BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia adalah
sebagai Negara maritim
yang sudah terkenal
di du nia Internasional
serta sebagian besar
penduduk yang tinggal
di pesisir adalah
nelayan tradisional, dan sebagian
besar mereka adalah tergolong miskin.
Nagara Indonesia
sebagai salah satu
negara kelautan yang
terbesar di dunia, dengan
luas ”wilayah kelautannya 5,8 km yang terbagi atas zona ekonomi ekslusif (ZEE) seluas 2,7 km 0,3 juta km
peranan teritorial dan 2,8 juta km
laut nusantara, kelompok miskin
Indonesia pada tahun
2004 tercatat 47
juta tergolong sebagai kelompok miskin dan 60 % di antaranya berprofesi sebagai nelayan.
Gambaran
geografis ini menunjukan suatu potensi besar untuk
mengembangkan sumber daya
kelautan. Namun untuk mendapat hasil yang maksimal dari pengolahan sumbar daya kelautan dan pantai terdapat
banyak tantangan. Tantangan ini mengenai
sumber
daya manusia yang
bekerja di sektor
perikanan yang mepunyai
kualitas rendah di
samping itu kurangnya
pengolahan oleh manusia
itu sendiri. Pentingnya suatu program pengembangan perikanan laut di
Indonesia merupakan cerminan atas kepedulian pemerintah
atas kehidupan komunitas
nelayan, karena melalui
sumber Sabian Ustman, Anatomi Konflik dan Solidaritas Masyarakat Nelayan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2007. hal Laporan hasil Rakernas DKP tahun 2005 tanggal
25-27 2005 di Hotel Dusit Mangga Dua, Jakarta.www.DKP.co.id
daya
ikan dengan pola-pola
tertentu akan menjamin
pemberian masukan yang sebasar-besarnya atau
dengan kata lain
unsur kelautan termasuk
salah satu faktor penting untuk menambah pendapatan Negara.
Hal
tersebut di atas
belum cukup mengentaskan
kehidupan para nelayan
kecil dengan perahu
dan peralatan yang
serba sederhana mereka
tidak dapat menyaingi atau
mengalahkan para cukong
atau juragan kaya
yang mempunyai kapal
besar dengan peralatan lengkap
yang dapat menyedot isi laut sampai kedasarnya.
Pada
umumnya masyarakat nelayan
masih hidup dalam
keterbatasan ekonomi, sosial,
politik maupun keterbatasan
ekonomi nampak pada
tingkat pendapatan nelayan pada umumnya masih rendah. Memang ada
nelayan yang dari segi ekonomi cukup
berhasil, namun di
samping itu lebih
nampak pada mereka
yang merangkap profesi sebagai pedagang Realitas ekonomi,
nyata sekali bahwa kehidupan nelayan memang sangat rentan dalam hal ekonomi. Terlebih-lebih ketika
mereka semata-mata tergantung pada hasil penangkapan
ikan dari laut.
Ketika laut semakin
sulit memberikan hasil
yang maksimal, maka
hal ini merupakan
ancaman bagi keberlangsungan kehidupan ekonomi
pada masa-masa selanjutnya.
Meskipun dari kegiatan
melaut adakalanya memberikan hasil yang melimpah, namun tak
jarang pula bahkan seringkali hasilnya hanya bisa
menutupi kebutuhan satu
hari saja. Sementara
untuk esok harinya diserahkan
pada hasil tangkapan
yang akan dilakukan,
demikian seterusnya.
Kehidupan para
nelayan identik sekali
dengan pendapatan yang
tidak pasti tiap bulannya.
Rentannya
kehidupan ekonomi nelayan
ini tidak hanya
ditandai oleh aset kebendaan atau
materi yang mereka
miliki, tapi juga
menyangkut masalah ketidakmampuan mereka mengelola masalah
keuangan keluarga. Potret rumah tangga nelayan biasanya
diwarnai oleh pola
dan gaya hidup
yang belum sepenuhnya berorientasi
ke masa depan.
Sayangnya, memang bentuk
bantuan ekonomi yang diberikan bukan
malah memacu kepada kemandirian
dan pemerataan, tapi akhirnya terakumulasi dan terkonsentrasi pada sekelompok individu
atau perorangan. Artinya karakteristik kehidupan
komunitas nelayan sangat
variasi sekali mulai
dari segi pendapatan
adakalanya hanya di
kuasai para juragan
kaya yang mempunyai
kapal dengan peralatan
lengkap hal itu
pula yang juga
mempengaruhi pendapatan antara nelayan
satu dengan nelayan
yang lainnya, di
samping itu hubungan
kerja para nelayan juga cukup mempunyai kedekatan dalam
aspek dalam keseharian.
“ Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-kapal
di lautan untukmu, agar kamu mencari sebahagian
dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Penyayang
terhadapmu. (Al -Israa’ ayat 66 ) Sebagai
suatu masyarakat yang
tinggal di daerah
pesisir yang mempunyai karakteristik sosial yang tersendiri yang
berbeda dengan masyarakat yang tinggal di wilayah daratan. Di beberapa kawasan pesisir
yang relatif berkembang pesat, struktur masyarakatnya bersifat heterogen, memiliki
etos kerja tinggi, solidaritas sosial yang kuat,
serta terbuka terhadap
perubahan dan interaksi
sosial. Sekalipun demikian, masalah
kemiskinan masih mendera
sebagian warga masyarakat
pesisir, sehingga fakta sosial ini terkesan ironi di
tengah-tengah kekayaan sumber daya pesisir lautan.
Kesulitan
melepas diri dari
belenggu kemiskinan karena
mereka didera oleh beberapa
keterbatasan di bidang kualitas sumber daya manusia, akses dan penguasaan tekhnologi,
pasar, dan modal.
Kebijakan dan implementasi
program-program pembangunan untuk
masyarakat di kawasan
pesisir hingga saat
ini masih belum optimal dalam
memutus mata rantai
belenggu kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan mereka.
Nelayan
yang miskin umumnya
belum banyak tersentuh
tekhnologi modern, kualitas
sumber daya manusia
rendah dan tingkat
produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah. Tingkat pendidikan nelayan
berbanding lurus dengan tekhnologi yang dapat
dihasilkan oleh para
nelayan, dalam hal
ini teknologi di
bidang penangkapan dan
pengawetan ikan. Ikan
cepat mengalami proses
pembusukan dibandingkan dengan
bahan makanan lain
disebabkan oleh bakteri
dan perubahan kimiawi pada ikan. Oleh karena itu, diperlukan
teknologi pengawetan ikan yang baik.
Selama
ini, nelayan hanya
menggunakan cara yang
tradisional untuk mengawetkan ikan. Hal tersebut salah satunya disebabkan
karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengusaaan nelayan
terhadap tekhnologi sehingga
mereka sebagai nelayan
dalam melakukan aktivitas apapun
serba tradisional.
Satuan masyarakat
nelayan yang tinggal
di pesisir desa
Mandangin Sampang Madura
dikenal dengan istilah
Patron-Klien merupakan basis
sosial masyarakat nelayan
atau masyarakat pesisir.
Relasi sosial Patron-Klien
sangat dominan dan terbentuk karena
karakter istik kondisi mata
pencaharian, Sistem ekonomi,
dan lingkungan. Hubungan-hubungan demikian
terpola dalam kegiatan
organisasi produksi penangkapan
ikan , aktivitas
pemasaran, dan hubungan
sosial yang telah dijalin antara
Patron-klien. Artinya pola-pola
tersebut akan terbentuk
dengan sendirinya dan
membentuk lapisan-lapisan dalam
masyarakat nelayan hal
tersebut dapat dilihat dari segi
pendapatan dan pola-pola hubungan kerja yang mereka bentuk.
Sehingga tak jarang sekali para klien/buruh
cenderung mempunyai pendapatan yang lebih sedikit
dari para patron
itu sendiri karena
dalam hal ini
patron sebagai pihak yang berkuasa.
Dari realitas tersebut
antara Patron dan
Klien terbentuk hubungan yang tidak setara yang terjalin secara
perorangan antara juragan (Patron) dan buruh nelayan
(Klien). Hal itu
pula yang akan
mempengaruhi kedudukan atau
stratifikasi sosial masyarakat
nelayan itu sendiri
khususnya nelayan desa
Mandangin Sampang Madura.
Berangkat
dari permasalahan di
atas maka sebagai
peneliti ingin melakukan penelitian
dengan mengangkat judul
“Peran Pendapatan dan
Hubungan Kerja Komunitas Nelayan Dalam Membentuk Stratifikasi
Sosial di Masyarakat Pesisir Desa Mandangin
Sampang Madura”.Adapun
alasan peneliti mengambil
judul ini adalah
karena ingin mengetahui
bagaimana peran pendapatan
dan hubungan kerja nelayan
serta stratifikasi sosial nelayan di Desa Mandangin Sampang Madura.
B. Rumusan
Masalah Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan dengan
rumusan masalah sebagai
berikut: “Bagaimana Peran
Pendapatan dan Hubungan
Kerja Komunitas Nelayan
Dalam Membentuk Stratifikasi
Sosial di Masyarakat Pesisir desa Mandangin Sampang
Madura?
C. Tujuan Penelitian Penelitian kualitatif
berusaha melihat kenyataan
dari sudut pandang
pelaku, mendeskripsikan, menganalisis,
dan menginterpretasikan fokus
penelitian ini bertujuan
untuk mencari jawaban
atas rumusan masalah
di atas, yaitu
untuk mengetahui Peran
Pendapatan dan Hubungan
Kerja Komunitas Nelayan
Dalam Membentuk Stratifikasi
Sosial di Masyarakat
Pesisir Desa Mandangin
Sampang Madura.
D.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat
Secara Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat bagi upaya
peningkatan mutu pendidikan dan
memberikan kontribusi teoritis pengelolaan sumberdaya laut khususnya pada masyarakat nelayan.
2.
Manfaat Secara Praktis a. Bagi Peneliti,
Sebagai ajang latihan
untuk melatih daya
nalar dan mengasah intelektualitas peneliti. Juga
sebagai bukti dan implementasi dari ilmu yang
di terima di
bangku kuliah, sekaligus
untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana
strata satu (S1).
b.
Bagi Lembaga Pendidikan,
Sebagai modal tambahan
bagi calon-calon pengembang
pendidikan khususnya di
bidang pengembangan sosial
dan pendapatan, juga sebagai
masukan dan bahan
pertimbangan bagi lembaga pendidikan
tinggi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
c.
Bagi penduduk desa
Mandangin dan pihak-pihak
yang terkait merupakan suatu gambaran tentang lapisan-lapisan yang
ada dimasyarakat serta untuk saling
menghargai satu sama lain dan meningkatkan perekonomia n daerah pesisir.
E.
Batasan Masalah Untuk menghindari
pembahasan yang melebar,
maka peneliti memfokuskan masalah
ini pada pembahasan
tentang peran pendapatan
dan hubungan kerja komunitas nelayan
dalam membentuk startifikasi
sosial di masyarakat
pesisir desa Mandangin Sampang
Madura.
F.
Definisi Operasional 1. Pendapatan
rumah tangga adalah
penghasilan dari seluruh
anggota keluarga yang
disambungkan untuk memenuhi kebutuhan bersama
ataupun perorangan dalam rumah tangga.
2. Hubungan kerja adalah suatu hubungan
antara seorang buruh dengan seorang majikan.
Hubungan kerja menggambarkan
kedudukan kedua pihak
tersebut yang pada
dasarnya menunjukkan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban buruh terhadap majikan
serta hak-hak dan
kewajiban-kewajiban majikan terhadap buruh Ulama
hubungan kerja dalam
Islam dikenal dengan
istilah Mudharabah atau Syirkah
berikut penjelasannya: a. Mudharabah
adalah sebuah bentuk kemitraan dimana salah satu mitra, yang
disebut shahibul-maal atau
rabbul-maal “penyedia dana” menyediakan sejumlah
mdal tertentu dan
bertindak sebagai sebagai mitra pasif (mitra tidur), sedangkan mitra
yang lain disebut mudharib yang
menyediakan keahlian usaha dan manajemen untuk menjalankan ventura,
perdagangan, industri, atau
jasa dengan tujuan
mendapatkan laba b. Syirkah atau syarikah merujuk kepada kemitraan di antara dua orang atau
lebih. Ia dapat
berbentu dua macam:
Syirkatul milk “nonkontraktual”
dan Syirkatul uqud “kontraktual” 3.
Stratifikasi berasal dari
Kata stratification berasal
dari kata stratum (jamaknyas: starata
yang berart i lapisan).
Pitirin A. Sorokin
mendefinisikan stratifikasi adalah
pembedaan penduduk atau
anggota masyarakat ke
dalam kelas-kelas secara
bertingkat (hirarkies). Perwujudanya
adalah kelas-kelas tinggi
dan kelas yang
lebih rendah. Selanjutnya
dasar dan inti
lapisan masyarakat tidak adanya
keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban ,
kewajiban dan tanggung
jawab nilai-nilai sosial
pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakatnya 4. Secara geografis, masyarakat nelayan adalah
masyarakat yang hidup tumbuh, dan berkembang di
kawasan pesisir, yakni
suatu kawasan transisi
antara wilayah darat dan laut.
Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori sosial yang membentuk
kesatuan sosial.
G.
Sistematika Pembahasan Adapun
sistematika pembahasan penelitian sebagai berikut: BAB I:
Pendahuluan. Membahas latar
belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, definisi
operasional, batasan masalah, dan sistematika pembahasan
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi