BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan salah satu dari
faktor–faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam
kegiatan produksi tenaga kerja merupakan input yang terpenting selain bahan
baku dan juga modal. Di beberapa negara, tenaga kerja juga dijadikan aset
terpenting karena memberikan pemasukan kepada negara yang bersangkutan. Sangat
beruntung sekali bagi negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar,
karena negara tersebut pasti memiliki jumlah tenaga kerja yang besar pula.
Negara-negara yang
seperti inilah merupakan salah satu incaran dari perusahaan-perusahaan asing
untuk menanamkan investasinya. Upah tenaga kerja yang sangat murah semakin
mendukung lancarnya investasi masuk ke negara tersebut. Para investor
beranggapan bahwa apabila upah buruh dapat ditekan maka dapat mengurangi biaya
produksi perusahaan. Sehingga pendapatan perusahaan jauh lebih besar di negara
itu dibandingkan apabila perusahaan tersebut menanamkan investasi di negaranya
sendiri.
Biasanya negara-negara
yang memiliki jumlah penduduk yang banyak adalah negara-negara dunia ketiga
atau negara yang sedang berkembang dan negara terbelakang. Jumlah penduduk yang
besar dipicu oleh masih melekatnya kebudayaan di negara dunia ketiga seperti
masih ada anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki serta masih ada sebagian ras
yang memprioritaskan gender. Oleh sebab itu, dengan peningkatan jumlah
kelahiran tinggi mengarah pada jumlah penduduk yang semakin besar.
Akan tetapi tidak
selamanya negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar itu menguntungkan.
Dalam konteks pembangunan, pandangan terhadap penduduk ini menjadi terpecah dua
ada yang mengatakan penduduk yang besar akan menghambat pembangunan serta
menjadi beban pembangunan dan sebagian ahli mengatakan penduduk dianggap
sebagai pemicu pembangunan (Sirojuzilam, 2008:34).
Semua itu benar,
penduduk yang banyak dapat saja menjadi beban bagi negara dalam hal penyediaan
lapangan pekerjaan. Bagi negara berkembang peningkatan lapangan pekerjaan
sangatlah berarti karena dapat menekan angka pengangguran. Tingginya angka
pengangguran menyebabkan pendapatan perkapita rendah yang mengarah kepada
berkurangnya pendapatan riil. Hal ini yang menyebabkan negara berkembang itu
miskin.
Untuk mengatasinya,
banyak dari penduduk di negara-negara dunia ketiga memilih berprofesi di sektor
apa saja salah satunya adalah sebagai tenaga kerja (buruh), dikarenakan
sulitnya dalam mencari lapangan pekerjaan yang layak guna memenuhi kebutuhan
hidup tanpa memerlukan pendidikan yang tinggi.
Saat ini hanya
masyarakat yang berpendidikan tinggi dan mempunyai skill saja yang dapat
bertahan dari keadaan ini, sedangkan yang lainnya tersingkir oleh tantangan dan
arus perubahan zaman yang kejam. Dimana tenaga kerja dituntut
professionalismenya. Inilah yang terjadi saat ini, dimana laju pertumbuhan
jumlah penduduk lebih cepat dibanding dengan perluasan lapangan kerja yang
tersedia. Sebagai contoh adalah negara Indonesia yang merupakan salah satu
negara sedang berkembang yang menjadi tujuan investasi dari negara-negara dunia
pertama seperti negara-negara Eropa Barat.
Indonesia dipilih
sebagai negara tujuan investasi karena upah buruhnya yang sangat rendah. Selain
itu, Indonesia juga merupakan pasar yang terbaik dari pemasaran hasil produksi
mereka sebab pola masyarakat Indoneisa sebagian besar adalah konsumtif bukan
produktif. Hal ini disebabkan oleh mutu pendidikan yang sangat rendah yang
membuat pola konsumtif dimasyarakatnya (David M Heer:1985).
Rata-rata penduduk di
Indonesia memilih bekerja disektor informal dan menjadi buruh karena tidak
memerlukan pendidikan yang tinggi untuk dapat masuk dalam sektor tersebut.
Mereka yang memilih bekerja sebagai buruh adalah yang berpendidikan rendah,
yang hanya tamat dari sekolah dasar saja, atau yang putus sekolah bahkan tidak
pernah mengenyam bangku pendidikan sama sekali. Tingkat pendapatan yang rendah
merupakan penyebab ini semua terjadi. Sehingga ada anggapan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari saja sulit apalagi untuk memikirkan akan sekolah mau
biaya dari mana.
Anggapan yang seperti
itu salah, sebenarnya pendidikan merupakan hal yang utama untuk menjadikan
sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan kreativitas yang tinggi. Dengan
adanya pendidikan akan mendorong terjadinya efek multiplayer dalam
perekonomian. Untuk mewujudkan itu maka pada masa pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudoyono digalakkan program wajib belajar 9 tahun dan anggaran untuk
pendidikan sebesar 20% dari APBN. Tetapi hal itu belum dapat terealisasi
sepenuhnya dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
pendidikan. Buktinya masih banyak anak jalanan yang mencari nafkah di
lampu-lampu merah pada jam sekolah padahal seharusnya mereka mengenyam
pendidikan.
Selain alasan di atas,
banyak perusahaan-perusahaan asing maupun domestik yang memerlukan buruh untuk
bekerja di perusahaannya semakin menambah ketertarikan masyarakat untuk terjun
ke sektor ini. Dengan adanya investasi yang seperti dijelaskan di atas
diharapkan dapat menyerap tenaga kerja yang ada sehingga mengurangi angka
kemiskinan di dalam negeri melalui pengurangan jumlah pengangguran.
Tetapi investasi yang
ditanamkan para investor baik lokal maupun asing dirasa masih kurang mengingat
bahwa masih banyak penduduk Indonesia yang bekerja di luar negeri untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarganya. Salah satu pilihan yang mereka
ambil adalah menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di beberapa negara yang mau
menerima mereka dan membutuhkan tenaga mereka seperti halnya Malaysia,
Singapura dan bahkan sampai ke daerah Timur Tengah. Dorongan untuk memenuhi
kebutuhan dan mencari kehidupan yang lebih baik menyebabkan terjadinya migrasi
internasional besar-besaran di Indonesia.
Aktivitas seperti ini
berfungsi sebagai sebuah strategi untuk mempertahankan hidup. Maka
pilihan-pilihan untuk tetap tinggal di daerah asal merupakan sebuah keputusan
yang berisiko (Abdul Haris dan Nyoman Adika, 2002:24). Tetapi migrasi ini
sangat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran di dalam
negeri. Selain itu, kegiatan seperti ini dapat menjadi masalah jika tidak di
awasi dengan serius oleh pemerintah. Tetapi secara keseluruhan kegiatan ini
memang sangat berguna bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah sangat
mendukung kegiatan yang dilakukan penduduknya.
Ada dua faktor yang
mendorong pemerintah mendukung kegiatan ini : pertama, semakin kompleksnya
masalah kependudukan yang terjadi di dalam negeri dengan berbagai implikasi
social ekonominya seperti masalah pengangguran yang menyebabakan harus ditempuh
langkah-langkah inovatif untuk berusaha mengurangi tekanan dari masalah
tersebut. Kedua, terbuknya kesempatan kerja yang cukup luas di negara-negara
yang relative lebih kaya dan baru berkembang yang menyerap tenaga kerja
Indonesia dalam jumlah yang cukup besar (M. Arief Nasution, 2001).
Tenaga kerja Indonesia
atau biasa disebut dengan TKI adalah penduduk usia produktif yang bekerja di
luar negeri dan mendapatkan upah dari apa yang mereka perbuat dalam kurun waktu
tertentu biasanya dalam kurun waktu 2 tahun. Bagi tenaga kerja perempuan yang
bekerja di luar negeri disebut dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW). Jumlah
pengiriman TKI dari tahun ke tahun semakin bertambah seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk di Indonesia (Wikipedia, 2010).
Biasanya para TKI telah
menandatangani suatu kontrak kerja yang menyebutkan batasan kerja di negara
tersebut hanya 2 tahun saja, tetapi jika ada keinginan untuk meneruskannya
dapat dilakukan dengan melakukan perpanjangan kontrak kerja dengan negara
penerima TKI.
Meskipun mereka hanyalah
seorang buruh tetapi janganlah kita remehkan mereka karena mereka merupakan
salah satu aset negara yang tak ternilai harganya. Hal ini dikarenakan TKI
merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi devisa negara dan merupakan pahlawan
devisa bagi Indonesia.
Jumlah pengiriman TKI
yang terbanyak adalah di Saudi Arabia dan Malaysia. Kedua negara tersebut
adalah negara yang dinilai memiliki upah buruh yang lumayan besar serta dominan
penduduknya beragama islam yang merupakan mayoritas agama di Indonesia.
Hal serupa terjadi di
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara yang memiliki jumlah angkatan kerja
sebanyak 866.599 tahun 2008 mengalami masalah yang sama, yakni sulitnya dalam
penyediaan lapangan pekerjaan bagi ratusan ribu angkatan kerja.
Sehingga terjadi angka
kemiskinan yang mencapai 94.800 jiwa. Salah satu jalan yang diambil para
penduduk di Deli Serdang adalah menjadi TKI.
Mereka-mereka yang
menjadi TKI adalah mereka yang tergolong dalam kategori kurang mampu dan miskin
dimana para TKI dijadikan tulang punggung dari keluarga mereka. Para keluarga
yang mereka tinggalkan mengharapkan para keluarga mereka yang menjadi TKI dapat
meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui pengiriman sejumlah uang kepada
keluarga mereka.
Uang kiriman itu
biasanya disebut remiten. Uang dikirim melalui Bank Nasional Indonesia atau
sekarang di sebut BNI 46. Oleh bank uang yang dikirim di tukar dalam bentuk
rupiah saat keluarga mengambilnya. Besar kecilnya kiriman dipengaruhi oleh nilai
tukar rupiah. Semakin rendah nilai tukar rupiah maka semakin banyak jumlah uang
yang diterima keluarga TKI walaupun jumlahnya tetap dalam mata uang asing. Untuk wilayah Sumatera Utara semua pengiriman
TKI hanya ke Malaysia saja yang terdiri atas dua sektor besar antara lain.
Pertama, sektor formal (pengkilangan) adalah mereka yang bekerja sebagai buruh
pabrik atau bekerja di sektor manufaktur.
Kedua, sektor informal
adalah mereka yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Untuk negara tujuan
lain TKI asal Sumut tidak dapat masuk karena terkendala oleh budaya dan bahasa.
Dengan kata lain kualitas TKI masih rendah.
Tidak banyak juga, yang
menjadi TKI berasal golongan intelektual yakni para sarjana muda yang tidak
mendapatkan pekerjaan di dalam negeri sendiri. Selain itu, anggapan mereka
bekerja di negara orang jauh lebih baik ketimbang di negara sendiri dengan
memperbandingkan tingkat upah dan nilai tukar rupiah terhadap ringgit Malaysia.
Berdasarkan kajian di
atas maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian melalui penulisan
skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH REMITEN DARI TENAGA KERJA INDONESIA
(TKI) TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGANYA DI KABUPATEN DELI SERDANG “ 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh remiten terhadap tingkat
kesejahteraan keluarga TKI di kabupaten Deli Serdang? 1.3 Hipotesa Hipotesis
merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian
dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan perumusan masalah
tersebut di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
remiten mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga
dari TKI di kabupaten Deli Serdang.
1.4 Tujuan Penelitian Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh remiten yang diperoleh
dari TKI di kabupaten Deli Serdang terhadap tingkat kesejahteraan keluarga mereka.
1.5 Manfaat Penelitian Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sebagai bahan
pertimbangan dan masukan bagi dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten
Deli Serdang.
2) Sebagai bahan studi
dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama
Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin malakukan penelitian selanjutnya.
3) Sebagai penambah,
pelengkap, sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian menyangkut topik
yang sama.
4) Untuk menambah
pengetahuan dan wawasan penulis khususnya dibidang ketenaga kerjaan.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi