BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada umumnya ada dua keuntungan yang akan didapatkan
pemegang saham (investor) , yaitu
Capital Gain dan Dividend. Kebijakan
pembayaran dividen mempunyai dampak yang
sangat penting bagi investor maupun bagi perusahaan yang membayarkan dividen. Para
investor mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraannya dengan mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Dilain pihak, perusahaan juga mengharapkan pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan
hidupnya sekaligusmemberikan kesejahteraan
bagi pemegang saham. Penetapan pembagian dividen menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan
investor, disisi lain kebijakan tersebut
jangan sampai menghambat pertumbuhan apalagi mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
Kebijakan dividen
ialah keputusan perusahaan apakah laba yang diperoleh dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen atau ditahan dalam bentuk laba
atau retained earningguna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.
Apabila perusahaan
memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba ditahan yang selanjutnya
mengur angi total sumber dana internal atau
internal financing. Sebaliknya jika perusahaan tidak membagikan laba yang diperoleh maka kemampuan pembentukan dana
interenal atau internal financing akan makin besar. Persentase laba yang akan dibagikan
perusahaan dalam bentuk dividen dalam
bentuk tunai kepada perusahaan disebut rasio pembayaran dividen atau Dividend Payout Ratio (DPR)
(Sartono,2001:281). Dividend payout ratio
merupakan salah satu komponen dasar kebijakan dividen. Besar kecilnya
dividen yang akan dibayarkan oleh
perusahaan tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan, sehingga
pertimbangan manajemen sangat diperlukan.
Dalam penentuan
dividen, arus kas juga menjadi suatu pertimbangan yang penting dikarenakan pembayarn dividen
merupakan arus kas keluar. Posisi kas yang
benar-benar tersedia bagi para pemegang saham akan tergambar pada free cash flow yang dimiliki oleh perusahaan.White
et al (2003). Mendifinisikan free cash
flow sebagai aliran kas diskusioner yang tersedia bagi perusahaan. Free cash flow
dapat digunakan untuk penggunaan diskusioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi
pertumbuhan, pembayaran utang dan pembayaran
dividen kepada pemegang saham. Dengan kata lain aliran kas bebas yang tersedia di atas kebutuhan investasi yang
profitable (Sartono,2001:101). Jika tidak
terdapat peluang investasi yang dianggap profitable maka Free cash flow dapat
digunakan untuk penggunaan pembayaran utang atau pembayaran kepada pemegang saham sebagai dividen. The larger the
firm’s FCF, the healthier it is, because
it has more cash for growth, debt paymen, and dividend. (White et al.
2003: 27). Semakin
besar arus kas bebas yang dimiliki perusahaan maka manajemen akan mendapat tekanan yang besar
dari para pemegang saham untuk membagikan
dividen (dalam Dini, 2009). Hal ini
menunjukkan semakin tinggi free cash
flow, semakin besar dividend payout rationya.
Kemampuan untuk
meminjam atau faktor Leverage perusahaan juga menjadi salah satu penentu dalam pembagian
dividen (Horne,2005:283). Tingkat hutang
(Debt to Eqiuty Ratio) dipakai dalam menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi hutangnya. Apabila perusahaan
menentukan bahwa dana untuk pelunasan
utang atas pembayaran bunganya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti
perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan
tersebut ini berarti hanya sebagian
kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan
sebagai dividen. Semakin tinggi DER maka
tingkat pembayaran dividen (DPR) semakin
rendah, begitu pula sebaliknya (dalam Sutrisno:2001) Selain itu perusahaan
sebagai debitur, perusahaan kerap kalimenggunakan aktiva tetap sebagai jaminan pinjamannya.
Besarnya aktiva tetap yang digunakan kreditur
sebagai jaminan disebut penjaminan aktiva tetap (Collaterizable Asset).
Semakin besar
Collaterizable Asstes berarti semakin besar dana perusahaan yang diinvestasikan pada pembelian
aktiva tetap baru maupun
pemeliharaannya, sehingga semakin kecil
dividen yang dibagikan juga akan semakin
(dalam Pradessya, 2006).
Manajerjuga sering
mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah akan membagi dividennya atau akan menahan laba
untuk diinvestasikan kembali kepada
proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan maka dapat diperkirakan bahwa pertumbuhan
perusahaan (growth) menjadi salah satu
penentu kebijakan pembagian dividen.
”Intuitively,
sustainable growth is merely a formalization of the old adage ”it takes money to make money”
(Higgins,2007:120).” Semakin tinggi
tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai
ekspansi. Hal ini kemungkinan akan mengurangi
besaran dividen yang akan diterima investor.
Faktor profitabilitas juga menjadi penentu
yang sangat penting bagi pemegang saham
yang akan melihat keuntungan yang benar – benar akan diterima dalam bentuk dividen (Sartono,2001:122). ROE
mengukur tingkat kembalian perusahaan
atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan (Sartono,2001:124).
Rasio ini juga
mengukur imbal hasil rata – rata dari total kepemilikan saham yang mungkin diberikan dalam bentuk dividen.
Menurut Tambunan (2010), ROE berpengaruh
positif terhadap dividend payout ratio.
Berikut ini akan
kita lihat bagaimana nilai free cash flow, DER, collaterizable assets, growth,
ROE terhadap DPR. Pada perusahaan yang memiliki tingkat dividend payout ratio tertinggi
disetiap sub sektor.
Tabel 1.1 Nilai
Free Cash Flow, Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio Free Cash
Flow DER
Dividen Payout Ratio 2008 2009 2008
2009 2008 2009 MLBI
0.36 0.45 1.73 8.61
92.83 108 MERK 0.24
0.03 0.15 0.23
121.5 20.44 UNVR 0.37
0.38 3.08 2.45 100
100 HMSP 0.04 0.09
1.55 1.34 67.49
24.7 Sumber: www.idx.co.id (diakses oleh Lamsihar, 5 September 2010,
data diolah.) Dari tabel diatas terlihat
bahwa kenaikan free cash flow perusahaan HMSP tidak disertai dengan naiknya DPR perusahaan
tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan
hasil penelitian Dini (2009). Dalam Sutrisno (2001) didapatkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat
semakin tinggi DER maka DPR akan semakin
rendah, namun pada perusahaan MLBI kenaikan DER diikuti dengan kenaikan DPR.
Tabel 1.2 Nilai Collaterizable Assets, Growth
dan Dividend Payout Ratio Collaterizable Assets
Growth Dividen Payout Ratio 2008 2009
2008 2009 2008
2009 MLBI 42.83 43.38
4.55 -25.92 92.83
108 MERK 14.61 15.42
-6.6 32.62 121.5
20.44 UNVR 39.35 40.56
0 -0.01 100
100 HMSP 26.83 24.33
15.84 39.9 67.49
24.7 Sumber: www.idx.co.id (diakses oleh Lamsihar, 5 September 2010,
data diolah.) Hasil penelitian Pradessya
(2006) menyatakan bahwa Collaterizable Assets berpengaruh negatif terhadap DPR, namun pada
perusahan MLBI dan HMSP pada saat
tingkat collaterizable assets memiliki pengaruh yang positif dengan DPR. Pradessya (2006) menyatakan bahwa semakin
tinggi growth maka semakin kecil DPR,
namun dalam tabel diatas, pada perusahaan UNVR terlihat bahwa saat pertumbuhan perusahaan mengalami penurunan
tingkat DPR juga penurunan.
Tabel 1.3 Nilai
Return on Equity dan Dividen Payout Ratio.
Return on Equity Dividen
Payout Ratio 2008 2009
2008 2009 MLBI 64.59
323.6 92.83 108 MERK
30.13 41.42 121.5
20.44 UNVR 33.36 56.06
100 100 HMSP 48.4
48.63 67.49 24.7 Sumber: www.idx.co.id (diakses oleh
Lamsihar, 5 September 2010, data diolah.) Dalam penelitian Tambunan (2010) ditemukan
hubungan positif antara ROE dan DPR,
namun dalam tabel diatas, perusahaan HMSP mengalami peningkatan ROE, DPR mengalami penurunan.
Perusahaan –
perusahaan yang terdaftar di
BEI tidak semuanya membagikan dividen. Beberapa perusahaan yang
tergabung dalam perusahaan industri
barang konsumsi merupakan perusahaan yang
memiliki kinerja keuangan yang baik.
Emiten di sektor industri barang konsumsi pada tahun 2009 mampu mencetak laba bersih sebesar Rpl6,49 triliun
atau naik 45,03% dibandingkan dengan
perolehan laba bersih dari sektor ini pada 2008 dapat terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.4 Laba Bersih Industri
Barang Konsumsi TAHUN LABA BERSIH 2006 Rp
14,546 Triliun 2007 Rp 9,99 Triliun 2008 Rp 11,09 Triliun 2009 Rp 16,49 Trilliun Sumber : www.idx.co.id, (diakses oleh
Lamsihar, 5 september 2010, data diolah).
Selain itu, terdapat 3 emiten yang masuk kedalam urutan
10 emiten terbesar bila dilihat dari
kapitalisasi pasar (PT Uniliever,PT HM Sampoerna, PT Gudang Garam)
(http://www.vibiznews.com/column/stock/2010/07/15/ ).
Dapat diasumsikan
bahwa perusahaan memiliki laba yang cukup untuk dibagikan sebagai dividen. Namun pada
kenyataannya hanya sebagian dari perusahaan
dalam sektor ini membagikan dividen secara berkelanjutan. Berikut merupakan perusahaan – perusahaan yang
membayarkan dividen berturut – turu Tabel
1.5 Persentase pembagian dividen sub sektor industri barang konsumsi (secara
berturut – turut selama tahun 2006-2009).
Sumber:
www.idx.co.id (diakses oleh Lamsihar, 10 September 2010, diolah).
Dari tabel 1.1
diatas dapat dilihat bahwa sektor yang paling banyak membagikan dividen setiap tahunnya secara
berturut – turut ialah sub sektor kosmetika
(66.67%) dimana dua perusahaan yang terdaftar membagikan dividennya secara berturut – turut setiap tahun
dari tahun 2006 - 2009. Sedangkan sub
sektor rokok paling sedikit membagikan dividennya secara berturur – turut dari tahun 2006 - 2009 (33,3%), dimana hanya
terdapat 1 dari 3 perusahaan yang membagikan
dividen setiap tahun secara berturut – turut dari tahun 2006-2009.
Selain itu terlihat
bahwa terdapat sub sektor yang sama sekali tidak membayarkan dividen yaitu perusahaan – perusahaan yang ada
di sub sektor barang keperluan rumah
tangga.
Perusahaan yang
terdaftar di BEI sebagai perusahaan industri barang konsumsi sebanyak 32 perusahaan. Sedangkan
perusahaan yang membagikan dividen
secara beturut – turut selama tahun 2006-2009 hanya sebanyak 11 perusahaan. Artinya hanya 34,37% dari jumlah
seluruh perusahaan di industri barang
kosumsi yang membagikan dividen secara berturut - turut. Tentu saja, hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor yang
memengaruhi manajemen perusahaan No. Sub Sektor Industri Perusahaan yang membagikan dividen Total perusahaan Persentase perusahaan yang membagikan dividen 1. Makanan dan Minuman 5
13 38,46% 2. Kosmetika
2 3 66.67% 3.
Barang Keperluan Rumah Tangga 0 3 0% 4. Farmasi
3 10 30% 5.
Rokok 1 3
33,3% dalam membagikan dividennya
atau dengan kata lain tergantung kepada kebijakan dividen perusahaan. Berdasarkan latar belakang
tersebut, peneliti mengambil judul:
”Analisis faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan industri barang konsumsi yang
terdaftar di BEI” B. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah
faktor Free Cash Flow, Debt to Equity Ratio, Collaterizable Assets, Growth
dan ROE mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio pada perusahaan
industri barang konsumsi terdaftar di BEI?” C. Kerangka Konseptual Dividen
merupakan salah satu pembayaran atas saham yang ditanamkan pemegang saham. Jumlah dividen yang dibayarkan
relatif terhadap pendapatan perusahaan
atau pendapatan tiap lembar disebut rasio
pembayaran dividen (Dividend
Payout ratio) (Keown,2000:606). Pembayaran dividen merupakan salah satu dari arus kas keluar yang pasti
akan memperngaruhi posisi kas perusahaan.
Posisi kas perusahaan yang menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan dalam membagikan dividen. Posisi
kas yang benar-benar tersedia bagi para
pemegang saham akan tergambar pada free cash flow (arus kas bebas) yang dimiliki oleh perusahaan.
Jika tidak terdapat
investasi yang dirasa kurang menguntungkan maka dana kas bebas yang dimiliki perusahaan akan
semakin tinggi, arus kas bebas dalam
perusahaan juga semakin tinggi. Arus kas bebas(free cash flow) diwakili oleh rasio arus kas dari kegiatan operasi
dikurangi dividend dan dibagi dengan total
aktiva. Semakin besar free cash flow, maka semakin kayalah perusahaan itu, karena ia memiliki kas yang cukup untuk
membayar utang, dan dividennya (White
,2003: 27). Free cash flow merupakan hak pemegang saham sehingga semakin besar arus kas bebas yang tidak
dipergunakan untuk investasi maka perusahaan
mendapatkan tekanan yang besar dari pemilik saham untuk membagikan dividen atas sahamnya (Sartono
2001:101).
Rasio leverage
ialah rasio yang menggunakan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya
(Sartono,2001:120). Salah satunya ialah rasio
utang terhadap ekuitas juga dapat dinilai sebagai faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Jika perusahaan telah
membuat pinjaman untuk memperluas usahanya
atau pembiayaan lainnya, maka terdapat tanggung jawab untuk melunasi pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan
memutuskan untuk melunasi utangnya, maka
biasanya laba ditahan yang akan dipergunakan, hal ini mengurangi tingkat pembagian dividen. Semakin tinggi DER maka
dividen yang dibayarkan akan semakin
sedikit (dalam Sutrisno,2001).
Dalam melakukan
pinjaman kerap kali perusahaan menggunakan aktiva tetap sebagai jaminan (Collaterizable assets).
Semakin besar aktiva tetap yang digunakan
sebagai jaminan, semakin banyak dana
yang digunakan untuk menjamin
kelangsungan pemakaian aktiva tetap tersebut, sehingga akan menurunkan nilai dividen dan dapat merugikan
para pemegang saham (dalam Pradessya,2006).
Tingkat pertumbuhan (growth)
perusahaan menjadi gambaran perusahaan
yang memiliki keputusan investasi yang baik (Higgins, 2007:118).
Semakin tinggi
pertumbuhan perusahaan akan menurunkan tingkat dividen yang didapatkan oleh investor sebagai dividen
(dalam Pradessya,2006).
ROE mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan
(Sartono,2001:124). Tingkat ROE perusahaan menunjukkan kemampuan dari modal untuk
menghasilkan keuntungan, semakin besar
ROE semakin tinggi kemungkinan jumlah dividen yang dibayarkankarena ekuitas telah dapat menghasilkan laba. Adapun
kerangka pemikiran yang menjadi dasar
penelitian ini adalah sebagai berikut: Arus Kas bebas/ Free Cash Flow (X1) Debt to Equity Ratio (X2) Penjaminan Aktiva Tetap / Collacteriable assets (X3) Pertumbuhan / Growth (X4) Return on Equity / ROE (X5) Kebijakan Deviden / Deviden Payout Ratio (Y) Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual Penelitian Sumber : Sartono, Sutrisno (2001), Sudarsih
(2002),Pradessya (2006),Dini (2009),Tambunan
(2010) diolah.
D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
oleh karena itu jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data (Sugiono, 2006 : 51).
Berdasarkan rumusan
masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti mengajukan
hipotesis bahwa: ” Free Cash Flow, Debt to Equity Ratio, Collaterizable Assets,
Growth, Return on Equity berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen
pada perusahaan industri barang
konsumsi yang terdaftar di BEI.” E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan
Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh free cash flow, debt to equity ratio,
collaterizable asstes, growth, return on equity berpengaruh terhadap dividend
payout ratio.
2. Manfaat
Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : a. Bagi peneliti, ini merupakan suatu kesempatan
bagi penulis untuk menerapkan
teori-teori dan literature yang diperoleh di bangku kuliah kemudian memperdalam pengetahuan dan
memperluas cakrawala berpikir tentang
saham.
b.
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi penelitian pasar modal khususnya
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen.
F. Metodologi
Penelitian 1. Batasan Operasional Adapun yang menjadi batasan operasional
penelitian penulis, yaitu: a. Data
Laporan Keuangan perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI untuk periode 2006 sampai
2009.
b. Perusahaan membagikan dividen tunai atau cash
dividend setiap tahunnya.
c. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi
kebijakan dividen, yaitu: free cash
flow, debt to equity ratio, collaterizable asstes, growth, return on equity berpengaruh terhadap dividend
payout ratio.
2. Defenisi
Operasional Variabel a. Variabel Dependen (Kebijakan Dividen / Dividend Payout
Ratio) Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kebijakan dividen, yaitu keputusan manajer tentang berapa besar
persentase laba saat ini yang akan digunakan
untuk membayar dividen. Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.
Kebijakan dividen
diukur dengan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat dan
biasanya disajikan dalam bentuk persentase
dividend payout ratio (DPR). Kebijakan dividen ini dapat dihitung dengan rumus (Warsono, 2003:275): DPR= Deviden
per lembar saham Laba bersih per lembar saham b. Variabel Independen 1) Free
Cash Flow /Arus kas bebas (X1 Free cash
flow adalah arus kas operasi dikurangi
investasi yang diwajibkan. Arus kas
bebas diwakili oleh rasio arus kas bebas dibagi dengan total aktiva. Semakin kecil rasio ini menunjukkan
bahwa laba yang diperoleh perusahaan cenderung digunakan untuk membayar
dividen, sehingga laba yang digunakan
untuk membiayai aktiva perusahaan semakin kecil. Arus kas bebas dihitung dengan rumus (dalam Pradessya,2006): Arus Kas Bebas= Arus kas operasi−deviden Total
aktiva ) 2) Debt to Equity Ratio/ DER (X2 Rasio utang dikenal juga dengan
leverage ratio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa besar risiko keuangan
perusahaan (financial risk). Rasio ini memperlihatkan
seberapa besar tingkat hutang yang dimiliki perusahaan yang didanai oleh ekuitas (Sartono,2001:121). Rasio
ini dihitung dengan rumus (Horne, 2005:
208) : ) DER= Total Hutang Ekuitas pemegang saham 3)
Collaterizable Assets/ Penjaminan aktiva tetap (X3 Penjaminan aktiva tetap
adalah besarnya aktiva yang dijaminkan oleh kreditur untuk menjamin pinjamannya. Semakin
besar aktiva yang dijaminkan, maka akan
banyak dana yang digunakan untuk menjamin kelangsungan pemakaian penjaminan aktiva tetap. Penjaminan aktiva tetap merupakan perbandingan antara rasio total aktiva tetap
bersih dengan total aktiva. Penjaminan aktiva
tetap dihitung dengan rumus (dalam Pradessya, 2006): Penjaminan aktiva tetap = Total
aktiva tetap−Akumulasi penyusutan Total Aktiva ×100% ) 4) Growth / tingkat pertumbuhan (X4 Main cepat
tingkat pertumbuhan perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan
tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan
telah well-esthablised, maka perusahaan
dapat meningkatkan pertumbuhan dengan
dana dari pasar modal dan sumber dana ekstern lainnya dan semakin meningkkatlah pembagian dividen.
Kemampuan perusahaan mendanai pertumbuhan
dapat dilihat dari profitabilitas perusahaan yang meningkat setiap tahunnya. Semakin baik profitabilitas suatu
perusahaan maka tingkat pertumbuhan
perusahaan dapat dikatakan semakin meningkat. Semakin besar peningkatan profitabilitas perusahaan, tingkat
pertumbuhan perusahaan dikatakan semakin
meningkat (dalam Pradessya,2006). Tingkat pertumbuhan perusahaan dihitung dengan rumus (Higgins,2007:122): ) g =(r
×ROE)×100% Keterangan : g :
Tingkat pertumbuhan perusahaan r : Rasio
penahanan laba (profitretention rate) ROE : Tingkat pengembalian ekuitas 5)
Return on Equity / ROE (X5 Return on Equity (ROE) adalah rasio yang mengukur
tingkat kembalian perusahaan atau
efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan (Sartono,2001:124).
ROE= Laba bersih
setelah pajak Modal sendiri ×100% ) 3.
Populasi dan Populasi Sasaran Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan
industri barang konsumsi yang terdaftar
di BEI tahun 2006-2009 yang berjumlah 32 perusahaan. Secara sederhana sampel adalah bagian dari suatu
populasi. Penelitian ini menggunakan populasi
sasaran yaitu populasi spesifik yang relevan dengan tujuan masalah penelitian atau populasi yang akan diteliti
dalam area/ wilayah/ kurun waktu yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Adapun
kriteria (pertimbangan) penarikan populasi sasaran yang digunakan adalah : a. Perusahaan yang tetap listing di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2006-2009.
b.
Perusahaan yang memiliki laporan keuangan tiap akhir tahun, selama periode 2006-2009.
c. Perusahaan yang membayar dividen tunai secara
berturut-turut selama periode 2006-2009.
Adapun perusahaan
yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 11 perusahaan, dapat dilihat pada tabel di
halaman selanjutnya : Tabel 1.6 Nama – Nama Perusahaan Sampel No. Perusahaan
Sub Sektor Kode 1. PT Aqua Golden M Makanan dan minuman AQUA 2.
PT Delta Djakarta Makanan dan
minuman DLTA 3. PT Indofood Sukses Makmur Makanan dan minuman INDO 4.
PT Mayora Indah Makanan dan
minuman MYRA 5. PT Multi Bintang Makanan dan minuman MLBI 6.
PT Unilever Kosmetik UNVR 7.
PT Mandom Indonesia Kosmetik TCDI 8.
PT Kimia Farma Farmasi KAEF 9.
PT Merck Indonesias Farmasi MERK 10.
PT Tempo Scan Pasific
Farmasi TSCP 11. PT HM Sampoerna Rokok
HSMP Sumber : www.idx.co.id (diakses oleh Lamsihar,5 September2010, data
diolah).
4. Tempat dan Waktu
Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan situs
www.idx.co.id dan www.duniainvestasi.com.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak Desember
sampai Februari 2010.
5. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data
laporan keuangan perusahaan, antara lain neraca, laporan laba / rugi, laporan arus kas, diperoleh dari hasil publikasi Bursa
Efek Indonesia tentang data emiten, media
internet, jurnal-jurnal penelitian, buku-buku referensi, majalah dan surat kabar lainnya.
6. Teknik
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung literature,
jurnal, skripsi, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang
diteliti serta mengumpulkan data sekunder
yang relevan dari laporan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia.
7. Metode Analisis
Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis
statistik sebagai berikut : a. Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif
adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan dan digolongkan kemudian di
analisis dan diinterpretasikan secara
obyektif.
b. Analisis
Statistik Pada tahap ini sebelum data-data tersebut dianalisis sebuah model
regresi berganda memenuhi asumsi klasik.
1) Uji Asumsi Klasik Adapun syarat asumsi
klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah
sebagai berikut: a) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi
variabel independen, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
yang paling baik adalah distribusi data
normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis Kolmogorov Smirnov.
b) Uji
Heterokedastisitas Salah satu asumsi
penting model regresi linear klasik adalah homoskedastisitas, atau penyebaran
(scedasticity) sama (homo).
Maksudnya adalah
tiap unsur disturbance µi, tergantung (conditional) pada nilai yang dipilih dari variabel yang
menjelaskan, adalah suatu angka konstan
yang sama dengan σ 2 . Uji ini digunakan untuk menguji apakah gangguan (disturbance) µi yang muncul
dalam fungsi regresi populasi adalah
homoskedastisitas atau sebaliknya. Apabila gangguan (disturbance) yang muncul mempunyai varians
yang tidak sama, maka dapat dikatakan
terdapat heteroskedastisitas. Pengujian
dilakukan dengan Uji Glejser.
c) Uji Multikolinearitas Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam
model sebuah regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen. Jika terdapat korelasi antar variabel independen
maka dapat dikatakan terdapat masalah
multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
independen. Uji multikolinearitas menggunakan
kriteria Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan: Bila VIF > 5 terdapat masalah
multikolinearitas yang serius, Bila VIF < 5 tidak terdapat masalah
multikolinearitas yang serius.
d) Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi-regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 2)
Metode Analisis Regresi Berganda (periode
sebelumnya). Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Uji autokorelasi ini menggunakan Durbin Watson (DW) Test dan Runs test.
Analisis regresi
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari kepemilikan manajerial, arus
kas bebas, penjaminan aktiva tetap dan pertumbuhan terhadap Kebijakan Dividen. Untuk memperoleh
hasil yang lebih terarah, maka peneliti
menggunakan bantuan program Software SPSS17.0 for window(Statistic Product and Social Sciences). Persamaan
regresi berganda yang digunakan adalah sebagai
berikut: Yi = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
+b5 X5 Keterangan : + e Y = Kebijakan dividen ( dividen payout ratio) a = Konstanta X1 X = Free Cash Flow (Arus kas bebas) 2 X =
Debt to Equity Ratio 3 X = Collaterizable Assets (Penjaminan Aktiva tetap) 4 X =
Growth (Pertumbuhan) 5 b = ROE(Perturn
on Equity) 12345 e = Error = Koefisien regresi variabel 3)
Koefisien Determinasi Pengujian koefisien determinasi (R 2 ) akan menunjukkan
besarnya persentase sumbangan free cash
flow, debt to equity ratio, collaterizable asstes, growth, return on equity berpengaruh terhadap
dividend payout ratio, dimana 0< R 2 <1. hal ini berarti bahwa nilai R 2 4)
Pengujian Hipotesis yang semakin mendekati 1 merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya
pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
Model regresi yang
sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui
pengujian hipotesis sebagai berikut: a)
Uji Signifikansi Simultan (Uji -F) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah semua variabel bebas secara
bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.Bentuk
pengujiannya adalah: Ho : b1=b2=b3=b4=b5 Ha : b = 0, artinya variabel free cash flow, debt to equity ratio, collaterizable asstes, growth
dan ROE tidak berpengaruh terhadap
variabel kebijakan dividen.
1≠b2≠b3≠b4≠b5 Kriteria
Pengambilan Keputusan: ≠0, artinya variabel
free cash flow, debt to equity ratio.
Collaterizable assets, growth
dan ROE berpengaruh terhadap variabel
kebijakan dividen.
Ho diterima jika F
hitung ≤ F tabel Ha diterima jika F pada
α = 5 % hitung > F tabel b) Uji
Signifikansi Parsial (Uji -t) pada α = 5 % Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah semua variabel bebas secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujiannya
adalah: Ho : βI = 0, artinya secara
parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
dari variable free cash flow, debt to equity ratio.
Collaterizable assets,
growth dan ROE terhadap variabel
kebijakan dividen.
Ha : βI Pengujian menggunakan Uji-t dengan tingkat
pengujian (level of test) pada α = 5 % dan derajat kebebasan (n-k).
≠ 0, artinya secara
parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel dari variabel free cash flow, debt to
equity ratio. Collaterizable assets, growth dan ROE terhadap variabel kebijakan
dividen.
Kriteria
Pengambilan Keputusan: Ho diterima jika – t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel Ha
diterima jika t hitung > t tabel dan t hitung <- t tabel
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi