Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:BIMBINGAN KONSELING ISLAM DALAM MENANGANI TRAUMA REMAJA KORBAN PERKOSAAN DI PUSAT PELAYANAN TERPADU (PPT) SERUNI KOTA SEMARANG


 BAB I PENDAHULUAN
 1.1.Latar Belakang Setiap manusia pasti berhadapan dengan masalah, konflik dan situasi atau  kejadian yang tidak menyenangkan terkait dengan diri sendiri, orang lain maupun  lingkungan  sekitar.  Setiap  manusia  pasti  mengalami  saat-saat  di  mana  mereka merasa  down  (sedih,  kecewa,  tidak  bersemangat,  stres,  depresi  dan  lain -lain).
Banyak kejadian  dalam hidup ini yang dapat maupun tidak dapat dihindari oleh  manusia dan membuat individu mengalami hal-hal tersebut.
Hampir  setiap  hari  kita  mendengar  berita  kriminal  seputar  seks  yang  dilakukan oleh dan kepada anak di bawah umur sampai remaja  baik dalam berita  koran maupun televisi. Perkosaan, pelecehan  dan  kekerasan seksual, pembunuhan  disertai  perkosaan  lebih  dulu  dan  lain  sebagainya.  Sekitar  bulan  Januari  tahun 2010,  di  Jakarta  diberitakan  Babe  Baekuni  yang  melakukan  sodomi  dan  pembunuhan dengan cara mutilasi pada anak jalanan, jumlah korbannya mencapai  10 orang.  Kemudian  perkosaan berantai di Bali terhadap anak-anak usia Sekolah  Dasar  (SD)  yang  dilakukan  oleh  Diky  Saputra.  Di  kota  Semarang  sempat  diberitakan dengan  adanya “Kolor ijo” (Aryono)  seorang kakek yang mempunyai  perilaku  negatif  seksual  (mengintip  orang  tidur,  mengintip  orang  mandi,   dan  memperkosa anak usia dini) (http://www.lintasberita.com/go/939889).

Data  Legal  Resources  center  untuk  Keadilan  Jender  dan  Hak  Asasi  Manusia (LRC-KJHAM) Jawa Tengah mencatat kasus perkosaan di tahun 2010   sebanyak 202 kasus dengan korban 229 orang dan 301 pelaku. Dari 229 korban  tersebut,  187  kasus  diantaranya  dengan  korban  anak -anak  yang  berusia  6-18  tahun. Sedangkan 129 pelaku berusia antara 19 -30 tahun  (Irene, Wawancara staf  Informasi LRC-KJHAM tanggal 18 April 2011).
Kasus  perkosaan  di  Jateng  pada  tahun  2010  menurun  dari  sisi  kasusnya  jika dibanding 2009. Pada tahun 2009 kasus perkosaan sebanyak 207 kasus, 224  korban,  dan  338  pelaku.  Sedangkan  di  tahun  2008,  sebanyak  117  kasus,  153  korban,  dan  206  pelaku.  Daerah  dengan  kasus  perkosaan  tertinggi  tahun  2010  adalah  kota  Semarang  dengan  33  kasus,  kemudian  Boyolali  15  kasus,  dan  Wonogiri 12 kasus.
Data di atas merupakan sebagian kecil data yang ditangani, masih banyak  lagi data  yang tidak tercatat  dari  berita televisi  dan  surat kabar  yang setiap hari  beredar,  pada  penelitian  ini  penulis  memfokuskan  pada  kasus  perkosaan  yang  ditangani  oleh  PPT  SERUNI  kota  Semarang  sebagai  lembaga  yang  membantu  menangani masalah kekerasan perempuan.
Data  dari  SERUNI  sebanyak  7  kasus  ditangani  di  tahun  2009,  dan  pada  tahun  2010  kasus  perkosaan  yang  ditangani  sebanyak  6  korban.  Artinya ,  di  SERUNI  mengalami  penurunan  laporan  korban  perkosaan  namun  bukan  berarti  tindak perkosaan yang terjadi juga semakin menurun. Hal ini disebabkan semakin  mudahnya  akses  untuk  melaporkan  kasus  perkosaan.  Selain  itu  juga  masih  dianggapnya perkosaan adalah  hal yang tabu untuk dibicarakan.  Oleh karena itu,  banyak juga korban perkosaan yang menyelesaikan kasusnya secara kekeluargaan.
 Perkosaan  adalah  hubungan  seksual  yang  dilakukan  tanpa  kehendak  bersama,  dipaksakan  oleh  satu  pihak  pada  pihak  lainnya  (Luhulim a,  2000:  24).
Ahli  lain  menyebutkan  perkosaan  selalu  didorong  oleh  nafsu  seks  yang  sangat  kuat  dan  dibarengi  oleh  emosi  yang  tidak  matang,  serta  terdapat  unsur -unsur  kekejaman  dan  sifat  sadisme  (Semium,  2007:  55).  Perkosaan  selalu  dikaitkan  dengan  kejahatan  secara  fisik  atau  ancaman  kejahatan,  ditambah  dengan  pemaksaan  kontak  seksual  sehingga  para  korban  merasa  keselamatan  dan  kehidupan mereka terancam (Nugaraha, 2010: 217).
Penulis tidak menemukan keterangan tentang perkosaan dalam Al-Qur’an.
Namun  agama  Islam  mengatur bagaimana menyalurkan hasyrat seksual manusia  secara  benar  yaitu  melalui  pernikahan.  Hubungan  seksual  tidak  bertentangan  dengan  ketuhanan,  spiritualitas,  ataupun  keimanan,  oleh  karena  itu  seks  harus  disalurkan dengan jalan yang benar yaitu melalui pernikahan. Dalam agama Islam melarang  segala  bentuk  keintiman  antara  pasangan  yang  belum  menikah (Maqsood, 2004: 131).
Dalam suatu hadits Rasulullah bersabda: “Janganlah  sekali-kali  seorang  diantara  kalian  berduan  dengan  seorang  wanita  yang  belum  atau  tidak  sah  baginya,  kecuali  disertai  dengan muhrimny (HR.Bukhari-Muslim)” (Yahya, 676 H: 569).
Allah berfirman dalam Al-Qur’an “Dan  janganlah  kamu  mendekati  zina:  sesungguhnya  zina  itu  adalah sesuatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk  (Depag,  2007: QS. Al-Israa’: 32).
Islam mengharuskan pemeluknya, baik laki-laki maupun perempuan untuk  senantiasa menjaga kehormatannya dan tidak menyerahkan kesuciaanya, kecuali  pada pasangan hidupnya  yang sah menurut agama. Dalam Al-Qur’an surah  AnNur ayat 30-31, Allah memerintahkan setiap orang beriman baik laki-laki maupun  perempuan untuk senantiasa menjaga kehormatannya dan menjauhi segala hal -hal  yang dapat membawa kepada ternodanya kesucian.  Khusus kepada wanita, Allah  memperingatkan  secara  panjang  lebar  kepada  mereka  tentang  pentingnya  kehormatan  dan  beberapa  hal  yang  harus  dilakukan  secara  praktis  agar  tetap  terjaga kehormatannya. Ini karena kaum wanita adalah pihak yang paling rawan  kehormatannya.  Dalam  segala  posisi,  situasi  dan  kondisi,  timbulnya  ancaman  terhadap kesucian mereka lebih besar dari pada laki -laki. Apalagi dampak negatif  dari  ternodainya  kesucian  wanita  akan  membawa  guncangan  psikologis  yang  hebat (Bukhari, 2006: 145-147).
Bentuk-bentuk  penyimpangan  seksual  dianggap  suatu  perbuatan  yang  kotor  dan  dibenci  oleh  masyarakat.  Mengingat  kultur  budaya  Indonesia  yang  sangat  menjujung  tinggi  keperawanan,  perempuan  yang  diperkosa  akan  kehilangan keperawanannya, dianggap hina dan bahkan  dikucilkan. Apalagi kalau  perempuan itu mengalami kehamilan, seringkali dianggap aib yang luar biasa.
Sampai  saat  ini  berita-berita  seputar  seks  masih  cukup  ramai  diberbagai  media,  dan  anak-anak  hingga  usia  remaja  dijadikan  korban  utama  pelecehan seksual. Remaja merupakan sosok manusia yang menarik perhatian orang banyak,   karena  masa  tersebut  merupakan  periode  perkembangan  dan  kematangan  baik  fisik  maupun  psikisnya,  karena  itu  penulis  tertarik  untuk  meneliti  persoalan  remaja.
Remaja  menjadi  korban    utama  dalam  kejahatan  seksual  karena  mereka  masih  lemah  secara  fisik,  masih  naif  dan  mudah  dibohongi.  Perkosaan  pada remaja  merupakan  tindakan  kriminal,  tidak  bermoral,  dan  berkontribusi  besar  pada  hancurnya  masa  depan  mereka.  Jika  mereka  sudah  menjadi  korban  perkosaan sejak dini, mereka akan menderita secara fisik dan mental sekaligus.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi