Selasa, 04 Maret 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: ANALISIS PENGARUH REMITEN DARI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGANYA

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan salah satu dari faktor–faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam kegiatan produksi tenaga kerja merupakan input yang terpenting selain bahan baku dan juga modal. Di beberapa negara, tenaga kerja juga dijadikan aset terpenting karena memberikan pemasukan kepada negara yang bersangkutan. Sangat beruntung sekali bagi negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar, karena negara tersebut pasti memiliki jumlah tenaga kerja yang besar pula.

Negara-negara yang seperti inilah merupakan salah satu incaran dari perusahaan-perusahaan asing untuk menanamkan investasinya. Upah tenaga kerja yang sangat murah semakin mendukung lancarnya investasi masuk ke negara tersebut. Para investor beranggapan bahwa apabila upah buruh dapat ditekan maka dapat mengurangi biaya produksi perusahaan. Sehingga pendapatan perusahaan jauh lebih besar di negara itu dibandingkan apabila perusahaan tersebut menanamkan investasi di negaranya sendiri.
Biasanya negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak adalah negara-negara dunia ketiga atau negara yang sedang berkembang dan negara terbelakang. Jumlah penduduk yang besar dipicu oleh masih melekatnya kebudayaan di negara dunia ketiga seperti masih ada anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki serta masih ada sebagian ras yang memprioritaskan gender. Oleh sebab itu, dengan peningkatan jumlah kelahiran tinggi mengarah pada jumlah penduduk yang semakin besar.
Akan tetapi tidak selamanya negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar itu menguntungkan. Dalam konteks pembangunan, pandangan terhadap penduduk ini menjadi terpecah dua ada yang mengatakan penduduk yang besar akan menghambat pembangunan serta menjadi beban pembangunan dan sebagian ahli mengatakan penduduk dianggap sebagai pemicu pembangunan (Sirojuzilam, 2008:34).
Semua itu benar, penduduk yang banyak dapat saja menjadi beban bagi negara dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan. Bagi negara berkembang peningkatan lapangan pekerjaan sangatlah berarti karena dapat menekan angka pengangguran. Tingginya angka pengangguran menyebabkan pendapatan perkapita rendah yang mengarah kepada berkurangnya pendapatan riil. Hal ini yang menyebabkan negara berkembang itu miskin.
Untuk mengatasinya, banyak dari penduduk di negara-negara dunia ketiga memilih berprofesi di sektor apa saja salah satunya adalah sebagai tenaga kerja (buruh), dikarenakan sulitnya dalam mencari lapangan pekerjaan yang layak guna memenuhi kebutuhan hidup tanpa memerlukan pendidikan yang tinggi.
Saat ini hanya masyarakat yang berpendidikan tinggi dan mempunyai skill saja yang dapat bertahan dari keadaan ini, sedangkan yang lainnya tersingkir oleh tantangan dan arus perubahan zaman yang kejam. Dimana tenaga kerja dituntut professionalismenya. Inilah yang terjadi saat ini, dimana laju pertumbuhan jumlah penduduk lebih cepat dibanding dengan perluasan lapangan kerja yang tersedia. Sebagai contoh adalah negara Indonesia yang merupakan salah satu negara sedang berkembang yang menjadi tujuan investasi dari negara-negara dunia pertama seperti negara-negara Eropa Barat.
Indonesia dipilih sebagai negara tujuan investasi karena upah buruhnya yang sangat rendah. Selain itu, Indonesia juga merupakan pasar yang terbaik dari pemasaran hasil produksi mereka sebab pola masyarakat Indoneisa sebagian besar adalah konsumtif bukan produktif. Hal ini disebabkan oleh mutu pendidikan yang sangat rendah yang membuat pola konsumtif dimasyarakatnya (David M Heer:1985).
Rata-rata penduduk di Indonesia memilih bekerja disektor informal dan menjadi buruh karena tidak memerlukan pendidikan yang tinggi untuk dapat masuk dalam sektor tersebut. Mereka yang memilih bekerja sebagai buruh adalah yang berpendidikan rendah, yang hanya tamat dari sekolah dasar saja, atau yang putus sekolah bahkan tidak pernah mengenyam bangku pendidikan sama sekali. Tingkat pendapatan yang rendah merupakan penyebab ini semua terjadi. Sehingga ada anggapan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sulit apalagi untuk memikirkan akan sekolah mau biaya dari mana.
Anggapan yang seperti itu salah, sebenarnya pendidikan merupakan hal yang utama untuk menjadikan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan kreativitas yang tinggi. Dengan adanya pendidikan akan mendorong terjadinya efek multiplayer dalam perekonomian. Untuk mewujudkan itu maka pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono digalakkan program wajib belajar 9 tahun dan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari APBN. Tetapi hal itu belum dapat terealisasi sepenuhnya dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Buktinya masih banyak anak jalanan yang mencari nafkah di lampu-lampu merah pada jam sekolah padahal seharusnya mereka mengenyam pendidikan.
Selain alasan di atas, banyak perusahaan-perusahaan asing maupun domestik yang memerlukan buruh untuk bekerja di perusahaannya semakin menambah ketertarikan masyarakat untuk terjun ke sektor ini. Dengan adanya investasi yang seperti dijelaskan di atas diharapkan dapat menyerap tenaga kerja yang ada sehingga mengurangi angka kemiskinan di dalam negeri melalui pengurangan jumlah pengangguran.
Tetapi investasi yang ditanamkan para investor baik lokal maupun asing dirasa masih kurang mengingat bahwa masih banyak penduduk Indonesia yang bekerja di luar negeri untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarganya. Salah satu pilihan yang mereka ambil adalah menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di beberapa negara yang mau menerima mereka dan membutuhkan tenaga mereka seperti halnya Malaysia, Singapura dan bahkan sampai ke daerah Timur Tengah. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan dan mencari kehidupan yang lebih baik menyebabkan terjadinya migrasi internasional besar-besaran di Indonesia.
Aktivitas seperti ini berfungsi sebagai sebuah strategi untuk mempertahankan hidup. Maka pilihan-pilihan untuk tetap tinggal di daerah asal merupakan sebuah keputusan yang berisiko (Abdul Haris dan Nyoman Adika, 2002:24). Tetapi migrasi ini sangat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran di dalam negeri. Selain itu, kegiatan seperti ini dapat menjadi masalah jika tidak di awasi dengan serius oleh pemerintah. Tetapi secara keseluruhan kegiatan ini memang sangat berguna bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah sangat mendukung kegiatan yang dilakukan penduduknya.
Ada dua faktor yang mendorong pemerintah mendukung kegiatan ini : pertama, semakin kompleksnya masalah kependudukan yang terjadi di dalam negeri dengan berbagai implikasi social ekonominya seperti masalah pengangguran yang menyebabakan harus ditempuh langkah-langkah inovatif untuk berusaha mengurangi tekanan dari masalah tersebut. Kedua, terbuknya kesempatan kerja yang cukup luas di negara-negara yang relative lebih kaya dan baru berkembang yang menyerap tenaga kerja Indonesia dalam jumlah yang cukup besar (M. Arief Nasution, 2001).
Tenaga kerja Indonesia atau biasa disebut dengan TKI adalah penduduk usia produktif yang bekerja di luar negeri dan mendapatkan upah dari apa yang mereka perbuat dalam kurun waktu tertentu biasanya dalam kurun waktu 2 tahun. Bagi tenaga kerja perempuan yang bekerja di luar negeri disebut dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW). Jumlah pengiriman TKI dari tahun ke tahun semakin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Indonesia (Wikipedia, 2010).
Biasanya para TKI telah menandatangani suatu kontrak kerja yang menyebutkan batasan kerja di negara tersebut hanya 2 tahun saja, tetapi jika ada keinginan untuk meneruskannya dapat dilakukan dengan melakukan perpanjangan kontrak kerja dengan negara penerima TKI.
Meskipun mereka hanyalah seorang buruh tetapi janganlah kita remehkan mereka karena mereka merupakan salah satu aset negara yang tak ternilai harganya. Hal ini dikarenakan TKI merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi devisa negara dan merupakan pahlawan devisa bagi Indonesia.
Jumlah pengiriman TKI yang terbanyak adalah di Saudi Arabia dan Malaysia. Kedua negara tersebut adalah negara yang dinilai memiliki upah buruh yang lumayan besar serta dominan penduduknya beragama islam yang merupakan mayoritas agama di Indonesia.
Hal serupa terjadi di Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara yang memiliki jumlah angkatan kerja sebanyak 866.599 tahun 2008 mengalami masalah yang sama, yakni sulitnya dalam penyediaan lapangan pekerjaan bagi ratusan ribu angkatan kerja.
Sehingga terjadi angka kemiskinan yang mencapai 94.800 jiwa. Salah satu jalan yang diambil para penduduk di Deli Serdang adalah menjadi TKI.
Mereka-mereka yang menjadi TKI adalah mereka yang tergolong dalam kategori kurang mampu dan miskin dimana para TKI dijadikan tulang punggung dari keluarga mereka. Para keluarga yang mereka tinggalkan mengharapkan para keluarga mereka yang menjadi TKI dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui pengiriman sejumlah uang kepada keluarga mereka.
Uang kiriman itu biasanya disebut remiten. Uang dikirim melalui Bank Nasional Indonesia atau sekarang di sebut BNI 46. Oleh bank uang yang dikirim di tukar dalam bentuk rupiah saat keluarga mengambilnya. Besar kecilnya kiriman dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah. Semakin rendah nilai tukar rupiah maka semakin banyak jumlah uang yang diterima keluarga TKI walaupun jumlahnya tetap dalam mata uang asing.  Untuk wilayah Sumatera Utara semua pengiriman TKI hanya ke Malaysia saja yang terdiri atas dua sektor besar antara lain. Pertama, sektor formal (pengkilangan) adalah mereka yang bekerja sebagai buruh pabrik atau bekerja di sektor manufaktur.
Kedua, sektor informal adalah mereka yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Untuk negara tujuan lain TKI asal Sumut tidak dapat masuk karena terkendala oleh budaya dan bahasa. Dengan kata lain kualitas TKI masih rendah.
Tidak banyak juga, yang menjadi TKI berasal golongan intelektual yakni para sarjana muda yang tidak mendapatkan pekerjaan di dalam negeri sendiri. Selain itu, anggapan mereka bekerja di negara orang jauh lebih baik ketimbang di negara sendiri dengan memperbandingkan tingkat upah dan nilai tukar rupiah terhadap ringgit Malaysia.
Berdasarkan kajian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian melalui penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH REMITEN DARI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGANYA DI KABUPATEN DELI SERDANG “ 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh remiten terhadap tingkat kesejahteraan keluarga TKI di kabupaten Deli Serdang? 1.3 Hipotesa Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah remiten mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga dari TKI di kabupaten Deli Serdang.
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh remiten yang diperoleh dari TKI di kabupaten Deli Serdang terhadap tingkat kesejahteraan keluarga mereka.
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten Deli Serdang.
2) Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin malakukan penelitian selanjutnya.
3) Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian menyangkut topik yang sama.

4) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya dibidang ketenaga kerjaan.  
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi