Sabtu, 01 Maret 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: ANALISIS MODEL APT PADA SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN


 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu fokus utama perhatian pemerintah di samping masalah-masalah nasional lainnya. Untuk pembangunan negara tersebut diperlukan dana investasi yang besar jumlahnya. Dalam pelaksanaannya, negara diupayakan untuk memenuhi kebutuhan dengan sumber-sumber daya yang ada, khususnya kebutuhan dana untuk pembangunan dan pengembangan perekonomian, di samping memanfaatkan dari sumber lainnya sebagai pendukungnya. Salah
satu faktor pendorong pembangunan ekonomi di berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia adalah pasar modal. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari seberapa besar peran pasar modal tersebut dalam perekonomian. Pasar modal mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Semakin tinggi jumlah investasi yang ditanamkan maka pertumbuhan ekonomi nasional akan semakin tinggi. Selain itu, (Lash dan Urry dalam Widoatmojo, 1994) menyebutkan globalisasi terutama pasar uang dan pasar modal merupakan simbol kemoderenan. Pasar Modal dijadikan tolok ukur kemoderenan, artinya suatu bangsa atau negara baru berhak menyandang predikat modren kalau pasar modalnya maju.
Pasar modal yang saat ini ada di Indonesia sebenarnya jauh sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Perdagangan sekuritas dimulai dengan pendirian bursa di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912. Perkembangan bursa efek ini berjalan pesat, namun perang dunia yang terjadi sekitar tahun 1939 menyebabkan

perkembangan pasar modal terhenti dan ditutup. Pada masa pemerintahan orde baru, pengaktifan kembali pasar modal Indonesia dimulai dengan pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) dan pembukaan pasar modal pada 10 Agustus 1997. Kemudian Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendukung perusahaan-perusahaan yang ingin go-public dan kepada investor asing yang ingin berinvestasi di dalam negeri sehingga akan meningkatkan perkembangan pasar modal Indonesia. Kebijakan itu tertuang di Paket Kebijaksanaan Desember (PAKDES 1987), Paket Kebijaksanaan Desember 1988 (PAKDES 88), dan Paket September 1997. Pasar modal juga merupakan salah satu alternatif perusahaan yang mengalami kondisi dimana perusahaan tersebut tidak cukup membiayai pengeluaran perusahaannya. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer).
Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) pada waktu mendatang, sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan

memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik yang dipilih. Kegiatan investasi di pasar modal memberikan harapan bagi setiap investor untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang baik berupa dividen maupun capital gain. Dalam konteks investasi, harapan keuntungan tersebut sering disebut juga sebagai return. Disamping itu, dalam investasi juga dikenal adanya konsep resiko. Resiko investasi bisa diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan harapan keuntungan (return) yang diinginkan investor dengan keuntungan yang diperoleh, sehingga dalam investasi, disamping menghitung return yang diharapkan investor juga harus memperhatikan kemungkinan resiko yang harus ditanggungnya. Seperti istilah pada umumnya ‘high return high risk’ artinya semakin besar keinginan seorang investor untuk mendapatkan keuntungan maka semakin besar resiko yang akan dihadapinya. Secara umum investor pasti ingin memilih investasi yang memiliki resiko yang minimal dan tingkat retun yang maksimal sehingga untuk menurunkan resiko portfolionya investor perlu melakukan diversifikasi, yang berarti ‘jangan menginvestasikan semua dana yang dimiliki hanya pada satu asset saja, karena jika asset tersebut gagal, maka semua dana yang kita investasikan akan lenyap’ (Henry Markowitz dalam Eduardus Tandelin, 2001), selain itu dapat juga dilakukan analisis terhadap fundamental ekonomi yang tercermin dari kondisi stabilitas makroekonomi negara merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan dan dipertimbangkan oleh investor dalam pasar modal sehingga melalui cara-cara tersebut resiko dapat diminimalisir.

Berdasarkan hal diatas, menjadi hal yang penting melakukan analisis risk dan return terhadap suatu portfolio. Saat ini sudah dikenal beberapa model untuk memprediksi risk and return suatu saham. Beberapa diantaranya adalah dengan menggunakan model Capital Aset Pricing Model (CAMP) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). Model APT dibuat sebagai respon kelemahan model CAMP, dimana Model CAMP memprediksi bahwa hanya ada satu jenis resiko sistematik yang mempengaruhi return saham yaitu resiko pasar. Sedangkan Model APT didasari pandangan bahwa return yang diharapkan untuk suatu saham (sekuritas) akan dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah kondisi makro ekonomi negara tersebut. Faktor-faktor resiko tersebut akan menunjukkan kondisi ekonomi secara umum. Di Indonesia dapat kita lihat betapa kuatnya hubungan antara pasar modal dengan kondisi ekonomi, seperti pada saat terjadi krisis Global 2008 banyak sektor industri yang terpukul yang berakibat pada turunnya kinerja pasar modal. Beberapa penelitian pernah menggunakan tiga sampai lima faktor yang mempengaruhi return sekuritas. (Chen, Rell dan Ross dalam Tandelin, 2001) mengidentifikasi 4 faktor yang mempengaruhi return sekuritas, seperti inflasi, tingkat suku bunga, produksi industri premi, risk default dll. Sehingga model APT ini mengasumsikan bahwa sekuritas yang berbeda akan mempunyai sensitivitas terhadap faktor-faktor resiko sistematis yang berbeda pula, sehingga melalui model APT ini menghasilkan indikasi yang baik tentang resiko. APT mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian, yakni kondisi variabel makroekonomi.

Pada umumnya, semua perusahaan memiliki pengaruh terhadap kondisi makroekonomi di negara perusahan tersebut berdiri. Respon setiap perusahaan itu terhadap perubahan kondisi makroekonomi seperti tingkat inflasi, kurs, dan variabel makroekonomi lainnya berbeda-beda, itu tergantung kepada karakteristik industrinya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model pendugaaan APT yang menggunakan faktor-faktor makroekonomi untuk melihat pengaruh kondisi makroekonomi yang ada terhadap risk dan return saham. Adapun saham yang diteliti adalah saham dari sektor pertambangan yang pada akhirnya akan menganalisis dan membandingkan hasil pengujian tersebut. Penulis memilih saham sektor pertambangan karena Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekayaan alam yang cukup besar memiliki potensi industri pertambangan yang cukup besar pula, antara lain pada emas, minyak bumi, batu bara dan gas bumi. Kekayaan alam yang cukup melimpah ini telah dan akan menarik investor-investor asing untuk menanamkan investasinya, baik dalam bentuk investasi langsung maupun tidak langsung yang pada akhirnya akan menyebabkan naiknya harga dari saham pertambangan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Analisis Model APT Pada Saham Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia’’.


Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi