Sabtu, 22 Maret 2014

Skripsi Manajemen: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET



1BAB I  PENDAHULUAN
  1.1 Latar Belakang  
 Semakin berkembangnya ekonomi internasional dalam era globalisasi saat ini  membuat kebutuhan ekonomi antar negara semakin terkait, hal ini tercermin dari  meningkatnya arus perdagangan barang, uang serta modal antar negara di dunia. Hal  tersebut menuntut agar setiap negara  menjalankan perekonomian yang terbuka,  sehingga keterbukaan perekonomian terhadap dunia internasional menjadi pilihan  utama bagi setiap negara. Salah satu hal mendasar yang berkaitan dengan  keterbukaan perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasionalnya. Oleh  sebab itu, setiap negara secara tidak langsung dituntut untuk memperbaiki kinerja  perekonomiannya terutama pada sektor perdagangan luar negri agar dapat bersaing di  pasar global.

Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian mempunyai peranan  penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia, baik pada masa lalu, sekarang  maupun pada masa yang akan datang. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara  (GBHN) dan Program Pembangunan Nasional(PROPENAS) antara lain tercantum  bahwa pembangunan pertanian yang di dalamnya mencakup perkebunan bertujuan  meningkatkan perluasan lapangan kerja dan meningkatkan penghasilan rakyat, juga  bertujuan untuk menunjang pembangunan industri serta meningkatkan ekspor.
 1Perkebunan di Indonesia menurut struktur dan jenisnya dapat dibedakan atas:  perkebunan negara, perkebunan swasta nasional, dan swasta asing serta perkebunan  rakyat. Produksi perkebunan baik perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta  (nasional dan asing) maupun perkebunan negara telah meningkat dari tahun ke tahun,  selain untuk dikonsumsi dan untuk diekspor.
Sejak 1986/1987 harga minyak bumi merosot secara tajam di pasaran  internasional, sehingga pemerintah tidak dapat lagi hanya mengandalkan penerimaan  devisa dari sektor migas. Oleh karena itu sejak 1986/1987 pemerintah RI telah beralih  kepada sektor non-migas sebagai sumber devisa terbesar dalam penerimaan dalam  negri mengingat ekspor non-migas hingga saat ini belum dapat menggantikan migas  sebagai penghasil devisa utama (Djamin, 1993 : 7).
Sub sektor perkebunan merupakan salah satu pilihan pengganti migas, karena  dapat menjadi sumber penghasil dan penghemat devisa serta tempat menampung  tenaga kerja. Adapun komoditi ekspor andalan Sumatera Utara dari sub sektor  perkebunan adalah kelapa sawit (palm oil), karet, kopi, teh, coklat dan sebagainya  yang semuanya merupakan komoditi primadona di pasar dunia. Dalam penelitian ini  akan diambil sampel karet karena komoditi ini memiliki prospek yang cukup cerah  saat ini disamping kelapa sawit.
Bagi Propinsi Sumatera Utara, karet merupakan komoditi yang memiliki arti  dan sejarah tersendiri. Sumatera Utara adalah salah satu propinsi yang memiliki  perkebunan karet terbesar di Indonesia sejak zaman Belanda masih berkuasa.
perkebunan karet yang pertama dibangun di Indonesia adalah di Sumatera Timur   1pada tahun 1902, termasuk berbagai lembaga penelitian yang mendukungnya.
Selanjutnya, karet berkembang pesat menjadi komoditi yang diminati baik oleh  perkebunan besar maupun oleh petani. Hal ini ditandai dengan sumbangan dari sektor  perkebunan yang cukup besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)  maupun perolehan devisa negara.
Karet bukanlah tanaman asli Indonesia tetapi berasal dari Brasilia dan dibawa  ke Indonesia pada tahun 1872 dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Biji karet  Wickham ini merupakan nenek moyang karet di Indonesia. Perkebunan karet yang  pertama yang didirikan pada tahun 1902 memiliki luas 176 Ha, dan pada tahun 1906  perkebunan ini dikembangkan lagi ke JawaBarat seluas 10.125 Ha. hingga pada  tahun 2004 luas areal perkebunan karet padaperkebunan rakyat di Sumatera Utara  mencapai hampir 300 ribu Ha dengan jumlah produksi 220 ribu ton.
Hasil produksi perkebunan yang meningkat, telah meningkatkan pula volume  ekspornya. Volume ekspor karet Sumatera Utara pada tahun 1990 hanya sekitar 400  ribu ton dengan nilai ekspor sekitar 330 juta US$, sedangkan pada tahun 2005  volume ekspor karet mencapai angka sekitar 650 ribu ton dengan nilai ekspor  mencapai 870 juta US$. Perkembangan nilai ekspor ini tentu saja menunjukkan  peningkatan yang menggembirakan. Berikut disajikan tabel volume ekspor karet  Sumatera Utara dan nilai ekspor dari karet tersebut.
 1Tabel 1.1  Volume Ekspor Karet SumateraUtara Serta Nilai Ekspornya  1990-2005  Tahun  Volume Ekspor Karet  Sumatera Utara  (Ton)  Nilai Ekspor Karet  Sumatera Utara  (US$.000)  1990 409.586  332.821  1991 515.212  429.663  1992 495.682  443.667  1993 479.181  427.649  1994 497.543  541.662  1995 522.107  809.100  1996 533.757  751.100  1997 550.661  589.411  1998 603.967  411.393  1999 533.760  314.985  2000 500.113  323.850  2001 570.145  306.521  2002 526.554  364.476  2003 526.809  472.233  2004 645.470  754.167  2005 665.354  875.225  Sumber: BPS Prop. SU  Komoditi karet Sumatera Utara sebagian dipasarkan di dalam negeri dan  sebagian lagi diekspor ke luar negeri. Adapun negara-negara tujuan ekspor komoditi  karet Sumatera Utara antara lain, Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Singapura,  Korea Selatan, Hong kong, Taiwan, Cina dan Jepang.
Namun saat ini pemerintah sedang dihadapkan pada masalah serius yakni luas  areal tanaman karet di Sumatera Utara terus menurun akibat masih terus   1berlangsungnya konversi tanaman karet ke kelapa sawit. Pada tahun 2002 luas areal  tanaman karet di Sumatera Utara masih seluas 489.491 hektar dengan produksi  443.743 ton. Sementara pada tahun 2004 luas areal karet menurun menjadi tinggal  477.000 hektar dengan produksi yang juga anjlok menjadi hanya 392.000 ton.
Hal tersebut dikarenakan karena petani maupun pengusaha perkebunan masih  meragukan keuntungan berkebun karet meski harga jual komoditi itu mulai bergerak  naik. Para petani dan pengusaha lebih yakin dengan prospek kelapa sawit yang  memang harga jualnya masih bertahan baik dan diprediksi semakin mahal. Areal  perkaretan Sumatera Utara yang menurun itu semakin memprihatinkan karena  produksinya juga semakin anjlok akibat sebagian besar tanaman berumur tua. Hampir  50 persen dari total luas tanaman karet di sentra produksi Sumatera Utara yakni  Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Madina, dan Langkat merupakan tanaman tua yang  mengakibatkan produksi karetnya tidak maksimal (www.sumutprov.go.id).
Penurunan areal dan produksi karet di Sumut harus mendapat perhatian serius  dari pemerintah. Bukan hanya menyangkut soal kehidupan petani, tetapi juga  menyangkut penerimaan devisa dari ekspor karet itu. Disamping itu masih terdapat  keuntungan sosial dari karet itu sendiri yakni dengan menanam karet petani bisa  setiap hari mendapatkan hasil, petani bisa disibukkan dengan kegiatan menyadap  karet setiap hari sehingga mereka tidak perlu lagi memikirkan untuk urbanisasi ke  kota.
Kegiatan ekspor komoditi karet Sumatera Utara diduga ikut dipengaruhi oleh  beberapa faktor, dari dalam negeri faktor yang mempengaruhi seperti produktivitas   1perkebunan rakyat yang masih rendah, pengelolaan manajemen yang kurang modern  dan profesional, banyaknya peraturan daerah hingga pungutan lainnya yang  menimbulkan biaya tinggi. Dari luar negeri dipengaruhi oleh harga karet internasional  yang cukup rendah beberapa tahun belakangan ini. Hal ini sangat mungkin  mempengaruhi volume dan nilai ekspor karet mengingat ekspor karet Sumatera Utara  cenderung menurun beberapa tahun terakhir disamping ekspor karet Indonesia yang  terancam akibat kebijakan yang dilakukan di negara Kamboja yang berusaha  meningkatkan produksi negaranya dengan menawarkan sedikitnya 500 ribu hektar  lahannya kepada investor untuk pengembangan tanaman karet.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk membahas masalah ekspor  karet di Sumatera Utara dalam hubungannya dengan faktor-faktor tersebut dengan  mengangkat judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Karet  Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan  yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:  1.  Seberapa besar pengaruh total produksi karet terhadap volume ekspor karet  Sumatera Utara?  2.  Seberapa besar pengaruh harga ekspor karet terhadap volume ekspor karet  Sumatera Utara?  3.  Seberapa besar pengaruh kurs terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara?   11.3 Hipotesis  Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang sebenarnya  yang kebenarannya masih perlu untuk diuji. Berdasarkan permasalahan yang ada  maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:  1.  Total produksi karet mempunyai pengaruh positif terhadap volume ekspor karet  Sumatera Utara.
2.  Harga ekspor karet mempunyai pengaruh positif terhadap volume ekspor karet  Sumatera Utara.
3.  Kurs mempunyai pengaruh positif terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara.
1.4 Tujuan Penelitian  Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:  1.  Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh total produksi karet terhadap volume  ekspor karet Sumatera Utara.
2.  Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh harga ekspor karet terhadap volume  ekspor karet Sumatera Utara.
3.  Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kurs terhadap volume ekspor karet  Sumatera Utara.
 21.5 Manfaat Penelitian  Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:  1.  Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun instansi/lembaga yang ada  hubungannya dengan ekspor karet yang ada di Sumatera Utara.
2.  Menambah dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang ada, khususnya mengenai  ekspor karet di Sumatera Utara.
3.  Untuk memberikan sumbangan ilmu kepada almamater Universitas Sumatera  Utara yang dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian yang  selanjutnya.
4.  Hasil penelitian ini menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan penulis  dalam melakukan penelitian.
  

Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi