BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah Dahulu, kata
“pesantren” sering sekali
diiden t ifikasi o l eh banyak
orang dengan tempat
y ang kumuh dan t
i dak t eratur , di penuhi
pelajarpel ajar yang t i dak di terima
di seko l ah SMP/SMA
favor i t di kot a
mereka, dan sebagian
adalah anak anak
“nakal” yang orang
tuanya sudah “angkat
tangan” dalam mendidik
da n mengurusnya.
1 Pesantren
juga dapat di katakan
sebagai tempat rehabilitasi
para pecandu narkoba
yang sudah akut.
Kit a j uga sering
mendengar anggapan bahwasanya
para santri yang
belajar di pesantren
i t u “kuper”, ketinggal an
jaman, kampungan, dan apat
is (acuh) terhadap
dinamika sosial yang
ada. Ada juga
yang beranggapan bahwa
mereka t i dak mampu
memahami pelajaran Eksakta,
akan t etapi hanya mampu
membaca Al Qur’an, ki tab kuning, Shalat, atau mengumandakan adzan
d i surausurau atau
masjidmasjid.
Ti dak hanya i t u,
dahulu pesantren j uga
pernah dianggap ant i pemerint ah dan ant
i pancasila yang
ingin menjadikan negara
Indonesia ini sebagai
negara Islam, pesantren adalah lembaga swast a y ang t i dak demo krati s
dan tertut up, bahkan yang lebih
parah lagi, saat
ini sei r ing dengan
maraknya terori sme, pesantren
sering dilabeli sebagai sarang teroris.
Semua anggapan
”mir ing” dan negat if
di atas adalah
t i dak sepenuhnya benar 1
http://www .gemilang95.blogspot.com/ 19
dan
merupakan generalisasi yang t
i dak bertanggung jawab.
Sebab kesimpulan i t u hanya melihat
pesantren secara persial
(terpi sahpisah) atau dari
satu sudut pandang
saja, t i dak utuh
dan t i dak obyekt if .
Atau, menilai pesantren
atas dasar kebencian
dengan dunia pesantren.
Ibarat seseorang yang
merasakan semangkuk sup ay am tapi
hanya garamnya saja, tent u saj a yang di rasakan adalah rasa asin da n ingin
memuntahkannya. Begi t u halnya
dengan pesantren, apabila
ki t a haya melihat
dari satu sudut pandang saja,
lebih lebih atas dasar
kebencian, maka yang ki
t a tem ukan hanya sis i sisi buruk
atau negat ifnya saja.
Ji ka ki t a
ingin melihat kehidupan
pesantren dengan lebih
dekat , maka ada banyak hal
posi t if yang t i dak
ki t a tem ui di
seko l ahseko l ah dan lembaga lembaga nonpesantren.
Di antaranya yang
patut di garisbawahi adalah
bahwa pesantren adal ah
lembaga pendidi kan yang
mengedepankan pengembangan inis iat if (mendidi k
santri unt uk mandir i),
kader i sasi pemimpin masa
depan, membent uk jiwa
yang ikhlas serta
berdisiplin dan l ain
sebagaimya. Keikhlasan sangat dibutuhkan
keberadaannya dalam sebuah
pesantren; kyai ikhlas
mengajar , guru guru i
khlas mengajar dan
para santri ikhlas
diaj ar . Dari si t u
terlihat j alina n Ukhuwah
Islamiyah ant ara ky ai,
guru, dan santri yang
sangat indah, Bila kei
khlasan t i dak di terapkan
di suatu pondok
pesantren, niscaya pondok
i t u akan kehilangan
ruh dan wujudnya.
Bahkan pondok hanya
menjadi lahan mencar i keuntungan.
Bila semua guru
mengajar hanya karena
imbalan materi semata, mereka
past i hanya bergerak
dan beker j a bila
ada imbalan materi
dan jika t i dak ada
mereka pun akan berhent i
unt uk beker ja dan bergerak. It
ul ah salah satu aspek yang membedakan pesantren dengan lembaga lembaga nonpesantren.
20 Di samping
keikhlasan, kedis iplinan juga
merupakan penggerak roda kehidupan suatu
pesantren. Di siplin yang
baik menunjukan t ingginya
kuali tas suatu pendi dikan
pondok pesantren. Dan,
tanpa disiplin yang
bermutu, mutu dan keberadaannya bisa
dipertanyakan. Penerapan disi plin
di seko l ahseko l ah yang nonpesantren hanya
terbatas selama para
siswa berada di
seko l ah, setel ah pulang dari
seko l ah disiplindisiplin i tupun
sudah t i dak berlaku
lagi . Namun t i dak demikian
dengan kehidupan santri
di pondok pesantren.
Sel ama 24 jam
dar i bangun t i dur
sampai t i dur kembali,
para santr i wajib
mentaat i disiplin. Selain
i t u, dengan sistem
asrama (boarding school ) yang di
terapkan pondok pesantren, santr i akan
lebih t erjaga dari
segala pengaruh lingkungan
yang negat if di
luar pesantren.
2 Melihat
dari paparan diatas,
ada beberapa hal
yang perlu digarisbawahi
jika ki t a membahas
tentang dunia pesantren,
salah satunya adalah
pendidi kan f orma l (sekol ah
f ormal /SD,MI,SMP ,MT s,MA,SMA,Dll )
yang kini seakan
t elah menjad i kebutuhan wajib dalam setiap l embaga pondok
pesantren.
Pondok pesantren
yang umumnya berupa
yayasan keluarga (keluarga
kyai) seringkali kurang
dapat memperhati kan pendidikanpendidikan f ormal
sepert i di sebutkan di atas, hal i t
u t erlihat dengan
kurangnya SDM y ang memadai
“t ingkat pendidikan dan
disiplin ilmu guru”
dilingkungan seko l ah f ormal
di pondok pesantren. Sal ah
satu contoh pada
pondok pesantren Raudlatul
ulum II Putukrej o kecamatan Gondanglegi kabupaten Malang.
Pondok pesantren
yang berada di
wilayah Malang bagian
selatan ini memilk i 2 htt
p://id.wi kipedia.org/wi ki /Pesantren 21 empat
sekolah f ormal , Mts,
SMP , MA dan
SMA, dengan jumlah
guru 60 orang.
Dar i sekian
banyak guru sebagian
besar mengajar pada
lebih dari 2
lembaga pendidikan di
pondok tersebut, sel ain
i t u sebagian besar
guru juga merupaka n pengurus
dan bahkan guru
(ngaji ) di pondok
tersebut. Kesibukan i t u
pul a yang seringkali
berakibat pada si kap indisipliner guru tersebut.
Dar i hasil
pengamatan sement ara peneli t i
di SMA dan
MA Raudlatul ulum
II ada beberapa
hal yang sangat
disayangkan terj adi di
pondok pesantren tersebut, salah
satunya adalah t ingkat
kedisi pilinan guru dalam
menunaikan tugasnya (beker ja), hal i t u sebagian besar terlihat dari keterlambatan guru masuk kelas pada jam
pelajaranya yang mengakibatkan
lebih banyak waktu l
uang bagi para
siswa, keadaan sepert i
i t u memberi peluang
lebih besar bagi
siswa unt uk melakukan t indakan
indisipliner , sepert i merokok,
pergi ke warung
atau koperasi . Sehingga pada
saat guru y ang
bersangkutan datang, pelajaran
di kelas masih
belum dapat dimulai
karena masih menunggu
siswa y ang menghabiskan
rokok at au menghabiskan
jajanan di koperasi
sekolah tersebut. Selain
i t u keterl ambatan guru dal
am menyampai kan materi
sesuai dengan tuntutan
kuri kulum (silabus) seringkali
pada akhirnya mengorbankan
jam pela jaran lain
(yang dianggap t i dak t erl alu
berpengaruh pada pero l ehan
nilai akhir sepert i
computer , ol ahraga,dll) unt uk
mengejar target silabus.
Disamping karena kurang
adanya peraturan yang ketat terhadap pelanggaran indisipliner baik guru atau si swa diseko l
ah tersebut.
Fenomena tersebut bukan saja terj adi di SMA Raudl atul
Ulum II, tet api di MA (Madrasah
Aliyah) Raudlatul Ulum
IIpun demikian, kedua
lembaga sekolah in i berada
pada satu l okasi dengan guru y ang sebagian besar sama (merangkap).
22 Dilihat
dari t ingkat pendidikan
guru yang ada,
sangat di sayangkan hal
sepert i di atas harus
terj adi . Karena pada
tahun ajaran 2007/2008
80% guru SMA
RU II dan
70% guru MA
RU II bergel ar
sarjana (meski t i dak
semuanya sarjana pendidikan).
Pada tahun
ajaran 2005/2006 guru
SMA RU II
hanya 60% yang
bergelar sarj ana (S1)
dengan t ingkat kel ulusan
siswa 100%, pada
tahun ajaran 2006/2007 71%
guru bergel ar sarjana
dengan t ingkat kel ulusan
siswa 95%, sement ara
pada tahun ajaran
2007/2008 ada 80%
guru bergelar sarj ana
dengan t ingkat kel ulusan siswa 98%.
Ti dak jauh
berbeda dengan MA RU II,
Pada tahun aj aran 2005/2006 guru
MA RU
II sebanyak 55%
Guru y ang bergelar
sarjana (S1) dengan
t ingkat kel ulusa n siswa
95%, pada tahun
ajaran 2006/2007 60%
guru bergelar sarj ana
denga n t ingkat kel ulusan
siswa 95%, sement ara
pada tahun ajaran
2007/2008 ada 70% guru
bergel ar sarjana dengan t ingkat kel ulusan siswa 94%.
Sement ara i t u,
dilihat dari jumlah
siswa kedua lembaga
ini juga hampi r
t i dak mengalami peningkatan
dan bahkah pada
tahun ajaran 2007
kedua lembaga tersebut mengalami penurunan dalam hal jumlah siswa baru.
T erl epas dari
pendidi kan f ormal yang berada dilingkungan
pondok pesantren, guru
tet ap merupakan salah
satu kunci keberhasilan pendidikan.sepert i di katakan ol eh
Padil beri kut ini :
Guru merupakan seorang
mot ivator , administrator , instruktur
dan sebagaimana dalam
mendidik dan mengajar
peserta di dik melalu i proses pembelajaran. Tugas berat di panggul o l eh guru unt uk membangun
generasi baru yang
bermoral dan berperilaku
jujur, mulia, dan
bermartabat demi masa 23 depan
bangsa dan Negara
melalui proses pendidikan .
Hakikat guru sebagai
figur yang digugu
dan ditiru, memilki
kepribadian luhur y ang
mempengaruhi suasana kel as,
seko l ah dan kehidupan
dimasyarakat. Perilaku/tingkah laku
guru di seko lah yang
berbent uk proses pembelajaran,
interaksi sesama guru,
dengan muri d, dengan
kepala seko l ah, dan
dengan pegawai sekol ah
memerlukan perhatian dan pembinaan
khusus.
3 Dar i
paparan diatas ki t a
tahu bahwa prilaku
atau kebiasaan guru
dapat mempengaruhi muri d, apalagi guru dilingkungan pondok pesantren yang
bisa jad i akan
hidup bersama dengan para muri d selama 24 jam set i ap harinya.
Sangat di sayangkan
jika ki t a melihat
peningkatan pendidikan guru
dikedua lembaga tersebut
cukup si gnifikan sement ara
prestasi siswa dan l
embaga t i dak bernasib
demikian, selain dari
pada i t u di siplin
kerj a guru y ang
j uga t i dak i kut meningkat dimana
hal i t u sangat
berpengaruh terhadap po l a
prilaku siswa da n budaya yang
ada di lembaga
tersebut. Ji ka t erus
demikian bagaimana seko l ah/ lembaga tersebut
akan mampu memperbaiki
kuali tas pendidikanya, padahal
dis iplin di suatu
l embaga sekolah dapat
menentukan berhasil atau t
i daknya seko l ah tersebut.
Sekol ah yang
menegakkan disiplin akan
menjadi seko l ah yang
berkuali tas, baik dari segi apapun juga. Konon, bagaimanapun atau apapun model dan kuali tas inputnya
semua akan menjadi
berkuali tas, semua bisa
dilakukan lewat disi plin.
Mungkin ada
benarnya. Seti daknya membuat
lingkungan seko l ah berdisiplin, terutam a
disiplin dalam belajar
dan proses mengaj ar .
Set i daknya pengkondisia n 3 Moh Padil dan Tr iy o Supriy atno, Sosiologi
Pendidikan,(Malang: UIN Malang Pres, 2007), hlm.
24 dal am
soal disiplin akan
membuat image tersendir i
di lingkungan seki t ar
tentang kondi si seko l ah.
4 Di siplin dis ini diarti kan ketaatan
pada peraturan. Dari
sini semuanya bermula, sebelum
disiplin di terapkan perlu
dibuat peraturan atau
tat a tert ib yang
benar benar realist i k
menuju suatu t i t i k,
yai t u kuali tas tadi .
Lalu mengapa banyak seko l ah
yang mutunya rendah
baik di t injau dari
nilai nilai siswa, kinerja
persona l seko l ah. Jawabanya
mungkin disebabkan masih
bel um jelasnya peraturan sehingga
t i dak mudah diaplikasikan, atau buruknya pengawalan
penerapa n peraturan i t u.
Dal am hal ini
kekurangkonsistenan semua pihak.
Bahkan kadang gurupun
t i dak tahu apa
yang harus dilakukan
dal am kelas, sehingga
ia hanya mengajar apa adanya terkesan menghabiskan waktu
mengajar saja.
5 Ket i daktepatan dalam
hal guru masuk
kelas sehingga jeda
waktu pergant i an jam
bisa dimanfaatkan siswa
unt uk melakukan t indakan
indisipliner . Komi tme n guru
dalam hal ini
kadang sering menjadi
penyebabnya. Dalam manajeme n seko l ah, biasanya pengawasan banyak yang t i
dak bisa berjalan dengan baik, l ebih lebih
jika komi tmen guru
dan siswa rendah
maka seko l ahpun akhirnya
sulit majunya. Hal
demikianlah yang mungkin
terj adi di SMA
dan MA RU II yang berada di
bawah naungan ya yasan
pondok pesantren Raudlatul
Ulum II, mengingat
sebagian besar guru
dan aparat sekolah
memegang jabatan rangkap ( l ebih
dari satu), bai k
Sebagai pengurus yayasan,
pengurus pondok, persone l seko l ah
(pegawai termasuk guru
SL TP ,MT s,MA dan SMA
RU) seko l ah diniyah, dan
lembaga lembaga lain yang
ada di pondok tersebut
sepert i lembaga kajian 4 K2
team blog, k2 wordpres.com,10 apr il 2007,hal 1 5 Ibid,hal.
25 hukum Islam,dll .
Melihat hal tersebut sangat besar
kemungkinan bagi seseorang unt uk
bertindak indisipliner , di tambah
dengan peraturan yang
kurang pengawalan dari
semua pihak. Secara
sepintas mungkin memang
bisa dimaklumi, namun
jika ki t a mengacu
pada tuj uan pendidikan
nasi o nal , maka hal
demikian t i dak dapat dibiarkan begi tu
saja, sebab di khawat i rkan budaya
tersebut akan t erus mempengaruhi
kehi dupan generasi muda
selanjutnya.
Berangkat dari
kekhawat i ran tersebut di atas,
maka penulis bermaksud
unt uk menyusun sebuah
skripsi dengan mengangkat
j udul Analisis Faktor Ketidakdisiplinan Kerja
Guru Di Lingkungan
Pondok Pesantren (Studi
Kasus pada SMA dan MA
Raudlatul Ulum II Putukrejo Gondanglegi Malang)
B. Rumusan Masalah 1.
Apa saja f aktor
y ang mempengaruhi disiplin
kerja guru di
SMA dan MA Raudlatul Ulum II ? 2.
Apakah faktor y ang
dominan mempengaruhi disip lin
kerja guru di
SMA dan MA Raudlatul
Ulum II ? 3. Upay a
apa saja yang
dilakukan kepala sekolah
unt uk meningkatkan kedisi plinan guru? 26
C. T ujuan Tuj uan dari
peneli t ian ini adalah: 1. Unt
uk mengetahui Apa
saja faktor y ang
mempengaruhi disiplin kerj a guru di MA dan
SMA Raudlatul Ul um II 2. Unt
uk mengetahui faktor y ang dominan mempengaruhi disiplin kerja guru di
SMA dan MA Raudlatul
Ul um II 3. Unt uk
mengetahui upaya apa
saja yang dilakukan
kepala seko l ah unt uk meningkatkan kedisiplinan guru
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Seko l ah: Dengan
peneli t i an ini diharapkan
dapat memberi ka n inf ormasi
yang berguna unt uk
menyusun kebijakan seko l ah
yang bersangkutan.
2. Bagi
Lembaga: Peneli t ian ini
diharapkan dapat menambah
khasana h keilmuan dan
sebagai masukan bagi
fakul tas unt uk mengevaluasi
sejauh mana kuri kulum
yang diberi kan mampu
memenuhi tunt utan perkembangan dunia pendi dikan pada saat ini .
3. Bagi
Peneli t i: Peneli t ian ini
diharapkan sebagai sarana
berfikir ilmiah dan sistemat
i s dalam melihat, mengident ifikasi dan memecahkan permasalahan di kai tkan dengan teori yang ada.
27 E. Ruang Lingkup Pembahasan Agar pembahasan dalam penulisan ini
bisa j elas dan terarah maka penulis memberi
batas terhadap permasalahan y ang akan penulis teli t i , yai t u : 1.
Faktor y ang mempengaruhi
dis iplin kerja guru,
dilihat dari aspek
dis iplin waktu 2.
Faktor y ang mempengaruhi
dis iplin kerja guru,
dilihat dari aspek
dis iplin perbuatan.
F . Sistematika Pembahasan Secara
garis besar peneli t ian
ini terbagi menjadi
6 bab, dan
dalam t i apt i ap bab,
masingmasing diurai kan aspek
yang berhubungan dengan
faktor yang mempengaruhi
dis iplin kerja guru
dilingkungan pondok pesantren.
Lebih lanjut setiap
bab diperinci lagi
menjadi bagianbagian lebih
khusus dalam bent uk
sub bab.
Urai an keenam
bab ini merupakan
t otali tas, dimana ant ar
bab yang satu dengan yang
lain saling topangmenopang sehingga
ant ara bab satu
dengan ba b yang
lainnya t i dak bisa
dipisahkan. Bila t i dak
demikian akan mengurang i kesempurnaan
isinya.
Adapun sistemat i ka y ang
dipakai dalam penulisan ini adalah : Bab I
Pendahuluan Bab ini merupakan langkah awal dari pembahasan
yang merupakan po l a dasar penulisan dan
merupakan landasan pembahasan
bab selanjutnya yang menguraikan latar
bel akang, perumusan masalah,
t uj uan dan kegunaan
peneli t ian, Ruang lingkup
pembahasan dan sistemat i ka pembahasan.
28 Bab II Kajian T eori Bab
ini merupakan pembahasan
tentang hasil peneli t ian
sebelumnya yang serupa,
kajian tentang disiplin
kerja, dan kajian
tentang lingkungan pondok pesantrten.
Bab III, Metode Penelitian Bab
ini membahas tentang pendekatan
dan j enis peneli t ian, sumber data dan
jenis data, instrum ent peneli t ian, rencana tindakan peneli t ian,
dan analisis data.
Bab IV , Hasil Penelitian Bab
ini merupakan bab
yang memaparkan hasil
tem uan di lapangan
sesua i dengan urutan rumusan
masalah/f okus peneli t ian, yai t u
l atar belakang obyek, SMA
dan MA Raudlatul
Ulum II Putukrej o
Gondanglegi Malang, yang
meliput i sejarah dan
perkembangan, visi dan
mis i serta struktur
organisasi SMA dan
MA Raudlatul Ulum
II. Kemudian juga
akan dipaparkan tentang
kedis iplinan guru, serta f
aktor f aktor pendukung dan
penghambatnya di SMA
dan MA Raudlatul Ul um II Putukrej o Gondanglegi Malan
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi