PENDAHUULUAN
1.1
Latar Belakang
Krisis
keuangan global tahun 2008 dimulai dari Amerika Serikat dan meluas hingga ke
bagian dunia yang lain seperti Eropa dan Asia. Krisis ini berawal dari
kegagalan pembayaran kredit perumahan diAmerika Serikat yang akhirnya merusak
sistem perbankan dan lembaga keuangan sehingga mengakibatkan kebangkrutan
ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi
(www.indonesiarecovery.com ).
Posisi
Indonesia secara umum bukanlah yang terburuk di antara negara-negara lain.
Perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh sebesar 6.1% di tahun 2008. Selain
itu kondisi fundamental dari sektor eksternal, fiskal dan industri perbankan
masih cukup kuat untuk menahan dampak krisis keuangan global (Bank Indonesia,
2008).
Meskipun
demikian, dampak krisis keuangan global di Indonesia mulai dirasakan menjelang
akhir 2008. Hal ini terlihat dari neraca pembayaran Indonesia mengalami
peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan. Di
pasar keuangan terjadi peningkatan selisih risiko (risk spread) dari
surat-surat berharga Indonesia yang mendorong arus modal keluar dari investasi
asing di bursa saham, Surat Utang Negara (SUN), dan Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) ( Bank Indonesia, 2008).
Kinerja di pasar saham yang
dicerminkan oleh perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami
penurunan selama bulan Agustus 2008 pada level 2.165,9 atau melemah 6.01%
dibandingkan penutupan pada bulan sebelumnya pada level 2.304,5. Pelemahan IHSG
tersebut bersumber dari permasalahan utama di bursa global yaitu : (i) negative
demand shock akibat efek lanjutan ledakan krisis subprime yang meluas
sehingga menjadi krisis pasar kredit dan (ii) negative inflation shock akibat
kenaikan harga berbagai komoditas (Bank Indonesia, 2008 ).
Penurunan tersebut ternyata berlanjut hingga triwulan I 2009
dimana IHSG masih berada dalam tren menurun pada level terendah 1.256 pada awal
maret 2009, volume perdagangan juga mengalami penurunan ke level Rp 1,57
triliun per hari dibanding dengan rata-rata tahun 2008 sebesar Rp 3,99 triliun
per hari (Bank Indonesia, 2009).
Indeks harga saham gabungan merupakan indeks gabungan dari
seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek (Mohamad Samsul, 2006).. Indeks
ini sering digunakan sebagai acuan perkembangan kegiatan di pasar modal dan
menjadi pedoman bagi para investor untuk melakukan investasi di pasar modal.
Semakin banyak investor yang melakukan investasi di pasar
modal maka semakin banyak pula manfaat yang akan diperoleh suatu negara.
Manfaat tersebut antara lain : (i) memperbaiki struktur permodalan perusahaan,
(ii) meningkatkan efisiensi alokasi sumber dana, (iii) menunjang terciptanya
perekonomian yang sehat, (iv) meningkatkan penerimaan negara, (v)mengurangi
hutang luar negeri baik pihak pemerintah ataupun swasta, (vi) meningkatkan
partisipasi masyarakat
dalam pembangunan dan (vii) sebagai
alternatif pembiayaan pemerintah ( Jusuf Anwar, 2008 ).
Oleh karena itu setiap negara perlu melakukan pengembangan
terhadap pasar modal agar investor semakin tertarik melakukan investasi di
pasar modal tersebut. Akan tetapi proses pengembangan pasar modal tersebut
tidak dapat dibiarkan secara apa adanya tanpa diawasi pemerintah. Menurut
Robert Pardy (dalam Jusuf Anwar, 2008 ) diperlukan adanya campur tangan
pemerintah dalam bentuk pengawasan dan pembangunan. Pengawasan (supervisory)
yaitu bentuk kewenangan dalam menerbitkan peraturan perundang-undangan
dalam format lembaga pengawas. Pembangunan (development) yaitu
pengembangan pasar modal termasuk dalam kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
BI
Rate merupakan suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank
Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan
moneter. BI Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk
mengarahkan agar Suku Bunga SBI 1 bulan hasil lelang Operasi Pasar Terbuka
(OPT) berada di sekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga BI Rate diharapkan
mempengaruhi suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB), suku bunga simpanan, dan
suku bunga lainnya dalam jangka waktu yang lebih panjang ( www.nuryazidi.wordpress.com).
Teori klasik menjelaskan bahwa investasi adalah fungsi dari
tingat bunga dan terdapat hubungan negatif antara investasi dan tingkat bunga.
Semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan investor untuk melakukan investasi
semakin rendah. Hal ini dikarenakan tingkat bunga yang tinggi akan menambah
pengeluaran investor karena tingkat
bunga merupakan biaya dari penggunaan dana (Nopirin, 1992).
Rapat Dewan Gubernur memutuskan untuk mempertahankan tingkat
bunga BI Rate pada tingkat 8,00% sebanyak empat kali hingga April 2008. Dan
pada Mei 2008 terjadi kenaikan BI Rate sebanyak enam kali dimana kenaikan
terakhir pada Oktober 2008 berada di tingkat 9,50%. Pada akhir 2008 hingga
akhir 2009 tingkat bunga BI Rate cenderung menurun hingga akhirnya berada pada
tingkat 6,50% dan tetap mempertahankan posisi ini hingga akhir 2010. Namun
memasuki awal 20011 data Bank Indonesia memutuskan untuk meningkatkan tingkat
bunga BI Rate pada tingkat 6,75%.
Menurut teori Keynes terdapat tiga motif permintaan akan uang
kas yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Dalam motif transaksi
dan berjaga-jaga, permintaan akan uang kas dipengaruhi oleh pendapatan
sedangkan motif spekulasi dipengaruhi oleh tingkat bunga (Nopirin, 1992).
Permintaan akan uang kas untuk motif spekulasi digunakan
untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya spekulatif, misalnya membeli surat
berharga baik obligasi atau saham. Permintaan uang kas untuk motif spekulasi
dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga. Artinya semakin tinggi suku bunga
semakin sedikit jumlah uang kas yang diminta untuk motif spekulasi, dan
sebaliknya. Sehingga jumlah uang yang beredar akan berpengaruh secara positif
terhadap kinerja saham (www.notcupz.blogspot.com)
Pada Januari 2008, likuiditas perekonomian tumbuh melambat.
Hal ini diliat dari MI dan M2 yang
masing-masing tumbuh 21,9% dan 16.5%. Persentase
ini lebih rendah jika dibandingkan
dengan bulan sebelumnya dimana M
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Pengaruh
Tingkat Bunga BI Rate dan Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahkan yang akan
diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan BI Rate dan jumlah uang
beredar di Indonesia,
2. Bagaimana pengaruh BI Rate terhadap indeks harga
saham gabungan,
3. Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar terhadap indeks
harga saham gabungan.
1 tumbuh
sebesar 27,6% dan M2 tumbuh sebesar 18,9%. Di bulan
September 2008 pertumbuhan likuiditas perekonomian mulai meningkat dari bulan
sebelumnya namun tidak berlangsung lama karena pada Januari 2009 terjadi
penurunan likuiditas sejalan dengan melambatnya aktivitas perekonomian sebagai
dampak dari krisis keuangan global. Likuiditas mengalami perbaikan pada
Desember 2009 dan cenderung meningkat hingga Agustus 2009.
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat
Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah
sebagai berikut :
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perkembangan tingkat bunga BI Rate dan jumlah uang beredar
di Indonesia, 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat bunga BI Rate
terhadap indeks harga saham gabungan, 3. Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh jumlah uang beredar terhadap indeks harga saham gabungan.
1. Sebagai bahan masukan bagi otoritas moneter dalam menjaga
kestabilan indeks harga saham gabungan, 2. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni, 3. Sebagai
tambahan informasi dan tambahan literatur bagi masyarakat dan mahasiswa/i yang
ingin melakukan penelitian selanjutnya.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi