Senin, 03 Maret 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: ANALISI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KREDIT BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 
Perekonomian merupakan sektor yang sangat penting dan menjadi salah satu fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan utuk mencapai kesejahteraan. Sedemikaian pentingnya sektor perekonomian ini sehingga dalam setiap pembuatan kebijakan harus mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat mempengaruhinya baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negative.

Perekonomian suatu Negara disamping memerlukan program yang terencana dan terarah uantuk mencapai sasaran, faktor lainnya adalah dibutuhkan modal atau dana pembangunan yang cukup besar. Program-program pembangunan tersebut disusun oleh lembaga-lembaga perekonomian yang telah ditentukan. Lembagalembaga perkonomian ini bahu-membahu mengelola dan menggerakkan semua potensi ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga keuangan khususnya perbankan mempunyai peranan yang strategis dalam menggerakkan perekonomian suatu neagara.
Dengan melihat kondisi perekonomian tersebut maka semua orang berusaha memperbaiki kondisi ekonominya. Dalam kehidupan sehari-hari individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat secara keseluruhannya akan selalu menghadapi persoalan-persoalan yang bersifat ekonomi, yaitu persoalan yang menghendaki seseorang, suatu perusahaan atau masyarakat membuat keputusan tentang cara yang terbaik untuk melakukan suatu kegiatan ekonomi.
Pada umumnya masyarakat selalu ingin mendapatkan penghidupan yang layak setiap harinya. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat selalu berusaha mengerjakan pekerjaan yang dapat memampukan mereka dalam mencukupi kehidupan mereka. Pendapatan yang meningkat hari kehari sangat diharapkan seluruh masyarakat, sebab dengan pendapatan yang baik maka setiap kebutuhan keluarga dapat dipenuhi.
Dalam hal ini pertumbuhan perekonomian suatu masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu daerah. Dalam hal ini Kota Pematang Siantar yang terletak pada garis 2° 53’ 20” - 3° 01’ 00” Lintang Utara  2 dan 99° 1’ 00” - 99° 6’ 35” Bujur Timur dengan luas daratan adalah 79,971 Km2 terletak 400-500 Meter diatas permukaan laut. Selain itu secara geografis Kota Pematang Siantar diapit oleh Kabupaten Simalungun yang memiliki kekayaan perkebunan karet, teh, sawit dan pertanian dan kota ini juga menghubungkan jalan darat ke kabupaten-kabupaten lainnya, seperti toba samosir, tapanuli utara dan tapanuli selatan. Oleh karena itu ini merupakan alasan utama salah satu berkembangnya sektor industri di Kota Pematangsiantar karena dapat sebagai penyedia input (hiterland) kota Pematangsiantar.
Sektor industri, pertanian dan perdagangan merupakan tulang punggung perekonomian kota Pematangsiantar, sektor industri ini meliputi industri kecil, sedang dan industri besar. Hasil industri andalan kota Pematangsiantar adalah rokok putih filter dan non filter serta tepung tapioka. Produksi industri-industri dari kota ini selain pemasarannya mencukupi kebutuhan wilayah kota, kabupatenkabupaten dan daerah disekelilingnya juga sudah go internasional. Seperti taiwan yang sudah menjadi tujuan utama penjualan tepung tapioka.
Oleh karena itu perkembangan pendapatan masyarakat kota Pematangsiantar melalui usaha-usaha yang mereka lakukan seperti dari sektor industri (kecil, sedang, modal), pertanian, berdagang dan lain-lain tidak lah mudah selain terbentur akan fasilitas-fasiltas pendukung yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah setempat juga terhambat akan modal kerja yang merupakan kendala awal usaha. Dalam hal memajukan dan mengerjakan usaha ini tidak dapat dipungkiri masyarakat perlu diberikan kredit bagi masyarakat yang kekurangan modal. Dalam situasi ini lembaga keuangan harus berperan aktip dan mampu mengambil kebijakan positif, ini terbukti ditengah penekanan ekonomi global fungsi intrmediasi terus meningkat, hal ini ditunjukkan di dalam pertumbuhan kredit Kota Pematangsiantar pada tahun 2008 mencapai Rp. 1,4 Triliun dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 hingga Rp 1,6 Triliun. Di sisi lain PDRB kota Pematangsiantar atas dasar harga berlaku sebesar 3.765.914,24 juta juga mengalami kenaikan sebesar 8,69 persen jika dibandingkan tahun 2008 sebesar 3.464.686,68 juta Rupiah.
Melihat kondisi diatas maka lembaga perkreditan jelas sangat dibutuhkan dalam usaha untuk memperkuat posisi perekonomian masyarakat, khususnya  3 masyarakat usaha menengah kebawah, kredit sering kali dijadikan alat untuk membantu mereka. Dengan pemberian kredit kepada kelompok masyarakat tersebut dianggap dapat meningkatkan pendapatan maupun kesempatan kerja baru.
Banyak jenis-jenis kredit yang sering datang menawarkan bantuan modal bagi masyarakat mulai dari bank dan lembaga keuangan lainnya. Bank sebagai lembaga keuangan nasional selalu berusaha agar sirkulasi uang dalam masyarakat terus berputar dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, dimana fungsi dari uang tersebut dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang diberikan bank melalui kredit sebagai investasi yang diharapkan dapat memberikan pertumbuhan dalam perekonomian.
Kredit merupakan sumber pendapatan yang terbesar bagi bank dibandingkan sumber pendapatan lainnya. Kredit dalam neraca bank merupakan penggunaan dana namun bagi masyarakat yang mendapat bantuan dari bank merupakan sumber dana. Namun permintaan terhadap kredit perbankan juga dipengaruhi oleh suku bunga kredit yang bersangkutan. Setiap bank dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat memperoleh keuntungan dan bunga kredit merupakan pendapatan utama bank disamping pendapatan lainnya. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan bank memperluas usahanya.
Tetapi banyak permasalahan yang timbul salah satunya ialah bahwa lembaga keuangan komersil ini tidak tertarik untuk menyalurkan dan mengembangkan kredit bagi nasabah-nasabah yang relative kecil, terutama diwilayah pedesaan. Mereka pada umumnya beranggapan bahwa penyaluran kredit sampai ketingkat masyarakat kecil akan mengandung resiko yang cukup tinggi, baik dari segi tingkat jaminan kredit maupun pengembalian kredit. Untuk mengisi kekosongan dalam memperluas jangkauan fasilitas kredit kepada kelompok masyarakat kecil maka didirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang secar khusus beroperasi didaerah kecamatan dan lebih ditujukan kepada masyarakat usaha menengah kebawah.
PT. BPR Bumiasih NBP 34 Pematangsiantar yang berkedudukan di Jalan Ade Irma Suryani No. 16-E Kelurahan Melayu, Kecamatan Siantar Utara Kotamadya Pematangsiantar yang mempunyai induk perusahaan yaitu PT.
 4 Nusantara Bona Pasogit (NBP) yang dalam kegitan sehari-harinya adalah menjalankan fungsi perantara dibidang keuangan, yaitu menghimpun dana berupa tabungan dan deposito dari masyarakat serta menyalurkan nya kembali dalam bentuk kredit/pinjaman kepada masyarakat di Kota Pematangsiantar dan sekitarnya.
Sesuai visi PT. BPR Bumiasih NBP 34 yakni dalam 5 tahun yang akan datang menjadi BPR andalan rakyat dan misi sebagai pengelola simpan-pinjam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, PT. BPR Bumiasih NBP 34 memerupakan salah satu lembaga keuangan yang dapat melihat masalah dalam hal penghimpun dan penyaluran dana kepada masyarakat. PT. BPR Bumiasih NBP 34 yang beroperasi di Pematangsiantar telah banyak menunjukkan kiprahnya dalam usaha mendorong pengembangan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah dengan pemberian pinjaman kredit sebagai modal usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Kota Pematangsiantar dan secara langsung keberadaannya sangat dirasakan oleh masyarakat sekitarnya.
Namun demikian pemberian kredit ini memiliki faktor resiko yang cukup tinggi dan berpengaruh cukup besar pula terhadap tingkat kesehatan bank serta tidak menutup kemungkinan terjadinya kredit yang bermasalah atau kredit macet yang diberikan. Kredit bermasalah atau kredit macet memberikan dampak yang kurang baik bagi Negara, masyarakat, dan bagi perbankan Indonesia. Bahaya yang timbul dari kredit bermaslah adalah tidak terbayarnya kembali kredit tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya. Semakin besar kredit bermasalah yang dihadapi oleh bank maka menurun pula tingkat kesehatan bank tersebut. Dari dampak yang ditimbulkan kredit bermasalah ini menguatkan keharusa perbankan untuk berusaha mengupayakan penanggulangan ataupun pencegahan bahaya yang mungkin timbul akibat kredit bermaslah tersebut.
Kredit bermasalah merupakan rasio atau perbandingan antara jumlah kredit bermasalah dengan total kredit yang disalurkan. Kredit bermasalah ini dapat diartikan sebagai kredit yang pembayaran kembali utang pokok dan kewajiban bunganya tidak sesuai dengan persyaratan atau ketentuan yang ditetapkan bank, serta mempunyai resiko penerimaan pendapatan dan bahkan mempunyai potensi untuk rugi, atau pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya  5 faktor kesenjangan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur.
Semakin besar jumlah kredit yang disalurkan oleh suatu bank , semakin besar pula modal yang harus disediakan oleh pemegang saham. Pihak bank selalu dihadapkan pada resiko yang cukup besar apakah dana dan bunga dari kredit yang diberikan akan dapat diterima kembali sesuai dengan yang telah dijanjikan dalam ikatan perjanjian kredit.
Jadi proses pemberian kredit tidak berakhir setelah kredit tersebut direalisasi, tetapi masih diperlukan pengawasan terhadap kegiatan debitur agar seluruh kredit beserta bunga dapat dibayar sesuai dengan prosedur yang disepakati.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui dan mempelajari sistem pemberian serta pengawasan kredit pada PT. BPR BUMIASIH NBP 34 PEMATANGSIANTAR melalui suatu penelitian dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kredit Bermasalah Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Bumiasih NBP 34 Pematangsiantar”.
1.2 Perumususan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang dapat ditarik sebagai dasar penelitian dan mempermudah penulis dalam penulisan skripsi ini adalah : Apakah ada pengaruh tingkat suku bunga kredit, inflasi, jumlah kredit yang disalurkan dan jumlah debitur terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Siantar Bumiasih? 1.3 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban atau kesimpulan sementara terhadap permasalahan yang ada, dimana kebenarannya masih perlu dikaji dan diteliti secara empiris 1. Tingkat suku bunga kredit memiliki pengaruh yang positif terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Siantar Bumiasih, ceteris paribus.
2. Inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Siantar Bumiasih, ceteris paribus.
 6 3. Jumlah kredit yang disalurkan memiliki pengaruh yang negatif terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Siantar Bumiasih, ceteris paribus.
4. Jumlah debitur memiliki pengaruh yang positif terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Siantar Bumiasih, ceteris paribus.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat suku bunga kredit terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Bumiasih NBP 34 Pematangsiantar 2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh inflasi terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Bumiasih NBP 34 Pematangsiantar 3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jumlah kredit yang disalurkan terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Bumiasih NBP 34 Pematangsiantar 4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jumlah debitur terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Bumiasih NBP 34 Pematangsiantar Sedangkan manfaat dari penilitian ini adalah : 1. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur bagi bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi , khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi industri perbankan khususnya para pengambil keputusan di PT. BPR Siantar Bumiasih.
3. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjunya.

  
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi