BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kain tenun songket Palembang ini, sangat menarik,
ditelusuri sejarahnya, maknanya, dan teknik pembuatannya. Kalau kita menilik
warnanya yang khas, dan motif hiasnya yang indah, pastilah kita berkesimpulan
bahwa songket ini dibuat dengan keterampilan, ketelatenan, kesabaran,dan daya
kreasi tinggi.Marilah kita "melongok" bagaimana kain tersebut dibuat,
sedikit sejarahnya dan tentang motif hiasnya.
Bahan baku kain songket Palembang ini adalah berbagai
jenis benang, seperti benang kapas, atau yang lebih lembut dari bahan benang
sutera. Untuk membuat kain songket yang bagus, bahan bakunya berupa benang
putih yang diimpor dari India, Cina atau Thailand. Sebelum ditenun, bahan baku
diberi warna dengan jalan dicelup dengan bahan warna yang dikehendaki. Warna
dominan dari tenun songket
Namun, saat ini penenun dari Palembang ini sudah
menggunakan berbagai warna, yaitu warna yang biasa digunakan untuk tekstil,
kain songket tradisional dicelup dengan warna - warna yang didapat dari alam,
dan teknik ini diteruskan Warna biru didapat dari indigo, warna kuning didapat
dari dari kunyit.Untuk mendapatkan warna sekunder seperti hijau, oranye dan
ungu, dilakukan percampuran cat dari warna primer merah,biru dan kuning. Untuk
mencegah agar warna tidak luntur atau pudar pada waktu pencelupan
ditambahkantawas
Setelah benang diberi warna, lalu ditenun dengan alat
yang sederhana. Penempatan benang-benang telah dihitung dengan teliti. Benang
yang memanjang atau
vertikal disebut lungsi, benang yang
ditempatkan melebar atau horizontal disebut benang pakan. Hasil persilangan
kedua jenis benang ini terangkai menjadi kain. Untuk
mendapatkan motif songket berbenang emas, ditambahkan
benang emas yang sudah dihitung dan ditenunkan di antara hasil tenunan tadi.
Karena rumitnya proses bertenun ini, sehelai kain
dapat diselesaikan dalam waktu ber bulan - bulan. Apalagi di masa lalu, menenun
dikerjakan oleh para ibu pada waktu senggang ketika pekerjaan mengurus rumah
tangga atau bertani telah selesai. Tenun songket biasanya diberi motif berwarna
emas. Benang emas yang dipakai ada tiga jenis, yaitu benang emas cabutan,
benang emas Sartibi dan benang emas Bangkok.enang emas cabutan didapat dari
kain songket antik yang sebagian kainnya sudah rusak, yang diurai kembali.
Benang emas cabutan masih kuat karena dibuat dari benang katun yang dicelupkan
ke dalam cairan emas 24 karat
Pengerjaaan yang rumit dengan mengurai kembali benang
yang sudah ditenun ini menghasilkan kain songket yang baru yang berkesan antik.
Dengan pembuatan dan pengerjaan yang harus sangat telaten ini wajarlah harga
kain songket bisa berlipat ganda. Jenis yang kedua, benang emas Sartibi. yaitu
benang emas sintetis dari pabrik benang di Jepang. Benang ini halus, dan tidak
mengkilap, hasil tenunannya lebih halus dan ringan. Jenis benang emas yang
ketiga yaitu benang Bangkok yang mengkilap dan memang didatangkan dari Bangkok
Teknik dan jenis serta kualitas kain yang ditenun
mempunyai istilah tersendiri, yaitu dikenal sebagai songket limar dan lepus,
Yang dimaksud dengan lepus adalah kain songket yang kainnya sepenuhnya adalah
cukitan (sulaman) benang emas. Benang
emasnya dengan kualitas tinggi
didatangkan dari China. Kadangkala benang emas ini diambil dari kain songket
yang sudah sangat tua (ratusan tahun) karena kainnya menjadi rapuh, benang emas
disulam kembali kekain yang baru. Kualitas jenis songket lepus merupakan
kualitas yang tertinggi dan termahal harganya.
Limar adalah kain sonket yang menurut sejarawan dan
budayawan inggris R.O Windstedt yang menekuni kehidupan di nusantara pada zaman
kolonial, yaitu: its colours are rich blend of reds,yellows,and greens .the
shape of the pattern. If closely inspected, bearing a distinct resemblance to
the “lime“ (limau) from which it has acquired its name.
Pendapat lain percaya bahwa nama limar timbul karena
banyak nya bulatan 2 kecil dan percikan yang membentuk sebuah motif yang
menyerupai tetesan air jeruk yang diperas. Menurut Mubin Sheppard: that kain
limar is often in correctly spelt limau, with which it has no connexion.
Sedangkan di Palembang limar itu lebih diartikan sebagai suatu teknik, is known
as a process of dyeing threads.
Rumpak ( bumpak ) adalah kain songket untuk pria,
motif pada kain tersebut tidak penuh seperti pada songket untuk wanita,kepala
kain atau tumpal pada rumpak disaat pemakaiannya berada di belakang badan (
pinggul ke bawah sampai dibawah dengkul) Motif kain songket amat beragam,
apalagi pada saat ini dimana kreasi-kreasi baru para pengrajin sangat
imaginatif. Akan tetapi motif utama songket adalah: 1.Bunga intan
2.Tretes Minder
3.Janda Beraes
4.Bunga Cina
5.Bunga Paciek.
Sumber lain mengatakan bahwa Motif hias songket
biasanya berbentuk geometris atau hasil stilisasi dari flora dan fauna, yang
masing-masing mempunyai arti perlambangan yang baik. Misalnya bunga cengkeh,
bunga tanjung, bunga melati dan bunga mawar yang wangi yang melambangkan
kesucian, keanggunan, rezeki. Motif benang emas yang rapat dan mendominasi
permukaan kain disebut LEPUS, Kain tiga negeri Kain ini dari tiga bagian warna
yaitu biru, hijau dan merah. Di bagian tepi motif tumpal berwarna merah, di
tengahnya kain limar bermotif bunga tabung. Di bagian paling tengah berwarna
hijau bermotif bunga bintang berantai. Kekayaan alam Palembang sangat
mempengaruhi terciptanya ragam hias dengan pola-pola yang mengagumkan. Sekali
pun ragam hiasnya tercipta dari alat yang sederhana, namun tenunannya merupakan
karya seni yang amat tinggi nilainya. Jadi, songket bukanlah hanya sekedar
kain, melainkan telah menjadi suatu bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta,
rasa dan karsa penenunnya. Motif-motif ragam songket Palembang pada umumnya
terdiri dari tiga bagian, yaitu: motif tumbuh-tumbuhan (terutama bentuk
stilisasi bunga-bungaan), motif geometris dan motif campuran antara
tumbuh-tumbuhan dan geometris.
Motif-motif tersebut dari dahulu hingga sekarang
diwariskan secara turun-temurun, sehingga polanya tidak berubah, karena cara
memola motif itu sendiri hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, dan tidak
setiap penenun dapat membuat motif sendiri. Orang yang menenun tinggal
melaksanakan pola yang telah ditentukan. Jadi, kerajinan menenun merupakan
suatu pekerjaan yang sifatnya kolektif. Sebagai catatan, para penenun di
Palembang seluruhnya dilakukan oleh kaum perempuan.
Beberapa nama ragam hias atau motif
tenun songket Palembang antara lain adalah: lepus piham, lepus polos, lepus
puler lurus, lepus puler ombak-ombak, lepus bintang, lepus naga besaung, lepus
bungo jatuh, lepus berantai, lepus lemas kandang, tetes meder, bungo cino,
bungo melati, bungo inten, bungo pacik, bungo suku hijau, bungo bertabur, bungo
mawar, biji pare, jando berhias, limas berantai, dasar limai, pucuk rebung,
tigo negeri dan emas jantung Selain sebagai sesuatu yang berfungsi memperindah
tenunan (songket), ragam hias juga mempunyai makna.
Salah satu contohnya adalah bentuk ragam hias yang
tekenal yaitu “naga besaung” (naga bertarung). Dalam hal ini naga dianggap
sebagai binatang yang melambangkan kemakmuran dan kejayaan. Orang yang memakai
tenun songket motif nago besaung tentulah mengharapkan akan mendapatkan
kemakmuran dan kejayaan dalam hidupnya. Motif ini diambil dari salah satu unsur
kebudayaan Cina yang menganggap naga sebagai suatu hewan mitologi yang dapat
mendatangkan kemakmuran.
Sebagai catatan, pada zaman dahulu kerajaan Sriwijaya
banyak didatangi orang-orang asing dari Cina, India dan lain sebagainya untuk
berdagang. Contoh yang lain adalah motif pucuk rebung dan bunga-bungaan
(cengkeh, tanjung, melati, dan mawar). Rebung dianggap sebagai tumbuhan yang
sejak kecil dapat digunakan untuk bahan sayuran. Ketika telah tumbuh besar dan
menjadi bambu pun masih tetap berguna, yaitu sebagai bahan bangunan dan lain sebagainya.
Orang yang memakai motif ini tentulah diharapkan akan berguna pula bagi
masyarakatnya (seperti bambu yang sangat berguna bagi manusia). Sedangkan,
bunga-bungaan melambangkan kesucian, keanggunan, rezeki dan kebaikan.
Sumber: http://kainsongket.net/tentang-songket-palembang
Kami memilih usaha ini karena kami percaya usaha ini
memiliki prospek jangka panjang yang baik, karena songket Palembang dapat
digunakan untuk berbagai kegiatan. Diantaranya adalah acara-acara pernikahan,
acara adat, dan sebagai pasangan dari kain kebaya sehingga kain songket banyak
digemari oleh kaum hawa. Songket Palembang yang kami produksi tidak menggunakan
mesin seperti kebanyakan produsen lain sehingga memiliki tingkat ketelitian
yang tinggi yang memungkinkannya jauh dari kecacatan. Penenun yang trampil dan
berbakat yang telah lama mengerjakan kegiatan inilah yang akan kami pekerjakan
dan benang terbaiklah yang akan kami pakai sehingga songket yang kami produksi
berkualitas.
Usaha ini memiliki potensi dan peluang bisnis yang
baik dimasa depan. Melihat banyaknya jumlah kaum hawa di Indonesia dan
masyarakat usia produktif yang menjadi pasar utama kami dalam bisnis ini. Kaum
hawa dipilih karena adanya nilai estetika dari wanita yang memakai songket
sehingga sampai saat ini wanita tetap memilih untuk memakai songket sebagai
pasangan kebaya pada acara-acara pertemuan mereka.
Adapun
masyarakat usia produktif dipilih karena mereka pasti akan menikah dan sebagai
pakaian pengantinnya kami menyarankan agar mereka menggunakan songket Palembang
yang kami produksi. Keunggulan dari songket ini ringan dan tidak luntur
sehingga nyaman dipakai oleh para pengantin yang memiliki kegiatan padat
disepanjang acara pernikahan. Kami juga memilih keluarga yang memiliki sofa
sebagai target pasar kami.
Hal ini
dikarenakan kami akan memodifikasi lagi sarung songket yang telah kami produksi
menjadi bentuk lain seperti dasi dan sarung bantal sofa, sehingga akan
menambah kesan mewah, unik dan menambah
nilai kebudayaan diruang tamu. Adapun pesaing yang kami hadapi dalam usaha ini
adalah para produsen songket lain. Baik songket Palembang maupun songket
lainnya seperti songket Batu Bara dan Kalimantan juga para agen yang sudah lama
bekerja dibidang ini dan memiliki pelanggan tetap. Akan tetapi hal tersebut tidak
akan membuat kami resah karena kami aka terus mengembangkan inovasi baru agar
songket kami dapat bertahan bahkan berhasil diterima oleh masyarakat Indonesia.
Kami membutuhkan dana sebesar Rp 14.232.000 sebagai
tahap awal membuka bisnis ini. Dengan perincian total biaya sewa gedung, biaya
gaji penenun dan penjahit, biaya bahan baku, serta biaya alat pembuatan songket
dan keperluan lainnya. Dan dana yang kami miliki saat ini adalah sebesar Rp
23.000.000. Dengan penerimaan penjualan sebesar Rp 12.900.000 pada bulan
pertama yang akan terus mengalami perubahan sesuai dengan keadaan pasar. Dan
kami memperkirakan dana yang kami investasikan akan
kembali pada bulan ke- 8. Susunan kepemilikan modal telah kami sajikan pada bab
berikutnya.
Dalam kegiatan ini kami terdiri dari 3 (tiga) orang
yang bekerja pada bidang masing-masing, yaitu penulis sendiri sebagai pengurus
operasional, Mia Andriani sebagai pengurus keuangan, dan Doni Aulia Rizal SE
sebagai pengurus pemasaran. Tiap-tiap bidang dipilih berdasarkan keahlian yang
dimiliki oleh masing-masing pengurus sehingga resiko yang dihadapi dapat
diminimkan.
Kami yakin bahwa usaha ini akan berkembang dan bertahan
karena kami tidak hanya menjanjikan produk yang sama setiap tahunnya. Namun
kami akan terus melakukan berbagai macam inovasi agar produk kami selalu
digemari oleh masyarakat Indonesia,
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi