Sabtu, 01 Maret 2014

Skripsi Ekonomi Pembangunan: ANALISIS PERBANDINGAN PERANAN JALUR SUKU BUNGA DAN JALUR NILAI TUKAR PADA MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat penting, sehingga dampak jumlah uang beredar dapat mempengaruhi perekonomian. Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga yang melebihi tingkat yang diharapkan. Sebaliknya jika peningkatan jumlah uang beredar sangat rendah, maka akan menimbulkan kelesuan dalam perekonomian. Situasi ini
melatarbelakangi usaha yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas moneter dalam mengendalikan jumlah uang yang beredar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Walter Bagehot bahwa “Money will not manage itself”, ini menunjukkan pengendalian jumlah uang beredar merupakan faktor yang sangat penting dalam seluruh kegiatan ekonomi suatu negara.
Lembaga yang memiliki tugas dalam otoritas moneter ini di Indonesia adalah Bank Indonesia. Kebijakan yang diambil otoritas moneter sangat mewarnai bagaimana perkembangan ekonomi makro yang terjadi. Kebijakan moneter memiliki tiga terminologi umum. Pertama, target kebijakan moneter atau sering disebut sasaran akhir. Bank Indonesia telah menetapkan yang menjadi sasaran tunggal, ini tertuang dalam revisinya pada Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Pasal 7 menyatakan bahwa Indonesia telah menganut kebijakan moneter dengan tujuan tunggal yakni mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan

tunggal tersebut terangkum dalam kerangka strategis penargetan inflasi ( inflation targeting framework). Kedua, indikator kebijakan moneter atau sasaran antara, yang dapat memberi petunjuk apakah perkembangan moneter tetap terarah pada usaha pencapaian sasaran akhir yang telah ditetapkan atau tidak. Ketiga, instrumen kebijakan moneter dalam mencapai sasaran. Dalam mencapai sasaran akhirnya, ada hal yang harus dilalui yaitu mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral bekerja dan mempengaruhi berbagai aktifitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan akhir yang ditetapkan. Mekanisme ini dimulai dari tindakan bank sentral menggunakan instrumen moneter, dalam melaksanakan kebijakannya. Bekerjanya kebijakan moneter dilihat dari mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga, kredit, harga aset, nilai tukar, dan ekspektasi inflasi. Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini memerlukan waktu (time lag). Time lag setiap jalur berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam perjalanannya, mekanisme transmisi kebijakan moneter berpengaruh terhadap sektor perbankan, keuangan, dan bahkan sektor riil.
Dalam memulai mekanisme transmisi kebijakan moneter, Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga (target suku bunga). Stance kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate). Dalam tataran operasional, BI Rate tercermin dari suku bunga pasar uang jangka pendek yang merupakan sasaran operasional kebijakan

moneter. Sejak 9 Juni 2008, BI menggunakan suku bunga Pasar Uang Antara Bank (PUAB)1 overnight (o/n) sebagai sasaran operasional kebijakan moneter. Agar pergerakan suku bunga PUAB o/n tidak terlalu melebar dari anchor-nya, Bank Indonesia selalu berusaha untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan secara seimbang sehingga terbentuk suku bunga yang wajar dan stabil melalui pelaksanaan operasi moneter. Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disebut OPT merupakan kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia dalam rangka mengurangi (smoothing) volatilitas suku bunga PUAB o/n. Sementara instrumen Standing Facilities merupakan penyediaan dana rupiah (lending facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah (deposit facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka membentuk koridor suku bunga di PUAB o/n. OPT dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia, sementara Standing Facilities dilakukan atas inisiatif bank.
Dari sisi mekanisme jalur suku bunga dinyatakan bahwa pengaruh suku bunga BI Rate yang ditransmisikan pada suku bunga SBI ke suku bunga PUAB O/N cukup mengalami peningkatan . Hal tersebut terkait dengan aspek positif dari penguatan kerangka operasional termasuk penyempitan koridor suku bunga khususnya sejak awal tahun 2008. Pengaruh dari suku bunga PUAB ke suku bunga simpanan dan kredit serta pengaruh dari suku bunga simpanan terhadap suku bunga kredit tidak sebesar pengaruh BI Rate yang ditransmisikan pada suku bunga SBI terhadap suku bunga PUAB O/N. Hal ini antara lain terkait dengan

berbagai kondisi mikro yang masih dihadapi pelaku pasar di tengah persepsi terhadap kondisi makroekonomi yang belum sepenuhnya pulih pascakrisis keuangan global.
Pada pertengahan tahun 2010, jalur suku bunga merupakan lanjutan kebijakan pada tahun 2009 sebagai respons terhadap krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008, jalur suku bunga pada saat itu dimaksudkan masih dapat memberi sinyal kesiagaan dan komitmen untuk menjaga keberlangsungan pasar uang di tengah distribusi likuiditas antarbank yang belum merata. Tujuan utama kebijakan tersebut adalah meningkatkan keyakinan antarpelaku di pasar uang. Pada periode tersebut, efektivitas transmisi kebijakan moneter ke suku bunga pasar uang cukup kuat. (www.bi.go.id)
Pada tahun laporan 2010, respons suku bunga kredit dan suku bunga simpanan tidak sebesar respons suku bunga pasar uang terhadap BI Rate. Rigiditas suku bunga kredit antara lain disebabkan oleh berbagai variabel yang mempengaruhi penentuan suku bunga simpanan dan kredit seperti faktor inefisiensi dan kompetisi perbankan. Dalam praktiknya, inefisiensi yang relatif tinggi di industri perbankan nasional cenderung dibebankan pada suku bunga kredit seperti tercermin pada tingginya margin perbankan. Mengingat kompleksitas yang dihadapi, kebijakan suku bunga dilengkapi dengan kebijakan lainnya dalam rangka membantu pencapaian sasaran inflasi dengan tetap konsisten pada pencapaian sasaran makroekonomi lain. (www.bi.go.id)
Bila dibandingkan dalam perjalanan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar, sistem yang dianut Indonesia sistemnya
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perjalanan sistem kurs mengambang terkendali di Indonesia bertahan cukup lama yaitu periode 1977 sampai dengan 1997. Selama periode tersebut pemerintah Indonesia membuat suatu indikator kurs mata uang dengan cara menetapkan spread pada pergerakan kurs di pasar uang. Sampai pada akhirnya terjadi krisis ekonomi dan moneter di Indonesia yang berawal pada bulan Juli 1997, kemudian pemerintah menetapkan sistem nilai tukar mengambang bebas (freely float) pada 14 Agustus 1997, yang artirnya mulai saat itu pemerintah melepaskan pergerakan rupiah pada kekuatan permintaan dan penawaran uang. (Rimsky, 2002).
Pergerakan nilai tukar selama ini mengalami fluktuatif. Dalam periode tahun 2010, nilai tukar rupiah menguat cukup signifikan terutama disebabkan oleh derasnya aliran masuk modal asing. Pergerakan nilai tukar rupiah juga ditopang oleh keseimbangan interaksi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar domestik serta fundamental perekonomian domestik yang kuat. Nilai tukar rupiah mulai mengalami apresiasi sejak awal tahun dan mencapai level Rp 9.081 per dolar AS atau menguat secara rata-rata sebesar 3,8% dibandingkan dengan akhir tahun 2009. Secara point-to-point rupiah terapresiasi sebesar 4,4%. Apresiasi yang terjadi secara gradual tersebut disertai tingkat volatilitas sebesar 0,4%, lebih rendah dibandingkan volatilitas yang terjadi pada 2009 yaitu 0,9% . Di satu sisi, apresiasi rupiah dapat membantu menurunkan tekanan inflasi melalui penurunan harga barang-barang impor. Di sisi lain, apresiasi rupiah juga berpotensi meningkatkan tekanan pada neraca transaksi berjalan akibat peningkatan impor. (www.bi.go.id)
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk penulisan skripsi yang berjudul “ Analisis Perbandingan Peranan Jalur Suku Bunga dan Jalur Nilai Tukar pada Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat saling pengaruh antara variabel dalam penelitian yaitu suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, suku bunga Pasar Uang Antar Bank, suku bunga deposito, suku bunga kredit, investasi, output gap, dan inflasi dalam mentransmisikan kebijakan moneter melalui jalur suku bunga?
2. Apakah terdapat saling pengaruh antara variabel dalam penelitian yaitu suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, interest rate differentials, capital inflow, nilai tukar,ekspor neto, output gap, dan inflasi dalam mentransmisikan kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar?
3. Bagaimana perbandingan peranan mekanisme transmisi kebijakan moneter antara jalur suku bunga dan nilai tukar di Indonesia selama periode penelitian?
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara variabel dalam penelitian yaitu suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, suku bunga Pasar Uang Antar Bank, suku bunga deposito, suku bunga kredit, investasi, output gap, dan inflasi dalam menstransmisikan kebijakan moneter di Indonesia melalui jalur suku bunga.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara variabel dalam penelitian yaitu suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, interest rate differentials, capital inflow, nilai tukar, ekspor neto, output gap, dan inflasi dalam menstransmisikan kebijakan moneter di Indonesia melalui jalur nilai tukar.
3. Untuk mengetahui perbandingan mekanisme transmisi kebijakan moneter antara jalur suku bunga dan nilai tukar di Indonesia selama periode penelitian.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan bagi penulis dalam disiplin ilmu yang ditekuni penulis.
2. Sebagai tambahan informasi dan tambahan literatur bagi masyarakat dan mahasiswa/i yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
3. Sebagai tambahan informasi dan tambahan literatur bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan.
4. Sebagai bahan masukan bagi otoritas moneter dalam kebijakan moneter yang dilaksanakan dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter.


Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi