan. Luas lahan untuk budidaya tembakau dimungkinkan tidak optimal.
Ketika  luas  panen  menurun,  rata-rata  produksi  pun  menurun,  yang  menununjukkan penggunaan faktor produksi luas lahan tidak tepat. Jika petani  tidak menggunakan sumber daya tersebut secara efisien, maka akan terdapat  potensi yang tidak atau belum  tereksploitasi untuk meningkatkan pendapatan  dan menciptakan surplus (Adiyoga, 1999).
Keuntungan  usaha  akan  mendorong  petani  dalam  meningkatkan  produksi dan menjaga kualitas produksi. Efisiensi dipengaruhi oleh besarnya  input yang digunakan dan output yang  dihasikan. Input yang digunakan akan  mempengaruhi pendapatan usaha dan akan menentukan tingkat efisiensi yang  dicapai,  yang  pada  akhirnya  akan  memberikan  doronga  pada  petani  untuk  memutuskan kebutuhan produksi dalam usaha tani tembakau.
  Fauziyah  (2010)  menyebutkan  bahwa  input  yang  berpengaruh  positif  terhadap  produksi  tembakau  yaitu  bibit,  dan  pupuk  (termasuk  pupuk  urea,  pupuk  TSP  dan  pupuk  kandang).  Penelitian  yang  dilakukan  di  Desa  Buddhagan,  Pamekasan  tersebut  menggunakan  analisis  fungsi  produksi  frontier  stokhastik.  Selanjutnya  dalam  Pertiwi  (2013),  produksi  tembakau  rakyat  di  Tegalroso,  Kecamatan  Parakan,  Kabupaten  Temanggung  dipengaruhi  oleh  pupuk  dan  tenaga  kerja.   Berdasarkan  pengujian  dengan  analisis regresi tersebut diperoleh bahwa variabel pupuk  kandang, pupuk ZA  dan  pestisida  berpengaruh  secara  positif  dan  signifikan.  Pupuk  SP36  berpengaruh positif tidak signifikan terhadap produksi tembakau. Sedangkan  variabel tenaga kerja berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap  produksi tembakau tersebut.
Bibit  dan  pupuk  merupakan  faktor  utama  yang  mempengaruhi  produksi  tembakau  tetapi  tidak  menutup  kemungkinan  faktor  produksi  yang  lainnya  dapat  mempengaruhi  produksi  tembakau.  Diperlukan  suatu  kajian  ilmiah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi  produksi  tembakau di Kabupaten Magelang dan bagaimanakah tingkat efisiensinya . Hal  inilah  yang  melatarbelakangi  pengambilan  judul  penelitian  skripsi  ”Analisis  produksi  dan  efisiensi  ekonomi  usaha  tani  Tembakau  di  Kecamatan  Pakis  Kabupaten Magelang”.
  B.  Rumusan Masalah .
Berdasarkan  uraian  tersebut  di  atas,  maka  permasalahan  yang  akan  diangkat dalam penelitian ini adalah : .
1.  Apakah faktor produksi luas lahan, bibit, pupuk kandang, pupuk urea,  pestisida dan tenaga kerja berpengaruh terhadap  hasil produksi usaha  tani tembakau di Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?.
2.  Bagaimana  keadaan  skala  usaha  pada  faktor  produksi  usaha  tani  tembakau di Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?.
3.  Bagaimana efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi pada usaha  tani tembakau di Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?.
C.  Tujuan Penelitian .
1.  Untuk mengetahui pengaruh pengaruh faktor faktor produksi pertanian  terhadap  hasil  produksi  usaha  tani  tembakau  di  Kecamatan  Pakis  Kabupaten Magelang.
2.  Untuk mengetahui keadaan skala produksi pada usaha tani tembakau di  Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.
3.  Untuk  mengetahui  bagaimana  efisiensi  ekonomi  penggunaan  faktor  produksi  pada  usaha  tani  tembakau  di  Kecamatan  Pakis  Kabupaten  Magelang.
  D.  Manfaat Penelitian .
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : .
1.  Sebagai  bahan  pertimbangan  dan  pengambilan  keputusan  terkait  dengan  produksi dan efisiensi ekonomi usaha tani tembakau.
2.  Untuk para pembaca di harapkan bisa mengetahui dan mendapat informasi  tentang produksi dan efisiensi ekonomi usaha tani tembakau..
3.  Bahan  referensi  atau  input  bagi  peneliti  lain  yang  mempunyai  kaitan  dengan masalah yang diangkat.

 Skripsi Ekonomi: Analisis Produksi Dan Efisiensi Ekonomi Usaha Tani Tembakau Di Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi