BAB I.
PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang Masalah.
Pasar modal adalah tempat
bertemunya pihak-pihak yang memiliki dana lebih dan pihak-pihak yang membutuhkan
tambahan dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas. Pasar modal di Indonesia dikenal dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merupakan gabungan
dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa
Efek Surabaya (BES) sejak November 2007. Diantara berbagai macam pilihan sekuritas yang
ditawarkan, umumnya yang sering diperjualbelikan
adalah saham dan obligasi.
Pilihan investasi yang sering
dipakai masyarakat dalam pasar modal adalah
saham. Hal ini menyebabkan investor menjadi lebih aktif dalam mencari informasi mengenai saham perusahaan
mana yang memberikan keuntungan (capital
gain) yang maksimal. Berbagai analisis pun dilakukan agar investor bisa mendapatkan dividen dan
capital gain yang maksimal. Pihak yang
menganalisis saham biasa disebut dengan analyst. Para analyst menganalisis
saham dengan berbagai cara, baik melalui analisis fundamental, analisis teknikal atau bahkan dengan membaca
pola pergerakan saham.
Dalam menganalisis harga saham,
umumnya para analyst menggunakan analisis
fundamental yang berdasarkan pada kinerja keuangan suatu perusahaan.
Analyst dengan metode analisis
fundamental ini akan membandingkan
rasio-rasio keuangan dari beberapa perusahaan dalam sektor bisnis yang sama.
Sementara analisis teknikal adalah metode yang
melihat pergerakan saham melalui
permintaan dan penawaran saham tersebut. Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah
pergerakan harga saham berdasarkan pada
data pasar historis seperti informasi harga saham, volume penjualan saham, dan indeks harga saham. Analisis
teknikal menggunakan dasar-dasar kombinasi
harga saham, baik harga pembukaan, harga tertinggi, dan harga terendah, karena harga saham mencerminkan
pergerakan pada semua informasi yang
diketahui, baik berupa konfirmasi, dan penyimpangan. Volume penjualan saham dalam analisis teknikal
mencerminkan perubahan harga, dan
dukungan, terhadap nilai harga yang terjadi dipasar. Volume juga dapat dijadikan sebagai interpretasi terhadap
harga suatu saham dan situasi pasar yang
terjadi.
Saat ini banyak analyst yang
mulai menggunakan metode teknikal untuk mengetahui
pergerakan harga saham karena analisis teknikal memberikan kemudahan dibandingkan dengan menggunakan
analisis fundamental, yaitu tidak
tergantung pada data laporan keuangan yang memerlukan ketepatan dan waktu analisis yang lebih lama untuk membuat
keputusan investasi.
Kelebihan dari analisis teknikal
adalah analisa yang relatif cepat dan mudah,
tidak melibatkan angka keuangan yang rumit, dan memberikan sinyal pada saat yang tepat untuk melakukan
investasi. Indikasi secara teknikal yang menunjukkan sinyal beli yang kuat akan
memungkinkan investor untuk memperoleh
keuntungan (gain). Melalui analisis teknikal, investor dapat menentukan gerakan pola kecenderungan/tren
saham tunggal atau umum, mengetahui
pergerakan pola kecenderungan naik (uptrend)
atau pola kecenderungan menurun
(downtrend).
Kemudahan dalam memperkirakan
harga saham dengan menggunakan analisis
teknikal mengakibatkan banyaknya investor memutuskan untuk berinvestasi di pasar modal sebagai alternatif
penyaluran dana investasi sehingga
kegiatan pasar modal semakin meningkat. Situasi ekonomi dunia yang sempat memburuk pada tahun 2008 tidak
membuat kegiatan BEI menjadi terkendala.
Beberapa perusahaan mampu melewati masa krisis sehingga tidak sampai gulung tikar. Bahkan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
meningkat hingga menembus 3.000 (Fortune Indonesia, 2010:17). Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia
tercatat meningkat sebanyak 5,3 persen,
sedangkan pada periode yang sama, sejumlah negara besar seperti Amerika Serikat dan Jepang
mencatat pertumbuhan yang negatif. Ini
menunjukkan bahwa Indonesia mampu bertahan ditengah krisis dunia. Kokohnya perekonomian Indonesia juga
membuat nilai rupiah menguat terhadap
dollar Amerika Serikat. Akhir tahun 2008 nilai rupiah dihargai Rp 11.120 per dollar Amerika Serikat.
Namun pada tahun 2009 nilai rupiah
menguat menjadi Rp 9.408 per dollar Amerika Serikat atau menguat hingga 15,4 persen, sehingga beberapa
perusahaan mengalami keuntungan kurs. Dari penjabaran diatas dapat dilihat bahwa
krisis ekonomi dunia pada tahun 2008
tidak mampu menghentikan kegiatan pasar modal di Indonesia. Sebagian besar perusahaan dari berbagai sektor
di pasar modal dapat bertahan, termasuk
sektor keuangan.
Tahun 2009, berbagai perusahaan di sektor
keuangan Indonesia tidak hanya mampu
bertahan dari krisis global, tetapi juga mampu mencatat peningkatan pertumbuhan pendapatan. Seperti
yang terjadi pada PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk. yang berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 26,96 persen, PT Bank Mandiri Tbk.
yang mengalami peningkatan pertumbuhan
pendapatan sebesar 19,77 persen dan PT Bank Central Asia Tbk. yang mencatat pertumbuhan pendapatan
sebesar 17,7 persen (Fortune Indonesia,
2010:66). Sementara berbagai perusahaan dinegara lain masih harus terus berusaha melewati krisis ekonomi
dunia tersebut dengan meningkatkan
pendapatannya. Tabel 1.1 Nilai
Kapitalisasi Pasar Seluruh Sektor BEI tahun 2007-2009 No.
Sektor BEI Kapitalisasi Pasar
(Jutaan Rupiah) 2007 2008 2009 1.
Pertanian 109.211.910 37.511
75.630 2. Pertambangan 366.629.304
116.457 284.225 3. Industri Dasar dan Kimia 123.286.836
81.587 163.625 4. Aneka Industri 135.728.420
60.952 169.518 5. Industri Barang Konsumsi 193.809.272
133.414 245.554 6. Properti dan Real Estate 111.576.418
46.454 67.693 7. Infrastruktur, Utilitas, dan
Transportasi 394.064.039 248.453
378.405 8. Keuangan 433.230.585
287.215 509.188 9. Perdagangan, Jasa, dan Investasi 117.823.632
64.447 125.537 Sumber:
www.idx.co.id (diolah) Tabel 1.1 menunjukkan nilai kapitalisasi pasar seluruh
sektor saham yang terdapat di BEI selama
tahun 2007 sampa dengan tahun 2009. Nilai kapitalisasi pasar (market capitalization)
adalah nilai seluruh saham yang dihitung
berdasarkan harga terakhir yang terjadi. Nilai kapitalisasi pasar yang besar menjadi salah satu daya tarik investor
dalam memilih saham. Saham dengan nilai
kapitalisasi pasar yang besar umumnya merupakan penggerak pasar dan termasuk kedalam saham unggulan
karena memiliki kelebihan dalam hal
likuiditas perdagangan.
Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa
dari sembilan sektor saham yang terdapat di BEI, sektor keuangan memiliki nilai
kapitalisasi pasar yang paling besar dari
sektor-sektor lainnya selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa sektor keuangan menjadi
sektor yang paling berpengaruh dalam perdagangan saham di BEI.
Tabel 1.2 Persentase Perdagangan
Saham Sektor Keuangan Tahun 2007-2009 No. Subsektor Keuangan 2007
2008 2009 Freq. %
Freq. % Freq.
% 1. Bank 1.247.615
73,11 1.209.864 89,26
1.540.207 83,15 2. Institusi Keuangan 43.570 2,55
23.903 1,76 115.226
6,22 3. Perusahaan Sekuritas 59.762 3,50
20.282 1,50 36.456
1,97 4. Asuransi
109.100 6.39 70.041
5,17 138.262 7,46 5. Lainnya
246.434 14,44 31.288
2,31 22.236 1,20 Total
1.706.481 100 1.355.378
100 1.852.387 100 Sumber: www.idx.co.id (diolah) Dari tabel
1.2 diketahui bahwa selama tahun 2007 sampai 2009 subsektor perbankan mendominasi kegiatan perdagangan saham
di sektor keuangan. Krisis global yang
terjadi pada tahun 2008 menurunkan persentase frekuensi perdagangan saham subsektor institusi
keuangan, subsektor perusahaan sekuritas,
subsektor asuransi, dan subsektor lainnya. Tahun 2009 subsektor institusi keuangan, subsektor perusahaan
sekuritas dan subsektor asuransi mengalami
peningkatan frekuensi perdagangan saham. Berdasarkan Tabel 1.2, dapat disimpulkan bahwa
peningkatan frekuensi perdagangan saham
yang dialami beberapa subsektor pada sektor keuangan disebabkan oleh para investor yang tertarik
untuk menginvestasikan dana mereka pada
sektor ini.
Tabel 1.3 Fenomena Harga Saham
dan Volume Saham Sektor Keuangan Tahun 2007 - 2009 Subsektor 2007 2008
2009 Harga (Rp) Volume (lembar) Harga
(Rp) Volume (lembar) Harga (Rp) Volume (lembar) Bank
32.615,17 436.286.133 26.150,42
364.542.050 26.973,08 145.210.751 Institusi Keuangan 5.003,75 5.203.917
4.068,25 1.413.258 5.822,42
3.592.517 Perusahaan Sekuritas 1.164,56 5.381.167
1.211,17 2.041.783 1.012,17
9.814.767 Asuransi 1.873,26
1.180.717 1.402,73 328.359
1.907,08 453.359 Lainnya 1.716,83
40.840.783 1.326,83 501.778
2.107,08 4.644.975 Sumber: Yahoo Finance (Mei) (diolah) Tabel 1.3
menunjukkan fenomena total harga saham dan total volume saham sektor keuangan pada tahun 2007 sampai
tahun 2009. Tahun 2008, subsektor bank
mengalami penurunan harga dan volume saham dari tahun 2007. Pada tahun 2009 harga saham bank
meningkat dari tahun 2008 sementara
volume saham subsektor bank yang diperdagangkan pada tahun 2009 menurun dari tahun 2008.
Harga saham dan volume saham
subsektor institusi keuangan tahun 2008 menurun
dari tahun 2007. Tahun 2009, harga dan volume saham subsektor institusi keuangan meningkat dari tahun 2008.
Tahun 2008, subsektor perusahaan
sekuritas mengalami peningkatan harga saham dari tahun 2007, sementara volume sahamnya mengalami penurunan.
tahun 2009, harga saham subsektor
perusahaan sekuritas mengalami penurunan dari tahun 2008, sementara volume sahamnya mengalami
peningkatan.
Harga dan volume saham subsektor asuransi
tahun 2008 menurun dari tahun 2007.
Tahun 2009, harga dan volume saham subsektor asuransi meningkat dari tahun 2008. Subsektor lainnya
mengalami penurunan harga dan volume
saham pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2007. Pada tahun 2009, subsektor lainnya mengalami
peningkatan harga dan volume saham
dibandingkan pada tahun 2008.
Peningkatan harga saham dari
tahun ke tahun mencerminkan kondisi perekonomian
dan keadaan pasar yang baik. Investor yang melihat perkembangan harga saham suatu perusahaan yang
baik akan berinvestasi pada perusahaan
tersebut sehingga akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa harga saham masa lalu dapat mempengaruhi harga saham pada saat ini.
Volume saham berhubungan dengan
perilaku investor dalam bertransaksi.
Investor yang melihat volume masa lalu dan harga saham masa lalu yang meningkat beranggapan bahwa
perusahaan tersebut dalam kondisi yang
menguntungkan. Jika volume masa lalu menurun dan harga saham masa lalu menurun, investor dapat beranggapan
bahwa perusahaan dalam kondisi yang
kurang menguntungkan. Karena itu, volume saham sering mencerminkan perubahan harga yang terjadi pada
pasar.
Berdasarkan hal tersebut di atas,
penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh
Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang
masalah yang diuraikan di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:.
Apakah variabel analisis teknikal
yang terdiri atas harga saham masa lalu dan volume perdagangan masa lalu berpengaruh terhadap
harga saham pada perusahaan sektor
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1.3.1 Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh variabel analisis
teknikal yang terdiri atas harga saham masa lalu dan volume perdagangan masa lalu terhadap harga saham
perusahaan sektor keuangan di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2007 hingga 2009.
1.3.2 Manfaat Penelitian.
a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
diharapkan penelitian ini dapat menambah
khasanah keilmuan dalam teknik analisis surat berharga selain analisis
fundamental yang telah banyak di lakukan di pasar modal Indonesia.
b. Bagi penulis, sebagai sarana penulis untuk
menerapkan teori dan literatur yang penulis peroleh selama
perkuliahan, dan juga menambah wawasan penulis tentang dunia investasi dan
pasar modal.
c. Bagi pihak lain, yang ingin melakukan kajian lebih mendalam mengenai
analisis teknikal, diharapkan
penelitian ini dapat membantu
penelitian selanjutnya.
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi