BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perekonomian
merupakan sektor yang sangat penting dan menjadi salah satu fokus pemerintah
dalam membuat berbagai kebijakan utuk mencapai kesejahteraan. Sedemikaian
pentingnya sektor perekonomian ini sehingga dalam setiap pembuatan kebijakan
harus mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat mempengaruhinya baik
yang bersifat positif maupun yang bersifat negative.
Perekonomian suatu Negara disamping memerlukan program yang
terencana dan terarah uantuk mencapai sasaran, faktor lainnya adalah dibutuhkan
modal atau dana pembangunan yang cukup besar. Program-program pembangunan
tersebut disusun oleh lembaga-lembaga perekonomian yang telah ditentukan.
Lembagalembaga perkonomian ini bahu-membahu mengelola dan menggerakkan semua potensi
ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga keuangan
khususnya perbankan mempunyai peranan yang strategis dalam menggerakkan
perekonomian suatu neagara.
Dengan melihat kondisi perekonomian tersebut maka semua
orang berusaha memperbaiki kondisi ekonominya. Dalam kehidupan sehari-hari individu,
perusahaan-perusahaan dan masyarakat secara keseluruhannya akan selalu
menghadapi persoalan-persoalan yang bersifat ekonomi, yaitu persoalan yang
menghendaki seseorang, suatu perusahaan atau masyarakat membuat keputusan
tentang cara yang terbaik untuk melakukan suatu kegiatan ekonomi.
Pada umumnya masyarakat selalu ingin mendapatkan penghidupan
yang layak setiap harinya. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat selalu
berusaha mengerjakan pekerjaan yang dapat memampukan mereka dalam mencukupi kehidupan
mereka. Pendapatan yang meningkat hari kehari sangat diharapkan seluruh
masyarakat, sebab dengan pendapatan yang baik maka setiap kebutuhan keluarga
dapat dipenuhi.
Dalam hal ini pertumbuhan perekonomian suatu masyarakat
sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu daerah. Dalam hal ini Kota Pematang
Siantar yang terletak pada garis 2° 53’ 20” - 3° 01’ 00” Lintang Utara 2 dan 99° 1’ 00” - 99° 6’ 35” Bujur
Timur dengan luas daratan adalah 79,971 Km2 terletak
400-500 Meter diatas permukaan laut. Selain itu secara geografis Kota Pematang
Siantar diapit oleh Kabupaten Simalungun yang memiliki kekayaan perkebunan
karet, teh, sawit dan pertanian dan kota ini juga menghubungkan jalan darat ke
kabupaten-kabupaten lainnya, seperti toba samosir, tapanuli utara dan tapanuli
selatan. Oleh karena itu ini merupakan alasan utama salah satu berkembangnya
sektor industri di Kota Pematangsiantar karena dapat sebagai penyedia input
(hiterland) kota Pematangsiantar.
Sektor industri, pertanian dan perdagangan merupakan tulang
punggung perekonomian kota Pematangsiantar, sektor industri ini meliputi
industri kecil, sedang dan industri besar. Hasil industri andalan kota
Pematangsiantar adalah rokok putih filter dan non filter serta tepung tapioka.
Produksi industri-industri dari kota ini selain pemasarannya mencukupi
kebutuhan wilayah kota, kabupatenkabupaten dan daerah disekelilingnya juga sudah
go internasional. Seperti taiwan yang sudah menjadi tujuan utama penjualan
tepung tapioka.
Oleh karena itu perkembangan pendapatan masyarakat kota Pematangsiantar
melalui usaha-usaha yang mereka lakukan seperti dari sektor industri (kecil,
sedang, modal), pertanian, berdagang dan lain-lain tidak lah mudah selain
terbentur akan fasilitas-fasiltas pendukung yang seharusnya menjadi perhatian
pemerintah setempat juga terhambat akan modal kerja yang merupakan kendala awal
usaha. Dalam hal memajukan dan mengerjakan usaha ini tidak dapat dipungkiri
masyarakat perlu diberikan kredit bagi masyarakat yang kekurangan modal. Dalam
situasi ini lembaga keuangan harus berperan aktip dan mampu mengambil kebijakan
positif, ini terbukti ditengah penekanan ekonomi global fungsi intrmediasi
terus meningkat, hal ini ditunjukkan di dalam pertumbuhan kredit Kota
Pematangsiantar pada tahun 2008 mencapai Rp. 1,4 Triliun dan mengalami
peningkatan pada tahun 2009 hingga Rp 1,6 Triliun. Di sisi lain PDRB kota
Pematangsiantar atas dasar harga berlaku sebesar 3.765.914,24 juta juga mengalami
kenaikan sebesar 8,69 persen jika dibandingkan tahun 2008 sebesar 3.464.686,68
juta Rupiah.
Melihat kondisi diatas maka lembaga perkreditan jelas sangat
dibutuhkan dalam usaha untuk memperkuat posisi perekonomian masyarakat,
khususnya 3 masyarakat usaha menengah kebawah, kredit sering kali
dijadikan alat untuk membantu mereka. Dengan pemberian kredit kepada kelompok
masyarakat tersebut dianggap dapat meningkatkan pendapatan maupun kesempatan
kerja baru.
Banyak jenis-jenis kredit yang sering datang menawarkan
bantuan modal bagi masyarakat mulai dari bank dan lembaga keuangan lainnya.
Bank sebagai lembaga keuangan nasional selalu berusaha agar sirkulasi uang
dalam masyarakat terus berputar dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat, dimana fungsi dari uang tersebut dapat memberikan kesejahteraan
bagi masyarakat yang diberikan bank melalui kredit sebagai investasi yang diharapkan
dapat memberikan pertumbuhan dalam perekonomian.
Kredit merupakan sumber pendapatan yang terbesar bagi bank dibandingkan
sumber pendapatan lainnya. Kredit dalam neraca bank merupakan penggunaan dana
namun bagi masyarakat yang mendapat bantuan dari bank merupakan sumber dana.
Namun permintaan terhadap kredit perbankan juga dipengaruhi oleh suku bunga
kredit yang bersangkutan. Setiap bank dalam menyalurkan kredit kepada
masyarakat memperoleh keuntungan dan bunga kredit merupakan pendapatan utama bank
disamping pendapatan lainnya. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan bank
memperluas usahanya.
Tetapi banyak permasalahan yang timbul salah satunya ialah
bahwa lembaga keuangan komersil ini tidak tertarik untuk menyalurkan dan mengembangkan
kredit bagi nasabah-nasabah yang relative kecil, terutama diwilayah pedesaan.
Mereka pada umumnya beranggapan bahwa penyaluran kredit sampai ketingkat
masyarakat kecil akan mengandung resiko yang cukup tinggi, baik dari segi
tingkat jaminan kredit maupun pengembalian kredit. Untuk mengisi kekosongan
dalam memperluas jangkauan fasilitas kredit kepada kelompok masyarakat kecil
maka didirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang secar khusus beroperasi
didaerah kecamatan dan lebih ditujukan kepada masyarakat usaha menengah kebawah.
PT. BPR Bumiasih NBP 34 Pematangsiantar yang berkedudukan di
Jalan Ade Irma Suryani No. 16-E Kelurahan Melayu, Kecamatan Siantar Utara Kotamadya
Pematangsiantar yang mempunyai induk perusahaan yaitu PT.
4 Nusantara Bona Pasogit (NBP) yang
dalam kegitan sehari-harinya adalah menjalankan fungsi perantara dibidang
keuangan, yaitu menghimpun dana berupa tabungan dan deposito dari masyarakat
serta menyalurkan nya kembali dalam bentuk kredit/pinjaman kepada masyarakat di
Kota Pematangsiantar dan sekitarnya.
Sesuai visi PT. BPR Bumiasih NBP 34 yakni dalam 5 tahun yang
akan datang menjadi BPR andalan rakyat dan misi sebagai pengelola simpan-pinjam
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, PT. BPR Bumiasih NBP 34 memerupakan salah
satu lembaga keuangan yang dapat melihat masalah dalam hal penghimpun dan
penyaluran dana kepada masyarakat. PT. BPR Bumiasih NBP 34 yang beroperasi di
Pematangsiantar telah banyak menunjukkan kiprahnya dalam usaha mendorong
pengembangan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah dengan
pemberian pinjaman kredit sebagai modal usaha untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat Kota Pematangsiantar dan secara langsung keberadaannya sangat
dirasakan oleh masyarakat sekitarnya.
Namun demikian pemberian kredit ini memiliki faktor resiko
yang cukup tinggi dan berpengaruh cukup besar pula terhadap tingkat kesehatan
bank serta tidak menutup kemungkinan terjadinya kredit yang bermasalah atau
kredit macet yang diberikan. Kredit bermasalah atau kredit macet memberikan
dampak yang kurang baik bagi Negara, masyarakat, dan bagi perbankan Indonesia.
Bahaya yang timbul dari kredit bermaslah adalah tidak terbayarnya kembali
kredit tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya. Semakin besar kredit
bermasalah yang dihadapi oleh bank maka menurun pula tingkat kesehatan bank
tersebut. Dari dampak yang ditimbulkan kredit bermasalah ini menguatkan
keharusa perbankan untuk berusaha mengupayakan penanggulangan ataupun pencegahan
bahaya yang mungkin timbul akibat kredit bermaslah tersebut.
Kredit bermasalah merupakan rasio atau perbandingan antara
jumlah kredit bermasalah dengan total kredit yang disalurkan. Kredit bermasalah
ini dapat diartikan sebagai kredit yang pembayaran kembali utang pokok dan
kewajiban bunganya tidak sesuai dengan persyaratan atau ketentuan yang
ditetapkan bank, serta mempunyai resiko penerimaan pendapatan dan bahkan
mempunyai potensi untuk rugi, atau pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan
akibat adanya 5 faktor kesenjangan atau karena faktor eksternal diluar
kemampuan kendali debitur.
Semakin besar jumlah kredit yang disalurkan oleh suatu bank
, semakin besar pula modal yang harus disediakan oleh pemegang saham. Pihak
bank selalu dihadapkan pada resiko yang cukup besar apakah dana dan bunga dari
kredit yang diberikan akan dapat diterima kembali sesuai dengan yang telah
dijanjikan dalam ikatan perjanjian kredit.
Jadi proses pemberian kredit tidak berakhir setelah kredit
tersebut direalisasi, tetapi masih diperlukan pengawasan terhadap kegiatan
debitur agar seluruh kredit beserta bunga dapat dibayar sesuai dengan prosedur
yang disepakati.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui
dan mempelajari sistem pemberian serta pengawasan kredit pada PT. BPR BUMIASIH
NBP 34 PEMATANGSIANTAR melalui suatu penelitian dengan judul ”Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kredit Bermasalah Pada PT. Bank Perkreditan
Rakyat Bumiasih NBP 34 Pematangsiantar”.
1.2 Perumususan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, maka
perumusan masalah yang dapat ditarik sebagai dasar penelitian dan mempermudah
penulis dalam penulisan skripsi ini adalah : Apakah ada pengaruh tingkat suku
bunga kredit, inflasi, jumlah kredit yang disalurkan dan jumlah debitur
terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Siantar Bumiasih? 1.3 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban atau
kesimpulan sementara terhadap permasalahan yang ada, dimana kebenarannya masih
perlu dikaji dan diteliti secara empiris 1. Tingkat suku bunga kredit memiliki
pengaruh yang positif terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Siantar Bumiasih,
ceteris
paribus.
2. Inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap kredit
bermasalah pada PT. BPR Siantar Bumiasih, ceteris paribus.
6 3. Jumlah kredit yang disalurkan
memiliki pengaruh yang negatif terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Siantar
Bumiasih, ceteris paribus.
4. Jumlah debitur memiliki pengaruh yang positif terhadap
kredit bermasalah pada PT. BPR Siantar Bumiasih, ceteris
paribus.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat suku
bunga kredit terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Bumiasih NBP 34 Pematangsiantar
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh inflasi terhadap kredit bermasalah pada
PT. BPR Bumiasih NBP 34 Pematangsiantar 3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh
jumlah kredit yang disalurkan terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Bumiasih
NBP 34 Pematangsiantar 4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jumlah debitur
terhadap kredit bermasalah pada PT. BPR Bumiasih NBP 34 Pematangsiantar Sedangkan
manfaat dari penilitian ini adalah : 1. Sebagai bahan studi dan tambahan
literatur bagi bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi , khususnya Departemen Ekonomi
Pembangunan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan bagi industri perbankan khususnya para pengambil keputusan di PT.
BPR Siantar Bumiasih.
3. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian
selanjunya.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi