BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Pendahuluan
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses
kenaikan pendapatan total (pertumbuhan ekonomi) di suatu negara dengan
memperhitungkan adanya pertambahan jumlah penduduk, perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi dan pemerataan pendapatan. Dengan demikian, pembangunan
ekonomi tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan ekonomi (economic growth).
Pertumbuhan ekonomi mencerminkan perubahan output yang dihasilkan oleh
suatu perekonomian pada periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 1996 mencapai 7,8%. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
tersebut berkaitan dengan upaya pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi
makro yang berhati-hati dan ditunjang oleh kebijakan sektoral yang konsisten, serta
upaya menciptakan iklim dunia usaha yang mendorong kelancaran produksi dan
kemudahan perizinan baik bagi perusahaan dalam negeri maupun asing. Periode
1997-1998, Kegiatan ekonomi mengalami kontraksi sehingga secara keseluruhan
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merosot 13,9% pada tahun 1998.
Perekonomian nasional mengalami krisis yang menyebabkan kinerja perekonomian
Indonesia menurun tajam, dan berdampak menjadi krisis yang berkepanjangan di
berbagai bidang termasuk di bidang investasi di pasar modal.
Pasar modal yang ada di
Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang
dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makroekonomi secara umum.
Krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997 merupakan awal runtuhnya pilar-pilar
perekonomian nasional Indonesia. Ini ditandai dengan turunnya kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan Indonesia dalam bentuk penarikan dana besar-besaran
(rush) oleh deposan untuk kemudian disimpan di luar negeri (capital flight).
Tingkat suku bunga yang mencapai 70 % dan depresiasi nilai tukar rupiah (kurs) terhadap
dolar AS sebesar 500 % mengakibatkan hampir semua kegiatan ekonomi terganggu.
Dampak lain dari menurunnya kepercayaan masyarakat berimbas sampai ke pasar
modal. Harga-harga saham menurun secara tajam sehingga menimbulkan kerugian yang
cukup signifikan bagi investor.
Pasar modal merupakan
alternatif menggali pembiayaan pembangunan. Pasar modal memiliki peran besar
bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus,
fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal memiliki fungsi ekonomi karena
pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan pihak yang kelebihan
dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer), dengan
adanya pasar modal pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan
dananya tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan
pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut
untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan.
Pasar modal dikatakan memilik fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan
kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan
karakteristik investasi yang dipilih. Kemudian, bagi para investor atau pemilik
modal, dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik dengan meningkatnya
produk domestik bruto (PDB) suatu negara, hal ini menjanjikan keuntungan yang
akan menambah pendapatan sehingga diharapkan akan meningkatkan taraf hidup
menjadi lebih baik sehingga menginvestasikan modalnya di pasar modal.
Bila pertumbuhan
ekonomi ini terus berkelanjutan (sustainable), maka kegiatan investasi
sangat diperlukan untuk menunjang peningkatan dalam produksi, yang selanjutnya
memberikan pengembangan yang baik bagi pasar modal sebagai sumber dana bagi
pengembangan bagi dunia usaha. Sebaliknya bila tingkat pertumbuhan ekonomi rendah
atau menurun, akan memberikan dampak yang negatif bagi kegiatan investasi, sehingga
akan berpengaruh terhadap perkembangan pasar modal. Sebagai contoh, dapat dilihat
kasus yang dialami Thailand dimana indeks bursa Thailand mengalami penurunan dimulai
tahun 1996 akibat menurunnya pertumbuhan ekonomi Thailand (I Putu Gede Ary Suta
2000:14).
Sejak dimulainya
liberalisasi pasar modal di Indonesia pada tahun 1989, pasar modal mengalami
perkembangan yang cukup pesat khususnya Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Berdasarkan Keppres No.
60 tahun 1988, pasar modal merupakan sarana mempertemukan penawar dan peminta
dana jangka panjang dalam bentuk efek, baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public
authorities) maupun perusahaan swasta (private sectors). Ada
beberapa faktor yang dapat dijadikan tolok ukur perkembangan pasar modal
Indonesia, antara lain nilai kapitalisasi pasar, perkembangan emisi saham,
emisi obligasi, right issue, pergerakan Indeks harga saham gabungan
(IHSG), kinerja perdagangan dan lain-lain.
IHSG merupakan cerminan
dari kegiatan pasar modal secara umum. Peningkatan IHSG menunjukkan kondisi
pasar modal sedang bullish, sebaliknya jika menurun menunjukkan kondisi
pasar sedang bearish. Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh variabelvariabel ekonomi
diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat suku bunga. Perkembangan
transaksi saham di bursa saham terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk menanamkan investasi di pasar modal
semakin besar. Perkembangan IHSG menunjukkan pergerakan jumlah pemegang saham,
nilai perdagangan saham, dan dana yang dihimpun baik dari saham maupun
obligasi. Pada tahun 1988 pada saat krisis terjadi harga saham yang dijual dengan
harga hanya Rp 10,- per lembar dan IHSG pernah turun sampai di bawah 300.
Namun, bila melihat
indikator ekonomi beberapa tahun terakhir ini, gejala pemulihan kepercayaan
masyarakat mulai tampak. Pada September 2004, IHSG mencapai 820,1 dan sampai
Desember 2005 telah mencapai 1162,63. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan
mengingat IHSG pada tahun 2001, 2002, dan 2003 baru mencapai 392,03, 424,94,
dan 679,3. Kemudian sepanjang periode bulan Januari-Juli 2006, PT Bursa Efek Jakarta
(BEJ) terus menerus berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur
dan transparan. Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukkan prestasi
yang sangat menggembirakan. Salah satunya ditunjukkan dengan IHSG di BEJ yang
berhasil mencatat rekor tertinggi pada tanggal 11 Mei 2006 di level 1.553,062
(www.jsx.co.id, 2010).
Pasar Asia khususnya di
Indonesia memang menjanjikan prospek yang baik untuk beberapa tahun ke depan.
Namun demikian, pasar keuangan global tetaplah bagian yang terintegrasi
sehingga volatilitas di Wall Street cenderung akan membawa pengaruh terhadap
kinerja pasar di Asia. Untuk saat ini masih sangat dibutuhkan kehati-hatian di dalam
menyikapi kenaikan IHSG dan menyikapi volatilitas pasar yang akan terjadi.
Kondisi perekonomian
dunia pada tahun 2008 mengalami ”krisis finansial global” yang memiliki dampak
atau pengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Krisis yang melanda Amerika
Serikat (AS) terjadi sebagai akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage),
semacam kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Sebagai contoh lembaga
keuangan Lehman Brothers, Merryl Linch, mengajukan permohonan pailit ke pengadilan
(dan dikabulkan). Kemudian terjadi keguncangan di lantai bursa (trading floor)
di bursa saham AS dan negara lainnya. Dalam kondisi tersebut pemilik saham mau menerima
harga berapa saja, sehingga nilai saham benar-benar hancur karena bursa memuat
saham perusahaan besar dan raksasa, kebangkrutan bursa sama saja dengan kelumpuhan
total dunia usaha dan kebangkrutan perekonomian nasional (Basri, 2009:632).
Indonesia sebagai salah
satu negara berkembang di Asia juga tidak luput dari imbas krisis finansial
global. Pada tahun 2008 lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih meningkat
6,2%, yang berarti lebih rendah yang ditargetkan pemerintah sebesar 6,5%.
Bahkan pada 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia turun menjadi 4,5%. Indonesia terimbas
resesi yang terjadi di AS dan negara maju lainnya, karena negara maju tersebut merupakan
tujuan utama komoditas produk Indonesia. Dengan menurunnya permintaan akan
produk Indonesia di negara-negara maju tersebut, nilai ekspor Indonesia
mengalami penurunan yang drastis. Atau dengan kata lain akan berpengaruh
negatif terhadap permintaan domestik, konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah,
investasi, ekspor, dan impor, sehingga pada akhirnya menentukan besaran PDB dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Demikian pula krisis
tersebut membuat kinerja perusahaan menjadi buruk dan mendorong perusahaan
untuk melakukan efisiensi biaya dengan melakukan pemutusan hubungan kerja,
pengurangan produksi dan tindakan lainnya yang membuat produktivitas perusahaan
menurun. Hal ini terlihat dari IHSG di berbagai negara menurun drastis.
Masyarakat kehilangan
kepercayaan kepada sistem finansial (bank, pasar uang dan pasar modal). Para
investor menarik dananya dari bursa sehingga menyebabkan krisis. Krisis ini
berdampak terhadap pengeringan likuiditas dan pertumbuhan ekonomi yang merosot.
Semakin baik kondisi
ekonomi suatu negara yang dicerminkan dalam nilai PDB, maka masyarakat akan
mempercayakan dananya kepada perusahaan sehingga semakin banyak dana yang
mengalir ke pasar modal dan membuat IHSG semakin baik. Jadi artinya, hubungan
fundamental ekonomi dengan fluktuasi harga saham menunjukkkan adanya hubungan
yang positif.
Dari latar belakang di
atas serta didukung oleh data dan beberapa penelitian sebelumnya, penulis
mencoba untuk mengkaji fenomena yang terjadi di antara indeks harga saham
gabungan (IHSG) dengan pertumbuhan ekonomiyang dinyatakan dalam produk domestik
bruto (PDB) baik secara kausalitas (hubungan timbal balik) dan kointegrasi
(kesembangan dalam jangka panjang) dalam kurun waktu tahun 2000 sampai 2009
dengan judul “ Analisis Kausalitas dan Kointegrasi Pertumbuhan Ekonomi
dan Indeks Harga Saham Gabungan di Pasar Modal Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji
dan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat hubungan
kointegrasi (keseimbangan jangka panjang) antara pertumbuhan ekonomi dan indeks
harga saham gabungan di pasar modal Indonesia? 2. Apakah terdapat hubungan
kausalitas (timbal balik) antara pertumbuhan ekonomi dan indeks harga saham
gabungan di pasar modal Indonesia? 1.3. Hipotesis Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus
diuji secara empiris. Berdasarkan permasalahan dan teori di atas, maka
hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan kointegrasi
(keseimbangan jangka panjang) antara pertumbuhan ekonomi dan indeks harga saham
gabungan di pasar modal Indonesia.
2. Terdapat hubungan
kausalitas (timbal balik) antara pertumbuhan ekonomi dan indeks harga saham
gabungan di pasar modal Indonesia.
1.4. Tujuan Penelitian Adapun
tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan kointegrasi
(keseimbangan jangka panjang) antara pertumbuhan ekonomi dan indeks harga saham
gabungan di pasar modal Indonesia.
2. Untuk mengetahui
hubungan kausalitas (timbal balik) antara pertumbuhan ekonomi dan indeks harga
saham gabungan di pasar modal Indonesia.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai tambahan informasi dan tambahan literatur bagi masyarakat dan
mahasiswa/i yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
2. Sebagai bahan studi
dan tambahan literatur bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
3. Sebagai wawasan
ilmiah dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan disiplin ilmu penulis.
4. Sebagai pertimbangan
dalam memproyeksi dan mengambil kebijakan mengenai perubahan indeks harga saham
gabungan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi