Kamis, 13 Maret 2014

Skripsi Manajemen: PENGARUH KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DAN BERETIKA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


 BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif, yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi konform dengan keinginan pemimpin. Tingkah laku kelompok atau organisasi menjadi searah dengan kemauan dan aspirasi pemimpin oleh pengaruh interpersonal pemimpin terhadap anak buahnya. Dalam kondisi sedemikian terdapat kesukarelaan atau induksi pemenuhan; kerelaan (compliance induction) bawahan terhadap pemimpin;
khususnya dalam usaha mencapai tujuan bersama, dan pada proses pemecahan masalah-masalah yang harus dihadapi secara kolektif. Jadi tidak diperlukan pemaksaan, pendesakan, penekanan, intimidasi, ancaman, atau paksaan (coersive power) tertentu. (Kartini Kartono, 2010)
Pemimpin harus mampu mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba, dapat mengoreksi kelemahan-kelemahan, dan sanggup membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Ringkasnya, pemimpin dan manajer mempunyai kesempatan paling banyak untuk mengubah “jerami menjadi emas” atau justru sebaliknya, bisa “mengubah tumpukan uang menjadi abu” jika dia salah langkah dan tidak bijaksana. Sehubungan dengan ini, manajemen merupakan kunci suksesnya bisnis, sedang kepemimpinan menjadi kunci pembuka bagi suksesnya organisasi.

Menjadi pemimpin tak semudah dibayangkan orang. Pemimpin tidak sepenuhnya identik dengan pengusaha, keduanya mempunyai kesamaan dan perbedaan. Seorang pemimpin pasti seorang pengusaha, tetapi seorang pengusaha belum tentu seorang pemimpin. Sebab ada seorang pengusaha yang tidak memiliki nilai-nilai kepemimpinan. Sikap dan perilakunya tidak patut dicontoh.
Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam sebuah organisasi. Disamping sumber daya alam dan sumber daya modal, sumber daya manusia juga memiliki peran vital guna mencapai tujuan dan kesuksesan organisasi. Konsentrasi dari sumber daya manusia berpusat pada orang-orang yang memiliki ikatan kerja di dalam organisasi.
Salah satu cara untuk menilai kepuasan pegawai dilihat dari sikap positif pegawai terhadap pekerjaannya. Sikap positif tersebut merupakan cerminan dari perasaan pegawai tersebut mengenai pekerjaan yang dijalaninya. Sebaliknya jika pegawai tidak puas terhadap pekerjaannya hal tersebut bisa dilihat dari cara pegawai bersikap dan mengerjakan pekerjaannya. Menurut Muchinsky (1997) ketidakpuasan pegawai di dalam memperlakukan pekerjaannya bisa dilihat dari tingkat absensi, turnover dan penurunan kinerja (Soedjono, 2005).
Di dalam kepuasan kerja terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Burt (dalam Arsintadiani dan Harsono, 2002) menjelaskan ada beberapa faktor yang menimbulkan kepuasan kerja yaitu hubungan antar pegawai, faktor individu dan faktor eksternal. Faktor hubungan antar pegawai meliputi: hubungan antara pemimpin dan bawahan, faktor fisik dan kondisi kerja, hubungan sosial diantara

pegawai. Faktor individu meliputi sikap seseorang terhadap pekerjaannya, umur dan jenis kelamin. Faktor eksternal meliputi: keadaan keluarga dan pendidikan.
Kepuasan kerja merupakan faktor kritis guna dapat tetap mempertahankan individu untuk senantiasa memiliki kualifikasi yang baik. Aspek-aspek spesifik yang berhubungan dengan pemimpin, gaji, keuntungan, promosi, kondisi kerja, praktek organisasi dan hubungan dengan rekan kerja. Diantara indikator-indikator penentu kepuasan kerja, kepemimpinan dipandang sebagai prediktor penting. Kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran tergantung pada manajer dan gaya kepemimpinannya (Engko dan Gudono, 2007).
Efektivitas kepemimpinan dipandang memiliki pengaruh yang besar terhadap kepuasan kerja. Tanpa kepemimpinan, organisasi bergerak terlalu lambat dan kehilangan jalan mereka. Kepemimpinan sangat penting dalam keberhasilan melaksanakan keputusan. Seorang pemimpin yang baik dapat membuat keberhasilan sebuah usaha yang memiliki rencana lemah, tetapi seorang pemimpin yang buruk dapat merusak sebuah rencana bahkan rencana terbaik sekalipun (Sharma, 2010).
Hal tersebut dikuatkan oleh Robbins (2006) yang berpendapat bahwa keberadaan pemimpin di dalam sebuah organisasi merupakan motor penggerak yang menentukan laju organisasi. Organisasi membutuhkan kepemimpinan dan manajemen yang kuat untuk meraih keefektivitasan yang optimal.
Fiedler (dalam Mardiana, 2003) mengatakan bahwa efektivitas kepemimpinan bergantung pada situasi (situasional), dengan kata lain efektivitas kepemimpinan bergantung pada kecocokan antara perilaku pemimpin dengan

tuntutan situasi. Model ini menjelaskan bahwa efektivitas kepemimpinan bergantung pada cocok dan tidaknya kepemimpinan dengan faktor-faktor situasional tersebut.
Terdapat tiga variabel kemungkinan yang dapat mendefinisikan faktor situasional utama (kunci) yang menentukan keefektifan kepemimpinan. Ketiga dimensi tersebut adalah: hubungan pemimpin-bawahan, struktur tugas, dan kekuatan posisi pemimpin.
Pada hubungan pemimpin dan bawahan, Hoy dan Miskel (1996) mengungkapkan bahwa hubungan tersebut mencerminkan sampai seberapa jauh para pemimpin diterima dan dihormati oleh anggota kelompok. Kualitas hubungan antara pemimpin dan bawahan ditentukan oleh rasa menerima dari kepribadian pemimpin maupun perilakunya oleh para bawahan. Kualitas ini merupakan penentu utama terhadap penerimaan dari pengaruh-pengaruh yang diberikan oleh pemimpin terhadap bawahannya dalam membangun kepuasan kerja.
Fokus dari hubungan pemimpin-bawahan sebagaimana dijelaskan Trunckenbrodt (2000) adalah dimaksudkan untuk memaksimumkan keberhasilan organisasi melalui interaksi kedua belah pihak. Salah satu temuan penelitiannya membuktikan bahwa peningkatan kualitas hubungan pemimpin-bawahan akan meningkatan derajat kepuasan kerja. Pemeliharaan dan pengembangan hubungan antara kedua belah pihak secara dewasa tidak hanya bermanfaat bagi keduanya, namun yang lebih penting adalah bagi organisasi

secara keseluruhan dalam pencapaian kinerja, pertumbuhan, serta keberhasilan (Djatmika, 2005).
Struktur tugas secara operasional adalah prosedur pengoperasian yang standar untuk menyelesaikan tugas atau sampai tingkat mana penugasan pekerjaan
diprosedurkan (terstruktur atau tidak terstruktur). Dari hasil penelitiannya bisa dibuktikan bahwa jika struktur tugas yang terstruktur dengan baik akan memberikan situasi yang menguntungkan bagi pemimpin, karena pemimpin akan lebih mudah memonitor dan mempengaruhi perilaku bawahannya pada tugas yang terstruktur tinggi (Mardiana, 2003).
Dengan adanya tingkat kematangan atau penguasaan tugas pekerjaan bawahan dan didukung dengan kejelasan tugas dan prosedur pelaksanaan tugas yang baik akan dicapainya suatu tujuan organisasi. Dengan demikian memudahkan pemimpin dalam memberikan pengarahan dalam penyelesaian tugasnya untuk mencapai tujuan (Sunarto, et. al., 2003).
Kekuatan posisi pemimpin merupakan sejauh mana seorang pemimpin untuk mengevaluasi kinerja para bawahan dan mengurus imbalan-imbalan dan hukuman (Yukl, 1998). Semakin besar kekuasaan formal seorang pemimpin untuk
memberikan hukuman dan penghargaan maka kontrol pemimpin semakin kuat, dan hal ini membuat situasi semakin menguntungkan.
Lebih lanjut Mardiana (2003) menyatakan bahwa pemimpin yang mempunyai kekuatan pengaruh yang besar, pemimpin tersebut memiliki mempunyai hak untuk memerintah, menilai, menghargai dan menghukum bawahannya. Dengan wewenang dan kekuasaan penuh pemimpin untuk memberi

instruksi bawahan, mengambil keputusan, membuat kebijaksanaan akan membantu pemimpin dalam menyelesaikan masalah, dengan mana permasalahan dipandang dari pengalaman masa lalu dan akan memudahkan pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi yang menjadi tanggungjawabnya.
Sesuai dengan Peraturan Bupati Karo Nomor 177 Tahun 2008 Pasal 31 tentang Badan Kepagawaian, Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Pengelolaan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kepegawaian yang bersifat spesifik.
Dalam melaksanakan tugas pokok, Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan lingkup tugasnya.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pengelolaan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kepegawaian sesuai dengan lingkup tugasnya.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

Dalam beberapa tahun terakhir, berdasarkan data dari Bagian Umum, Kepegawaian dan Perlengkapan yaitu data absensi yang relatif cukup tinggi pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Karo pada tahun 2011 dan 2012 di mana hal tersebut mengindikasikan adanya ketidakpuasan pegawai.


Pegawai dinilai harus terpenuhi kepuasan kerjanya supaya dapat maksimal di dalam mereka bekerja. 
Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi