Selasa, 25 Maret 2014

Skripsi Manajemen: PENGARUH RASIO PEMBAYARAN DIVIDEN DAN DIVIDEN PER LEMBAR SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR



BAB I PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang Masalah 
Perkembangan dunia pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara  dapat menunjang pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pasar modal merupakan  pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa  diperjualbelikan, baik dalam bentuk uang, ekuitas maupun instrumen derivatif.

Salah satu instrumen di pasar modal yang banyak diminati oleh investor adalah  saham. Penjualan saham perusahaan dilakukan untuk mencari dana melalui pasar  modal dan untuk mengenalkan perusahaan kepada publik.
Menurut Anaroga dan Pakarti (2003) harga pasar saham adalah harga  saham   pada pasar riil, dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan  karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung.
Jika pasar ditutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya. Harga ini terjadi  setelah saham tersebut tercatat di bursa. Dengan demikian, harga pasar saham  dapat diartikan sebagai harga jual saham yang terjadi akibat adanya penawaran  dan permintaan saham dari para investor yang bertindak sebagai penjual dan  pembeli saham. Harga pasar saham ini akan dijadikan tolak ukur oleh investor,  untuk mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya.
Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Investor harus mampu memperhatikan faktor–faktor yang mempengaruhi harga saham. Harga  suatu saham dapat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Semakin  banyak orang yang membeli suatu saham, maka harganya cenderung akan  bergerak naik. Demikian juga sebaliknya, semakin banyak orang yang menjual  saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung bergerak turun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari faktor  internal dan eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah laba  perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total dan  penjualan. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah kebijakan pemerintah serta dampaknya, pergerakan suku bunga, dan fluktuasi nilai tukar mata uang (Tarakanita, 2009).
Pada umumnya tujuan investor melakukan investasi saham adalah untuk  mendapatkan keuntungan yang berupa dividend atau capital gain. Dividen adalah  laba yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Dari laba bersih  perusahaan, sebagian akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk  dividen dan sebagiannya akan disisihkan menjadi laba ditahan (retained earning).
Pemegang saham selalu berharap untuk mendapat dividen dalam jumlah besar  atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun.
Pengumuman mengenai besarnya  dividen yang dibagikan mempunyai  pengaruh terhadap harga saham karena adanya kecenderungan pengumuman  dividen ini diikuti oleh perubahan harga saham. Dimana bila dividen yang  dibagikan meningkat akan diikuti oleh naiknya harga saham, sedangkan bila  dividen yang dibagikan tersebut turun maka harga saham akan cenderung turun  pula. Gejala naik turunnya harga saham ini timbul karena investor memandang  pengumuman tentang besarnya dividen tersebut sebagai suatu tanda atau  informasi mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dengan  demikian dividen dapat dipakai oleh manajemen sebagai alat komunikasi untuk  menginformasikan kepada investor mengenai pendapatan perusahaan di masa  yang akan datang.
Kebijakan dividen adalah keputusan perusahaan apakah laba yang  diperoleh dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam  bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan  mengurangi laba ditahan yang selanjutnya mengurangi total sumber dana internal.
Sebaliknya, jika perusahaan tidak membagikan laba yang diperoleh maka  kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar. Dividend Payout  Ratio merupakan salah satu komponen dasar kebijakan dividen. Besar kecilnya  dividen yang akan dibayarkan perusahaan tergantung pada kebijakan dari masingmasing perusahaan.  Dividend Payout Ratio  (rasio pembayaran dividen)  menetukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin  besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk  pembayaran dividen (Van Horne, 1998).
Penetapan  Dividend Payout Ratio  (DPR)  harus dapat dirasakan  manfaatnya bagi kepentingan perusahaan maupun pemegang saham. Bagi pihak  perusahaan, informasi yang terkandung dalam DPR akan digunakan sebagai  bahan pertimbangan dalam menetapkan jumlah pembagian dividen dan besarnya  laba yang ditahan untuk mendukung operasionalisasi dan perkembangan  perusahaan. Bagi pihak pemegang saham atau investor, informasi yang  terkandung dalam DPR akan digunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan  investasi apakah akan menanamkan dananya atau tidak pada suatu perusahaan  sehubungan dengan harapannya untuk mendapatkan keuntungan investasi .
Selain DPR, variabel lain yang diteliti adalah Dividen per Lembar Saham  atau Dividend per share (DPS).  Dividend per share (DPS) dipilih dengan  pertimbangan, semakin besar  tingkat kemampuan perusahaan dalam  menghasilkan dividen per lembar saham bagi pemilik, maka akan memberikan  koreksi yang positif terhadap harga saham perusahaan yang berimbas pada indeks  harga saham. Hal inilah yang mempengaruhi investor dalam membuat  keputusannya di pasar modal. Pendapatan bagi pemegang saham di lihat dari  pembagian dividen. Pendapatan dividen diukur dari besarnya dividend per share.
Dividend per share adalah salah satu indikator keuangan yang banyak  diperhatikan oleh para investor dalam pertimbangan berinvestasi dalam sebuah  perusahaan karena dividend per share menghitung seberapa besar dividen yang  akan dimiliki.
Perusahaan Manufaktur adalah salah satu sektor yang terdaftar di Bursa  Efek Indonesia. Di Indonesia telah banyak berdiri sejumlah perusahaan  manufaktur  yang memproduksi barang untuk memenuhi setiap kebutuhan  masyarakat Indonesia yang berperan sebagai konsumen. Perusahaan manufaktur  adalah sebuah industri yang bekerja untuk menghasilkan suatu barang yang sesuai  dengan kebutuhan konsumen, di mana proses produksi dilakukan untuk mengubah  bahan baku/mentah menjadi barang jadi atau siap untuk digunakan. Proses  produksi itu sendiri dilakukan secara mekanis atau fisik, dan melibatkan sejumlah  peralatan modern.
Tahun 2010, kontribusi investasi industri manufaktur mencapai sekitar 40-50 persen dari total realisasi investasi sebesar Rp208,5 triliun atau meningkat  dari tahun 2009 yang hanya 30-40 persen. Sektor industri yang paling banyak  berkontribusi sepanjang 2010 adalah industri makanan dan minuman  sebesar  Rp16,41 triliun dari penanaman modal dalam negeri (PMDN), sedangkan dari  penanaman modal asing (PMA) mencapai USD1,03 miliar. Berdasarkan data  BPS, pertumbuhan industri yang mengalami penurunan diantaranya adalah kertas  dan barang dari kertas sebesar 6,74 persen, mesin listrik dan perlengkapan sebesar  6,18 persen dan industri pakaian jadi sebesar 4,58 persen, dan tekstil sebesar 0,54  persen. Penurunan sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) kuartal I-2010 cukup  bagus apabila dibandingkan dengan di 2009 yang mengalami penurunan produksi  mencapai tujuh persen.
Menurut data BPS, pertumbuhan produksi industri manufaktur mengalami  peningkatan pada kuartal pertama 2010 sebesar 4,08 persen dibandingkan dengan  kuartal I-2009. Peningkatan pertumbuhan produksi banyak didukung oleh  beberapa sektor industri, yakni kendaraan bermotor yang mengalami kenaikan  sebesar 26,43 persen, dan sektor kendaraan bermotor selain roda empat atau lebih  sebesar 16,71 persen. Kemudian sektor kulit dan barang kulit dan alas kaki yang  mengalami peningkatan sebesar 15,04 persen, sektor makanan dan minuman naik  sebesar 10,51 persen, dan barang galian bukan logam naik sebesar 9,38 persen.
Industri manufaktur diperkirakan dapat tumbuh 4,8 persen dalam lima tahun ke  depan atau pada 2010-2014. Selama periode 2010-2014, industri manufaktur  nonmigas akan tumbuh semakin mendekati pertumbuhan PDB. Pertumbuhan  industri manufaktur dipacu oleh pertumbuhan industri alat angkut, mesin, dan  peralatannya, industri makanan dan minuman, industri pupuk dan industri tekstil  dan produk tekstil. Berikut adalah Tabel 1.1 yang menyajikan data mengenai  harga saham, rasio pembayaran dividen (DPR), dan Dividend Per Share (DPS)  perusahaan manufaktur yang membagikan dividennya pada tahun 2007-2009.
Tabel 1.1 Tabel Harga Saham, DPR, dan DPS  Nama Perusahaan Harga Saham  Rasio Pembayaran  Dividen (%) Dividen Per Lembar  Saham (Rp) 2007  2008  2009  2007  2008  2009  2007  2008  2009 1. Aqua  Golden  Mississi  Tbk 111.640  135.000  244.800  171  19,58  24,7  8593  1225  1800 2. Multi  Bintang  Indonesia  Tbk 49.795  70.650  165.523  89,56  154,3  77,36  3587  16280  12500 3.Merck Tbk 53.000  4.460  74.238  57,57  121,05  54,51  2300  5329  3570 4. Delta  Djakarta  Tbk 16.179  31.325  76.857  48,26  66,98  120,25  1426  3503  9500 Sumber : www.idx.co.id Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa harga saham mengalami peningkatan dan  penurunan setiap tahunnya yang diikuti dengan naik turunnya rasio DPR dan  DPS. Harga saham perusahaan manufaktur yang terdiri dari PT. Aqua Misissi, PT.
Multi Bintang Indonesia dan PT. Delta Djakarta mengalami peningkatan dari  tahun 2007 hingga tahun 2009. Sedangkan harga saham PT.Merck pada tahun  2007 sebesar Rp. 53000 mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi Rp.4460.
Peningkatan rasio pembayaran dividen (DPR) tiap tahunnya juga diikuti oleh  peningkatan besarnya dividen per lembar saham (DPS) yang dibagikan. Rasio  pembayaran dividen (DPR) PT. Multi Bintang Indonesia, PT. Merck dan PT.
Delta Djakarta mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2008. Rasio  DPR PT.Merck pada tahun 2007  sebesar 57,57 % mengalami peningkatan  menjadi 121,05 %. Dan DPS PT. Merck juga mengalami peningkatan dari Rp.
2300 pada tahun 2007 menjadi Rp. 5329 pada tahun 2008. Sedangkan PT Aqua  Misissi mengalami penurunan menjadi 19,58 % pada tahun 2008 yang diikuti dengan menurunnya DPS menjadi Rp. 1225 pada tahun 2008.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan  menitikberatkan pada aspek rasio pembayaran dividen (DPR) dan dividen per  lembar saham (DPS) terhadap harga saham. Penelitian ini dilakukan dengan  melibatkan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia  dengan menggunakan data keuangan tahun 2007-2009  yaitu dengan judul  ”Analisis Pengaruh Rasio Pembayaran Dividen dan Dividen Per Lembar  Saham  Terhadap Harga Saham  Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.” B.  Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti  dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :  ”Apakah Rasio Pembayaran Dividen (DPR)  dan Dividen per Lembar Saham (DPS) berpengaruh terhadap Harga Saham perusahaan Manufaktur di Bursa Efek  Indonesia?” C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.  Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh  rasio pembayaran dividen (DPR)  dan dividen per lembar saham (DPS) terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
2.  Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi Peneliti Sebagai bahan  pembelajaran  untuk meningkatkan  wawasan dan  pengetahuan tentang  pengaruh rasio pembayaran dividen dan dividen per  lembar saham terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek  Indonesia.
b.Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dukungan empiris  berkaitan dengan penelitian sejenis.
c.Bagi Investor Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam menanamkan modalnya  pada saham  suatu perusahaan untuk meraih return yang tinggi.
d.Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan  dividen. Faktor-faktor yang diteliti tersebut diharapkan dapat membantu  manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan  besarnya dividen yang dibayarkan.


Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi