Jumat, 07 Maret 2014

Skripsi Finansial: PERANCANAAN BISNIS PADA”KAIN SONGKET PALEMBANG”


 BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kain tenun songket Palembang ini, sangat menarik, ditelusuri sejarahnya, maknanya, dan teknik pembuatannya. Kalau kita menilik warnanya yang khas, dan motif hiasnya yang indah, pastilah kita berkesimpulan bahwa songket ini dibuat dengan keterampilan, ketelatenan, kesabaran,dan daya kreasi tinggi.Marilah kita "melongok" bagaimana kain tersebut dibuat, sedikit sejarahnya dan tentang motif hiasnya.

Bahan baku kain songket Palembang ini adalah berbagai jenis benang, seperti benang kapas, atau yang lebih lembut dari bahan benang sutera. Untuk membuat kain songket yang bagus, bahan bakunya berupa benang putih yang diimpor dari India, Cina atau Thailand. Sebelum ditenun, bahan baku diberi warna dengan jalan dicelup dengan bahan warna yang dikehendaki. Warna dominan dari tenun songket
Namun, saat ini penenun dari Palembang ini sudah menggunakan berbagai warna, yaitu warna yang biasa digunakan untuk tekstil, kain songket tradisional dicelup dengan warna - warna yang didapat dari alam, dan teknik ini diteruskan Warna biru didapat dari indigo, warna kuning didapat dari dari kunyit.Untuk mendapatkan warna sekunder seperti hijau, oranye dan ungu, dilakukan percampuran cat dari warna primer merah,biru dan kuning. Untuk mencegah agar warna tidak luntur atau pudar pada waktu pencelupan ditambahkantawas
Setelah benang diberi warna, lalu ditenun dengan alat yang sederhana. Penempatan benang-benang telah dihitung dengan teliti. Benang yang memanjang atau
vertikal disebut lungsi, benang yang ditempatkan melebar atau horizontal disebut benang pakan. Hasil persilangan kedua jenis benang ini terangkai menjadi kain. Untuk
mendapatkan motif songket berbenang emas, ditambahkan benang emas yang sudah dihitung dan ditenunkan di antara hasil tenunan tadi.
Karena rumitnya proses bertenun ini, sehelai kain dapat diselesaikan dalam waktu ber bulan - bulan. Apalagi di masa lalu, menenun dikerjakan oleh para ibu pada waktu senggang ketika pekerjaan mengurus rumah tangga atau bertani telah selesai. Tenun songket biasanya diberi motif berwarna emas. Benang emas yang dipakai ada tiga jenis, yaitu benang emas cabutan, benang emas Sartibi dan benang emas Bangkok.enang emas cabutan didapat dari kain songket antik yang sebagian kainnya sudah rusak, yang diurai kembali. Benang emas cabutan masih kuat karena dibuat dari benang katun yang dicelupkan ke dalam cairan emas 24 karat
Pengerjaaan yang rumit dengan mengurai kembali benang yang sudah ditenun ini menghasilkan kain songket yang baru yang berkesan antik. Dengan pembuatan dan pengerjaan yang harus sangat telaten ini wajarlah harga kain songket bisa berlipat ganda. Jenis yang kedua, benang emas Sartibi. yaitu benang emas sintetis dari pabrik benang di Jepang. Benang ini halus, dan tidak mengkilap, hasil tenunannya lebih halus dan ringan. Jenis benang emas yang ketiga yaitu benang Bangkok yang mengkilap dan memang didatangkan dari Bangkok
Teknik dan jenis serta kualitas kain yang ditenun mempunyai istilah tersendiri, yaitu dikenal sebagai songket limar dan lepus, Yang dimaksud dengan lepus adalah kain songket yang kainnya sepenuhnya adalah cukitan (sulaman) benang emas. Benang
emasnya dengan kualitas tinggi didatangkan dari China. Kadangkala benang emas ini diambil dari kain songket yang sudah sangat tua (ratusan tahun) karena kainnya menjadi rapuh, benang emas disulam kembali kekain yang baru. Kualitas jenis songket lepus merupakan kualitas yang tertinggi dan termahal harganya.
Limar adalah kain sonket yang menurut sejarawan dan budayawan inggris R.O Windstedt yang menekuni kehidupan di nusantara pada zaman kolonial, yaitu: its colours are rich blend of reds,yellows,and greens .the shape of the pattern. If closely inspected, bearing a distinct resemblance to the “lime“ (limau) from which it has acquired its name.
Pendapat lain percaya bahwa nama limar timbul karena banyak nya bulatan 2 kecil dan percikan yang membentuk sebuah motif yang menyerupai tetesan air jeruk yang diperas. Menurut Mubin Sheppard: that kain limar is often in correctly spelt limau, with which it has no connexion. Sedangkan di Palembang limar itu lebih diartikan sebagai suatu teknik, is known as a process of dyeing threads.
Rumpak ( bumpak ) adalah kain songket untuk pria, motif pada kain tersebut tidak penuh seperti pada songket untuk wanita,kepala kain atau tumpal pada rumpak disaat pemakaiannya berada di belakang badan ( pinggul ke bawah sampai dibawah dengkul) Motif kain songket amat beragam, apalagi pada saat ini dimana kreasi-kreasi baru para pengrajin sangat imaginatif. Akan tetapi motif utama songket adalah: 1.Bunga intan
2.Tretes Minder
3.Janda Beraes
4.Bunga Cina
5.Bunga Paciek.
Sumber lain mengatakan bahwa Motif hias songket biasanya berbentuk geometris atau hasil stilisasi dari flora dan fauna, yang masing-masing mempunyai arti perlambangan yang baik. Misalnya bunga cengkeh, bunga tanjung, bunga melati dan bunga mawar yang wangi yang melambangkan kesucian, keanggunan, rezeki. Motif benang emas yang rapat dan mendominasi permukaan kain disebut LEPUS, Kain tiga negeri Kain ini dari tiga bagian warna yaitu biru, hijau dan merah. Di bagian tepi motif tumpal berwarna merah, di tengahnya kain limar bermotif bunga tabung. Di bagian paling tengah berwarna hijau bermotif bunga bintang berantai. Kekayaan alam Palembang sangat mempengaruhi terciptanya ragam hias dengan pola-pola yang mengagumkan. Sekali pun ragam hiasnya tercipta dari alat yang sederhana, namun tenunannya merupakan karya seni yang amat tinggi nilainya. Jadi, songket bukanlah hanya sekedar kain, melainkan telah menjadi suatu bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa penenunnya. Motif-motif ragam songket Palembang pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu: motif tumbuh-tumbuhan (terutama bentuk stilisasi bunga-bungaan), motif geometris dan motif campuran antara tumbuh-tumbuhan dan geometris.
Motif-motif tersebut dari dahulu hingga sekarang diwariskan secara turun-temurun, sehingga polanya tidak berubah, karena cara memola motif itu sendiri hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, dan tidak setiap penenun dapat membuat motif sendiri. Orang yang menenun tinggal melaksanakan pola yang telah ditentukan. Jadi, kerajinan menenun merupakan suatu pekerjaan yang sifatnya kolektif. Sebagai catatan, para penenun di Palembang seluruhnya dilakukan oleh kaum perempuan.
Beberapa nama ragam hias atau motif tenun songket Palembang antara lain adalah: lepus piham, lepus polos, lepus puler lurus, lepus puler ombak-ombak, lepus bintang, lepus naga besaung, lepus bungo jatuh, lepus berantai, lepus lemas kandang, tetes meder, bungo cino, bungo melati, bungo inten, bungo pacik, bungo suku hijau, bungo bertabur, bungo mawar, biji pare, jando berhias, limas berantai, dasar limai, pucuk rebung, tigo negeri dan emas jantung Selain sebagai sesuatu yang berfungsi memperindah tenunan (songket), ragam hias juga mempunyai makna.
Salah satu contohnya adalah bentuk ragam hias yang tekenal yaitu “naga besaung” (naga bertarung). Dalam hal ini naga dianggap sebagai binatang yang melambangkan kemakmuran dan kejayaan. Orang yang memakai tenun songket motif nago besaung tentulah mengharapkan akan mendapatkan kemakmuran dan kejayaan dalam hidupnya. Motif ini diambil dari salah satu unsur kebudayaan Cina yang menganggap naga sebagai suatu hewan mitologi yang dapat mendatangkan kemakmuran.
Sebagai catatan, pada zaman dahulu kerajaan Sriwijaya banyak didatangi orang-orang asing dari Cina, India dan lain sebagainya untuk berdagang. Contoh yang lain adalah motif pucuk rebung dan bunga-bungaan (cengkeh, tanjung, melati, dan mawar). Rebung dianggap sebagai tumbuhan yang sejak kecil dapat digunakan untuk bahan sayuran. Ketika telah tumbuh besar dan menjadi bambu pun masih tetap berguna, yaitu sebagai bahan bangunan dan lain sebagainya. Orang yang memakai motif ini tentulah diharapkan akan berguna pula bagi masyarakatnya (seperti bambu yang sangat berguna bagi manusia). Sedangkan, bunga-bungaan melambangkan kesucian, keanggunan, rezeki dan kebaikan.
Sumber: http://kainsongket.net/tentang-songket-palembang
Kami memilih usaha ini karena kami percaya usaha ini memiliki prospek jangka panjang yang baik, karena songket Palembang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan. Diantaranya adalah acara-acara pernikahan, acara adat, dan sebagai pasangan dari kain kebaya sehingga kain songket banyak digemari oleh kaum hawa. Songket Palembang yang kami produksi tidak menggunakan mesin seperti kebanyakan produsen lain sehingga memiliki tingkat ketelitian yang tinggi yang memungkinkannya jauh dari kecacatan. Penenun yang trampil dan berbakat yang telah lama mengerjakan kegiatan inilah yang akan kami pekerjakan dan benang terbaiklah yang akan kami pakai sehingga songket yang kami produksi berkualitas.
Usaha ini memiliki potensi dan peluang bisnis yang baik dimasa depan. Melihat banyaknya jumlah kaum hawa di Indonesia dan masyarakat usia produktif yang menjadi pasar utama kami dalam bisnis ini. Kaum hawa dipilih karena adanya nilai estetika dari wanita yang memakai songket sehingga sampai saat ini wanita tetap memilih untuk memakai songket sebagai pasangan kebaya pada acara-acara pertemuan mereka.
Adapun masyarakat usia produktif dipilih karena mereka pasti akan menikah dan sebagai pakaian pengantinnya kami menyarankan agar mereka menggunakan songket Palembang yang kami produksi. Keunggulan dari songket ini ringan dan tidak luntur sehingga nyaman dipakai oleh para pengantin yang memiliki kegiatan padat disepanjang acara pernikahan. Kami juga memilih keluarga yang memiliki sofa sebagai target pasar kami.
Hal ini dikarenakan kami akan memodifikasi lagi sarung songket yang telah kami produksi menjadi bentuk lain seperti dasi dan sarung bantal sofa, sehingga akan
menambah kesan mewah, unik dan menambah nilai kebudayaan diruang tamu. Adapun pesaing yang kami hadapi dalam usaha ini adalah para produsen songket lain. Baik songket Palembang maupun songket lainnya seperti songket Batu Bara dan Kalimantan juga para agen yang sudah lama bekerja dibidang ini dan memiliki pelanggan tetap. Akan tetapi hal tersebut tidak akan membuat kami resah karena kami aka terus mengembangkan inovasi baru agar songket kami dapat bertahan bahkan berhasil diterima oleh masyarakat Indonesia.
Kami membutuhkan dana sebesar Rp 14.232.000 sebagai tahap awal membuka bisnis ini. Dengan perincian total biaya sewa gedung, biaya gaji penenun dan penjahit, biaya bahan baku, serta biaya alat pembuatan songket dan keperluan lainnya. Dan dana yang kami miliki saat ini adalah sebesar Rp 23.000.000. Dengan penerimaan penjualan sebesar Rp 12.900.000 pada bulan pertama yang akan terus mengalami perubahan sesuai dengan keadaan pasar. Dan
kami memperkirakan dana yang kami investasikan akan kembali pada bulan ke- 8. Susunan kepemilikan modal telah kami sajikan pada bab berikutnya.
Dalam kegiatan ini kami terdiri dari 3 (tiga) orang yang bekerja pada bidang masing-masing, yaitu penulis sendiri sebagai pengurus operasional, Mia Andriani sebagai pengurus keuangan, dan Doni Aulia Rizal SE sebagai pengurus pemasaran. Tiap-tiap bidang dipilih berdasarkan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing pengurus sehingga resiko yang dihadapi dapat diminimkan.

Kami yakin bahwa usaha ini akan berkembang dan bertahan karena kami tidak hanya menjanjikan produk yang sama setiap tahunnya. Namun kami akan terus melakukan berbagai macam inovasi agar produk kami selalu digemari oleh masyarakat Indonesia,  
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi