Rabu, 26 Maret 2014

Skripsi Manajemen: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA INDUSTRI BARANG KONSUMSI



BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah
 Pada umumnya ada dua keuntungan yang akan didapatkan pemegang  saham (investor) , yaitu Capital Gain  dan Dividend. Kebijakan pembayaran  dividen mempunyai dampak yang sangat penting bagi investor maupun bagi  perusahaan yang membayarkan dividen. Para investor mempunyai tujuan untuk  meningkatkan kesejahteraannya dengan mengharapkan return dalam bentuk  dividen maupun capital gain.  Dilain pihak, perusahaan juga mengharapkan  pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligusmemberikan  kesejahteraan bagi pemegang saham. Penetapan pembagian dividen  menjadi  masalah menarik karena akan memenuhi harapan investor, disisi lain kebijakan  tersebut jangan sampai menghambat pertumbuhan apalagi mengancam  kelangsungan hidup perusahaan.

Kebijakan dividen ialah keputusan perusahaan apakah laba yang diperoleh  dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk  laba atau retained earningguna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan  mengurangi laba ditahan yang selanjutnya mengur angi total sumber dana internal  atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan tidak membagikan laba yang  diperoleh maka kemampuan pembentukan dana interenal atau internal financing akan makin besar. Persentase laba yang akan dibagikan perusahaan dalam bentuk  dividen dalam bentuk tunai kepada perusahaan disebut rasio pembayaran dividen  atau Dividend Payout Ratio (DPR) (Sartono,2001:281). Dividend payout ratio  merupakan salah satu komponen dasar kebijakan dividen. Besar kecilnya dividen  yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen dari  masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat  diperlukan.
Dalam penentuan dividen, arus kas juga menjadi suatu pertimbangan yang  penting dikarenakan pembayarn dividen merupakan arus kas keluar. Posisi kas  yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham akan tergambar pada free  cash flow yang dimiliki oleh perusahaan.White et al (2003). Mendifinisikan free  cash flow sebagai aliran kas diskusioner yang tersedia bagi perusahaan. Free cash  flow  dapat digunakan untuk penggunaan diskusioner seperti akuisisi dan  pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan, pembayaran utang dan  pembayaran dividen kepada pemegang saham. Dengan kata lain aliran kas bebas  yang tersedia di atas kebutuhan investasi yang profitable (Sartono,2001:101). Jika  tidak terdapat peluang investasi yang dianggap profitable maka Free cash flow dapat digunakan untuk penggunaan pembayaran utang atau pembayaran kepada  pemegang saham sebagai dividen. The larger the firm’s FCF, the healthier it is,  because it has more cash for growth, debt paymen, and dividend. (White et al.
2003: 27). Semakin besar arus kas bebas yang dimiliki perusahaan maka  manajemen akan mendapat tekanan yang besar dari para pemegang saham untuk  membagikan dividen (dalam Dini, 2009).  Hal ini menunjukkan semakin tinggi  free cash flow, semakin besar dividend payout rationya.
Kemampuan untuk meminjam atau faktor Leverage perusahaan juga  menjadi salah satu penentu dalam pembagian dividen (Horne,2005:283). Tingkat   hutang (Debt to Eqiuty Ratio) dipakai dalam menilai kemampuan perusahaan  dalam melunasi hutangnya. Apabila perusahaan menentukan bahwa dana untuk  pelunasan utang atas pembayaran bunganya akan diambilkan dari laba ditahan,  berarti  perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut ini berarti  hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat  dibayarkan sebagai dividen.  Semakin tinggi DER maka tingkat pembayaran  dividen (DPR) semakin rendah, begitu pula sebaliknya (dalam Sutrisno:2001) Selain itu perusahaan sebagai debitur, perusahaan kerap kalimenggunakan  aktiva tetap sebagai jaminan pinjamannya. Besarnya aktiva tetap yang digunakan  kreditur sebagai jaminan disebut penjaminan aktiva tetap (Collaterizable Asset).
Semakin besar Collaterizable Asstes berarti semakin besar dana perusahaan yang  diinvestasikan pada  pembelian  aktiva tetap  baru maupun pemeliharaannya,  sehingga semakin kecil dividen yang dibagikan  juga akan semakin (dalam  Pradessya, 2006).
Manajerjuga sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah akan  membagi dividennya atau akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali  kepada proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan  maka dapat diperkirakan bahwa pertumbuhan perusahaan (growth) menjadi salah  satu penentu kebijakan pembagian dividen.
”Intuitively, sustainable growth is merely a formalization of the old  adage ”it takes money to make money” (Higgins,2007:120).”  Semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin  besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Hal ini kemungkinan  akan mengurangi besaran dividen yang akan diterima investor.
 Faktor profitabilitas juga menjadi penentu yang sangat penting bagi  pemegang saham yang akan melihat keuntungan yang benar – benar akan diterima  dalam bentuk dividen (Sartono,2001:122). ROE mengukur tingkat kembalian  perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan  dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Sartono,2001:124).
Rasio ini juga mengukur imbal hasil rata – rata dari total kepemilikan saham yang  mungkin diberikan dalam bentuk dividen. Menurut Tambunan (2010), ROE  berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.
Berikut ini akan kita lihat bagaimana nilai free cash flow, DER, collaterizable assets, growth, ROE terhadap DPR. Pada perusahaan yang memiliki  tingkat dividend payout ratio tertinggi disetiap sub sektor.
Tabel 1.1 Nilai Free Cash Flow, Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio Free Cash Flow  DER  Dividen Payout Ratio 2008  2009  2008  2009  2008  2009 MLBI  0.36  0.45 1.73  8.61  92.83  108 MERK  0.24  0.03  0.15  0.23  121.5  20.44 UNVR  0.37  0.38 3.08  2.45  100  100 HMSP  0.04  0.09  1.55  1.34  67.49  24.7 Sumber: www.idx.co.id (diakses oleh Lamsihar, 5 September 2010, data diolah.)  Dari tabel diatas terlihat bahwa kenaikan free cash flow perusahaan HMSP  tidak disertai dengan naiknya DPR perusahaan tersebut. Hal ini tidak sesuai  dengan hasil penelitian Dini (2009). Dalam Sutrisno (2001) didapatkan hasil  penelitian yang menyatakan bahwa terdapat semakin tinggi DER maka DPR akan  semakin rendah, namun pada perusahaan MLBI kenaikan DER diikuti dengan  kenaikan DPR.
 Tabel 1.2 Nilai Collaterizable Assets, Growth dan Dividend Payout Ratio Collaterizable  Assets  Growth Dividen Payout  Ratio 2008  2009  2008  2009  2008  2009 MLBI  42.83  43.38  4.55  -25.92  92.83  108 MERK  14.61  15.42  -6.6  32.62  121.5  20.44 UNVR  39.35  40.56  0  -0.01  100  100 HMSP  26.83  24.33  15.84  39.9  67.49  24.7 Sumber: www.idx.co.id (diakses oleh Lamsihar, 5 September 2010, data diolah.)  Hasil penelitian Pradessya (2006) menyatakan bahwa Collaterizable Assets  berpengaruh negatif terhadap DPR, namun pada perusahan MLBI dan HMSP  pada saat tingkat collaterizable assets memiliki pengaruh yang positif dengan  DPR. Pradessya (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi growth maka semakin  kecil DPR, namun dalam tabel diatas, pada perusahaan UNVR terlihat bahwa saat  pertumbuhan perusahaan mengalami penurunan tingkat DPR juga penurunan.
Tabel 1.3 Nilai Return on Equity dan Dividen Payout Ratio.
Return on Equity Dividen Payout  Ratio 2008  2009  2008  2009 MLBI  64.59  323.6  92.83  108 MERK  30.13  41.42  121.5  20.44 UNVR  33.36  56.06  100  100 HMSP  48.4  48.63  67.49  24.7 Sumber: www.idx.co.id (diakses oleh Lamsihar, 5 September 2010, data diolah.)  Dalam penelitian Tambunan (2010) ditemukan hubungan positif antara  ROE dan DPR, namun dalam tabel diatas, perusahaan HMSP mengalami  peningkatan ROE, DPR mengalami penurunan.
 Perusahaan –  perusahaan yang terdaftar  di BEI  tidak semuanya  membagikan dividen. Beberapa perusahaan yang tergabung dalam perusahaan  industri barang konsumsi  merupakan perusahaan yang memiliki kinerja keuangan  yang baik. Emiten di sektor industri barang konsumsi pada tahun 2009 mampu  mencetak laba bersih sebesar Rpl6,49 triliun atau naik 45,03% dibandingkan  dengan perolehan laba bersih dari sektor ini pada 2008 dapat terlihat pada tabel  dibawah ini: Tabel 1.4 Laba Bersih Industri Barang Konsumsi TAHUN  LABA BERSIH  2006  Rp 14,546 Triliun 2007  Rp 9,99 Triliun 2008  Rp 11,09 Triliun 2009  Rp 16,49 Trilliun  Sumber : www.idx.co.id, (diakses oleh Lamsihar, 5 september 2010, data diolah).
Selain itu,  terdapat 3 emiten yang masuk kedalam urutan 10 emiten  terbesar bila dilihat dari kapitalisasi pasar (PT Uniliever,PT HM Sampoerna, PT  Gudang Garam) (http://www.vibiznews.com/column/stock/2010/07/15/ ).
Dapat diasumsikan bahwa perusahaan memiliki laba yang cukup untuk  dibagikan sebagai dividen. Namun pada kenyataannya hanya sebagian dari  perusahaan dalam sektor ini membagikan dividen secara berkelanjutan. Berikut  merupakan perusahaan – perusahaan yang membayarkan dividen berturut – turu   Tabel 1.5 Persentase pembagian dividen sub sektor industri barang konsumsi (secara berturut – turut selama tahun 2006-2009).
Sumber: www.idx.co.id (diakses oleh Lamsihar, 10 September 2010, diolah).
Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa sektor yang paling banyak  membagikan dividen setiap tahunnya secara berturut – turut ialah sub sektor  kosmetika (66.67%) dimana dua perusahaan yang terdaftar membagikan  dividennya secara berturut – turut setiap tahun dari tahun 2006 - 2009. Sedangkan  sub sektor rokok paling sedikit membagikan dividennya secara berturur – turut  dari tahun 2006 - 2009 (33,3%), dimana hanya terdapat 1 dari 3 perusahaan yang  membagikan dividen setiap tahun secara berturut – turut dari tahun 2006-2009.
Selain itu terlihat bahwa terdapat sub sektor yang sama sekali tidak membayarkan  dividen yaitu perusahaan – perusahaan yang ada di sub sektor barang keperluan  rumah tangga.
Perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai perusahaan industri barang  konsumsi sebanyak 32 perusahaan. Sedangkan perusahaan yang membagikan  dividen secara beturut – turut selama tahun 2006-2009 hanya sebanyak 11  perusahaan. Artinya hanya 34,37% dari jumlah seluruh perusahaan di industri  barang kosumsi yang membagikan dividen secara berturut - turut. Tentu saja, hal  ini diakibatkan oleh beberapa faktor yang memengaruhi manajemen perusahaan  No.  Sub Sektor Industri  Perusahaan yang  membagikan  dividen Total  perusahaan Persentase  perusahaan yang  membagikan dividen 1.  Makanan dan  Minuman 5  13  38,46% 2.   Kosmetika  2  3  66.67% 3.  Barang Keperluan  Rumah Tangga 0  3  0% 4.  Farmasi  3  10  30% 5.  Rokok  1  3  33,3%  dalam membagikan dividennya atau dengan kata lain tergantung kepada kebijakan  dividen perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengambil  judul: ”Analisis faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada  perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI” B. Rumusan Masalah  Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya,  maka dirumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah faktor Free Cash Flow, Debt to Equity Ratio, Collaterizable  Assets, Growth  dan  ROE  mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend  Payout Ratio pada perusahaan industri barang konsumsi terdaftar di BEI?” C. Kerangka Konseptual Dividen merupakan salah satu pembayaran atas saham yang ditanamkan  pemegang saham. Jumlah dividen yang dibayarkan relatif terhadap pendapatan  perusahaan atau pendapatan tiap lembar disebut rasio  pembayaran dividen  (Dividend Payout ratio)  (Keown,2000:606).  Pembayaran dividen merupakan  salah satu dari arus kas keluar yang pasti akan memperngaruhi posisi kas  perusahaan. Posisi kas perusahaan yang menggambarkan tingkat likuiditas  perusahaan dalam membagikan dividen. Posisi kas yang benar-benar tersedia bagi  para pemegang saham akan tergambar pada free cash flow (arus kas bebas) yang  dimiliki oleh perusahaan.
Jika tidak terdapat investasi yang dirasa kurang menguntungkan maka  dana kas bebas yang dimiliki perusahaan akan semakin tinggi, arus kas bebas  dalam perusahaan juga semakin tinggi. Arus kas bebas(free cash flow) diwakili   oleh rasio arus kas dari kegiatan operasi dikurangi dividend dan dibagi dengan  total aktiva. Semakin besar free cash flow, maka semakin kayalah perusahaan itu,  karena ia memiliki kas yang cukup untuk membayar utang, dan dividennya  (White ,2003: 27). Free cash flow merupakan hak pemegang saham sehingga  semakin besar arus kas bebas yang tidak dipergunakan untuk investasi maka  perusahaan mendapatkan tekanan yang besar dari pemilik saham untuk  membagikan dividen atas sahamnya (Sartono 2001:101).
Rasio leverage ialah rasio yang menggunakan proporsi atas penggunaan  utang untuk membiayai investasinya (Sartono,2001:120). Salah satunya ialah  rasio utang terhadap ekuitas juga dapat dinilai sebagai faktor yang mempengaruhi  kebijakan dividen. Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas  usahanya atau pembiayaan lainnya, maka terdapat tanggung jawab untuk melunasi  pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan memutuskan untuk melunasi utangnya,  maka biasanya laba ditahan yang akan dipergunakan, hal ini mengurangi tingkat  pembagian dividen. Semakin tinggi DER maka dividen yang dibayarkan akan  semakin sedikit (dalam Sutrisno,2001).
Dalam melakukan pinjaman kerap kali perusahaan menggunakan aktiva  tetap sebagai jaminan (Collaterizable assets). Semakin besar aktiva tetap yang  digunakan sebagai jaminan, semakin banyak dana  yang digunakan untuk  menjamin kelangsungan pemakaian aktiva tetap tersebut, sehingga akan  menurunkan nilai dividen dan dapat merugikan para pemegang saham (dalam  Pradessya,2006).
 Tingkat pertumbuhan  (growth)    perusahaan menjadi gambaran  perusahaan yang memiliki keputusan investasi yang baik (Higgins, 2007:118).
Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan akan menurunkan tingkat dividen yang  didapatkan oleh investor sebagai dividen (dalam Pradessya,2006).
ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia  bagi pemegang saham perusahaan (Sartono,2001:124). Tingkat ROE perusahaan  menunjukkan kemampuan dari modal untuk menghasilkan keuntungan, semakin  besar ROE semakin tinggi kemungkinan jumlah dividen yang dibayarkankarena  ekuitas telah dapat menghasilkan laba. Adapun kerangka pemikiran yang menjadi  dasar penelitian ini adalah sebagai berikut: Arus Kas bebas/ Free  Cash Flow (X1)  Debt to Equity Ratio (X2)  Penjaminan Aktiva Tetap  / Collacteriable assets (X3)  Pertumbuhan / Growth (X4)  Return on Equity / ROE (X5)  Kebijakan Deviden /  Deviden Payout Ratio (Y) Gambar 1.1  : Kerangka Konseptual Penelitian Sumber   : Sartono, Sutrisno (2001), Sudarsih (2002),Pradessya (2006),Dini  (2009),Tambunan (2010) diolah.
 D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah  penelitian, oleh karena itu jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang  relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui  pengumpulan data (Sugiono, 2006 : 51).
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah  diuraikan sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa: ” Free Cash Flow, Debt to Equity Ratio, Collaterizable Assets, Growth, Return on  Equity berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen  pada perusahaan  industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.” E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh  free  cash flow, debt to equity ratio, collaterizable asstes, growth, return on equity berpengaruh terhadap dividend payout ratio.
2. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : a.  Bagi peneliti, ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk  menerapkan teori-teori dan literature yang diperoleh di bangku kuliah  kemudian memperdalam pengetahuan dan memperluas cakrawala  berpikir tentang saham.
 b.   Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menambah  referensi penelitian pasar modal khususnya mengenai faktor-faktor  yang mempengaruhi kebijakan dividen.
F. Metodologi Penelitian 1. Batasan Operasional Adapun yang menjadi batasan operasional penelitian penulis, yaitu: a.  Data Laporan Keuangan perusahaan industri barang konsumsi yang  terdaftar di BEI untuk periode 2006 sampai 2009.
b.  Perusahaan membagikan dividen tunai atau cash dividend  setiap  tahunnya.
c.  Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kebijakan dividen, yaitu:  free cash flow, debt to equity ratio, collaterizable asstes, growth,  return on equity berpengaruh terhadap dividend payout ratio.
2. Defenisi Operasional Variabel a. Variabel Dependen (Kebijakan Dividen / Dividend Payout Ratio)  Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen, yaitu  keputusan manajer tentang berapa besar persentase laba saat ini yang akan  digunakan untuk membayar dividen. Kebijakan dividen adalah keputusan  mengenai apakah laba yang diperoleh akan dibagikan kepada pemegang saham   sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan  investasi dimasa yang akan datang.
Kebijakan dividen diukur dengan perbandingan antara dividen yang  dibayarkan dengan laba bersih yang didapat dan biasanya disajikan dalam bentuk  persentase dividend payout ratio (DPR). Kebijakan dividen ini dapat dihitung  dengan rumus (Warsono, 2003:275): DPR= Deviden per lembar saham Laba bersih per lembar saham b. Variabel Independen 1) Free Cash Flow /Arus kas bebas  (X1 Free cash flow  adalah arus kas operasi dikurangi investasi yang  diwajibkan. Arus kas bebas diwakili oleh rasio arus kas bebas dibagi dengan total  aktiva. Semakin kecil rasio ini menunjukkan bahwa laba  yang diperoleh  perusahaan cenderung digunakan untuk membayar dividen, sehingga laba yang  digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan semakin kecil. Arus kas bebas  dihitung dengan rumus (dalam Pradessya,2006):  Arus Kas Bebas= Arus kas operasi−deviden Total aktiva ) 2) Debt to Equity Ratio/ DER (X2 Rasio utang dikenal juga dengan leverage ratio ini dapat digunakan untuk  melihat seberapa besar risiko keuangan perusahaan (financial risk). Rasio ini  memperlihatkan seberapa besar tingkat hutang yang dimiliki perusahaan yang  didanai oleh ekuitas (Sartono,2001:121). Rasio ini dihitung dengan rumus  (Horne, 2005: 208) : )  DER=  Total Hutang Ekuitas pemegang saham 3) Collaterizable Assets/ Penjaminan aktiva tetap (X3 Penjaminan aktiva tetap adalah besarnya aktiva yang dijaminkan oleh  kreditur untuk menjamin pinjamannya. Semakin besar aktiva yang dijaminkan,  maka akan banyak dana yang digunakan untuk menjamin kelangsungan  pemakaian penjaminan aktiva tetap.  Penjaminan aktiva tetap  merupakan  perbandingan antara rasio total aktiva tetap bersih dengan total aktiva. Penjaminan  aktiva tetap dihitung dengan rumus (dalam Pradessya, 2006): Penjaminan aktiva tetap = Total aktiva tetap−Akumulasi penyusutan Total Aktiva ×100% )  4) Growth / tingkat pertumbuhan (X4 Main cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, makin besar kebutuhan akan  dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika  perusahaan telah  well-esthablised, maka perusahaan dapat meningkatkan  pertumbuhan dengan dana dari pasar modal dan sumber dana ekstern lainnya dan  semakin meningkkatlah pembagian dividen. Kemampuan perusahaan mendanai  pertumbuhan dapat dilihat dari profitabilitas perusahaan yang meningkat setiap  tahunnya. Semakin baik profitabilitas suatu perusahaan maka tingkat  pertumbuhan perusahaan dapat dikatakan semakin meningkat. Semakin besar  peningkatan profitabilitas perusahaan, tingkat pertumbuhan perusahaan dikatakan  semakin meningkat (dalam Pradessya,2006). Tingkat pertumbuhan perusahaan  dihitung dengan rumus (Higgins,2007:122): )  g =(r  ×ROE)×100% Keterangan : g  : Tingkat pertumbuhan perusahaan r  : Rasio penahanan laba (profitretention rate) ROE : Tingkat pengembalian ekuitas 5) Return on Equity / ROE (X5 Return on Equity (ROE) adalah rasio yang mengukur tingkat kembalian  perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan  dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Sartono,2001:124).
ROE= Laba bersih setelah pajak Modal sendiri ×100% )  3. Populasi dan Populasi Sasaran Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan industri barang konsumsi  yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009 yang berjumlah 32 perusahaan. Secara  sederhana sampel adalah bagian dari suatu populasi. Penelitian ini menggunakan  populasi sasaran yaitu populasi spesifik yang relevan dengan tujuan masalah  penelitian atau populasi yang akan diteliti dalam area/ wilayah/ kurun waktu yang  sesuai dengan tujuan penelitian.  Adapun kriteria  (pertimbangan) penarikan  populasi sasaran yang digunakan adalah : a.  Perusahaan yang tetap listing di Bursa Efek Indonesia selama periode  2006-2009.
 b.  Perusahaan yang memiliki laporan keuangan tiap akhir tahun, selama  periode 2006-2009.
c.  Perusahaan yang membayar dividen tunai secara berturut-turut selama  periode 2006-2009.
Adapun perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 11  perusahaan, dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya : Tabel 1.6 Nama – Nama Perusahaan Sampel No.  Perusahaan  Sub Sektor  Kode 1.  PT Aqua Golden M  Makanan dan minuman  AQUA 2.  PT Delta Djakarta  Makanan dan minuman  DLTA 3.  PT Indofood Sukses Makmur  Makanan dan minuman   INDO 4.  PT Mayora Indah  Makanan dan minuman  MYRA 5.  PT Multi Bintang  Makanan dan minuman  MLBI 6.  PT Unilever  Kosmetik  UNVR 7.  PT Mandom Indonesia  Kosmetik  TCDI 8.  PT Kimia Farma  Farmasi  KAEF 9.  PT Merck Indonesias  Farmasi  MERK 10.  PT Tempo Scan Pasific  Farmasi  TSCP 11.   PT HM Sampoerna  Rokok  HSMP Sumber : www.idx.co.id (diakses oleh Lamsihar,5 September2010, data diolah).
4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan situs www.idx.co.id dan  www.duniainvestasi.com.
b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Desember  sampai Februari 2010.
 5. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang  bersumber dari data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa  data laporan keuangan perusahaan, antara lain neraca, laporan laba / rugi, laporan  arus kas, diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten,  media internet, jurnal-jurnal penelitian, buku-buku referensi, majalah dan surat  kabar lainnya.
6. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan  mengumpulkan data pendukung literature, jurnal, skripsi, dan buku-buku referensi  untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data  sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia.
7. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode  analisis deskriptif dan metode analisis statistik sebagai berikut : a. Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data  yang dikumpulkan dan digolongkan kemudian di analisis dan diinterpretasikan  secara obyektif.
b. Analisis Statistik Pada tahap ini sebelum data-data tersebut dianalisis sebuah model regresi  berganda memenuhi asumsi klasik.
 1) Uji Asumsi Klasik Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda  sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut: a) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah  model regresi variabel independen, variabel dependen atau keduanya  mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah  distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui  analisis Kolmogorov Smirnov.
b) Uji Heterokedastisitas  Salah satu asumsi penting model regresi linear klasik adalah  homoskedastisitas, atau penyebaran (scedasticity) sama (homo).
Maksudnya adalah tiap unsur disturbance µi, tergantung (conditional)  pada nilai yang dipilih dari variabel yang menjelaskan, adalah suatu  angka konstan yang sama dengan σ 2 . Uji ini digunakan untuk menguji  apakah gangguan (disturbance) µi yang muncul dalam fungsi regresi  populasi adalah homoskedastisitas atau sebaliknya. Apabila gangguan  (disturbance) yang muncul mempunyai varians yang tidak sama, maka  dapat dikatakan terdapat heteroskedastisitas.  Pengujian dilakukan  dengan Uji Glejser.
 c) Uji Multikolinearitas  Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model sebuah  regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika  terdapat korelasi antar variabel independen maka dapat dikatakan  terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya  tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Uji multikolinearitas  menggunakan kriteria Variance Inflation Factor (VIF) dengan  ketentuan: Bila VIF > 5 terdapat masalah multikolinearitas yang serius, Bila VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius.
d) Uji Autokorelasi Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model  regresi-regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada  periode  t  dan kesalahan pengganggu pada periode  t-1 2) Metode Analisis Regresi Berganda  (periode  sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari  autokorelasi. Uji autokorelasi ini menggunakan Durbin Watson (DW)  Test dan Runs test.
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari kepemilikan manajerial, arus kas bebas, penjaminan aktiva tetap dan pertumbuhan  terhadap Kebijakan Dividen. Untuk memperoleh hasil yang lebih terarah, maka  peneliti menggunakan bantuan program Software SPSS17.0 for window(Statistic   Product and Social Sciences). Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah  sebagai berikut: Yi = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4  +b5 X5 Keterangan : + e  Y  = Kebijakan dividen ( dividen payout ratio) a  = Konstanta  X1 X = Free Cash Flow (Arus kas bebas) 2 X = Debt to Equity Ratio 3 X = Collaterizable Assets (Penjaminan Aktiva tetap) 4 X = Growth (Pertumbuhan) 5 b  = ROE(Perturn on Equity)  12345 e  = Error = Koefisien regresi variabel 3) Koefisien Determinasi Pengujian koefisien determinasi (R 2 ) akan menunjukkan besarnya  persentase sumbangan free cash flow, debt to equity ratio, collaterizable asstes,  growth, return on equity berpengaruh terhadap dividend payout ratio, dimana 0<  R 2  <1. hal ini berarti bahwa nilai R 2 4) Pengujian Hipotesis yang semakin mendekati 1 merupakan  indikator yang menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen  terhadap variabel dependen.
Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan  digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:  a) Uji Signifikansi Simultan (Uji -F) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel  bebas secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang  signifikan terhadap variabel terikat.Bentuk pengujiannya adalah: Ho : b1=b2=b3=b4=b5  Ha : b = 0, artinya variabel  free cash flow, debt to  equity ratio, collaterizable asstes, growth dan ROE tidak berpengaruh  terhadap variabel kebijakan dividen.
1≠b2≠b3≠b4≠b5 Kriteria Pengambilan Keputusan: ≠0, artinya variabel  free cash flow, debt to equity  ratio. Collaterizable  assets,  growth  dan ROE berpengaruh terhadap  variabel kebijakan dividen.
Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel Ha diterima jika F  pada α = 5 % hitung > F tabel  b) Uji Signifikansi Parsial (Uji -t) pada α = 5 % Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas  secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel  terikat.
Bentuk pengujiannya adalah: Ho : βI  = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang  signifikan dari  variable  free cash flow, debt to equity ratio.
Collaterizable  assets,  growth  dan ROE terhadap variabel kebijakan  dividen.
 Ha : βI  Pengujian menggunakan Uji-t dengan tingkat pengujian (level of test) pada α = 5 % dan derajat kebebasan (n-k).
≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari  variabel dari variabel free cash flow, debt to equity ratio. Collaterizable assets, growth dan ROE terhadap variabel kebijakan dividen.
Kriteria Pengambilan Keputusan: Ho diterima jika – t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel Ha diterima jika t hitung > t tabel dan t hitung <- t tabel   

Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi