Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:MANAJEMEN TAKMIR MASJID AGUNG TEGAL DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN DAKWAH


BAB I  PENDAHULUAN  
A. LATAR BELAKANG  Salah satu tantangan yang dihadapi umat manusia di masa depan adalah untuk menciptakan  organisasi  yang  beraneka  ragam  sehingga  menuntut  pengelolaan  yang  semakin  efektif,  efesien  dan  produktif.  Oleh  karenanya,  sebuah  organisasi harus  mempunyai  perhatian  utama  pada  manajemen  pengembangan  sumber  daya  manusia  dalam  hal  ini  takmir.  Untuk  mewujudkan  situasi  yang  demikian,  perlu  peningkatan  kesadaran  tentang  maksud  dari  semua  kegiatan  manajemen  takmir,  yaitu  untuk  meningkatkan sumber daya manusia terhadap keberhasilan organisasional. Dengan kata  lain,  bahwa  kebijaksanaan  apapun  yang  diterapkan  dan  dirumuskan  dalam  pengembangan  takmir  dan  langkah-langkah  apapun  yang  diambil  dalam  manajemen  takmir  itu,  semuanya  harus  berkaitan  dengan  pencapaian  berbagai  jenis  tujuan  yang  telah ditetapkan untuk dicapai.

 Dalam  bidang  apapun  organisasi  bergerak,  sebenarnya  menghasilkan  sesuatu  produk atau jasa bagi kelompok-kelompok tertentu bagi masyarakat. Dengan demikian  jelas  terlihat  bahwa  tidak  ada  satupun  organisasi  yang  dapat  mempertahankan  eksistensinya  dan  melestarikan  keberadaanya  tanpa  mengkaitkan  tujuan  organisasi  dengan tujuan masyarakat luas (Siagian, 2002 : 26).
 Apabila  dikatakan  bahwa  takmir  atau  pengurus  merupakan  sumber  daya  yang  terpenting  yang  dimiliki  oleh  organisasi  masjid,  salah  satu  implikasinya  ialah  bahwa  investasi terpenting yang mungkin dilakukan suatu organisasi masjid adalah dibidang  sumber daya manusia dalam hal ini takmir. Pertanyaan yang harus dihadapi dan harus di  13  jawab oleh setiap organisasi masjid bukan lagi apakah akan melakukan investasi dalam  rangka  pengembangan  pengelolaan  masjid  yang  dimiliki,  melainkan  berapa  besar  investasi  yang  harus  dibuat.  Artinya,  pilihannya  bukan  antara  pengembangan  pengelolaan  masjid  atau  tidak,  melainkan  dalam  bidang  apa  pengembangan  itu  dilakukan  dengan  intensitas  yang  bagaimana  dan  melalui  penggunaan  teknik  pengembangan apa.
 Dewasa  ini  umat  Islam  terus  menerus  mengupayakan  pembangunan  masjid.
 Bermunculan masjid-masjid baru di berbagai tempat. Disamping renovasi  atas masjidmasjid  lama.  Semangat  untuk  mengupayakan  pembangunan  rumah  Allah  itu  layak  dibanggakan.  Hampir  seantero  tanah  air  tidak  ada  yang  tidak  tersentuh  oleh  pembangunan  masjid.  Ada  yang  berukuran  kecil  ada  yang  besar  dan  megah.  Namun  tidak  sedikit  pula  masjid  yang  terkatung-katung  pembangunannya  dan  tak  kunjung  rampung, terutama di daerah-daerah yang solidaritas jamaahnya belum kuat.
 Setelah  bangunan  fisik  masjid  berdiri,  volume  kegiatan  yang  berlangsung  didalamnya  juga  beragam  ada  yang  mampu  mengintensifkan  kegiatannya  seharian penuh  dengan  menyelenggarakan  tingkat  pendidikan  rendah  sampai  tingkat  tinggi.
 Sebaliknya tidak sedikit jumlah masjid yang pembangunannya diusahakan dengan susah  payah  justru  sunyi  dari  kegiatan.  Disana-sini  banyak  dijumpai  masjid  yang  berfungsi  seminggu sekali, yakni untuk sholat jum’at (Ayub,1996 : 15). Permasalahan tersebut  terkait  dengan  pengurus  atau  takmir  yang  yang  kurang  proaktif  dalam  merencanakan  kemakmuran masjid.
 Ketika  masjid  hanya  digunakan  untuk  melaksanakan  ibadah  mahdoh  seperti  sholat  dan  sejenisnya,  tidak  banyak  orang  yang  terlibat  atau  dilibatkan  dalam  14  kepengurusan,  apalagi  memang  banyak  masjid  yang  tidak  memiliki  struktur  kepengurusan yang memadai. Masa itu sudah berlalu, meskipun masih banyak sekarang  ini kita temukan masjid yang kepengurusannya tidak memadai.
 Kini  kesadaran  jamaah  masjid  akan  pentingnya  peran  takmir  dalam  memakmurkan  masjid  semakin  besar.  Hal  ini  karena  manakala  masjid  hendak  difungsikan  sebagi  pusat  pembinaan  umat,  sudah  tidak  mungkin  lagi  kalau  kepengurusan  masjid  ditangani  oleh  satu  atau  dua  orang.  Diperlukan  tenaga  kepengurusan yang jumlahnya cukup dan kualitasnya memadai. Personil takmir masjid  tersebut  selanjutnya  harus  menjalin  kerja  sama  atau  amal  jama’i  yang  baik  agar  terwujud  kemakmuran  masjid  yang  diidam-idamkan  dan  terbina  jamaahnya  hingga menjelma menjadi masyarakat yang Islami (Yani, 1999: 100).
 Agar  takmir  masjid  dapat  bekerja  sama  dengan  baik  dalam  menjalankan  roda  kepengurusan,  diperlukan  mekanisme  kerja  yang  baik.  Untuk  itu,  manajemen  masjid  harus diterapkan. Perkembangan dan perubahan masyarakat tersebut tidak terlepas dari  peran  masjid  sebagai  tempat  bernaungnya  kaum  muslimin  dalam  menterjemahkan  ajakan-ajakan  Nabi  Muhammad  SAW  sebagai  pembawa  risalah  dari  Allah  ke  dalam  kehidupan  sehari-hari.  Perubahan  tersebut  telah  menjadikan  manusia  sadar  akan  posisinya  sebagai  makhluk  yang  diciptakan  oleh  tuhannya  untuk  berinteraksi  dan  bersosialisasi dengan makhluk lainnya. Kesadaran ini mendorong kepada manusia  agar  bersikap luwes dan peka terhadap lingkungan yang semakin bergerak dan berkembang  secara  terus  -  menerus.  Untuk  itu  masjid  harus  memberikan  fungsi-fungsi  yang  jelas  terhadap perkembangan lingkungan masyarakat.
 15  Dapat  kita  lihat  seperti  saat  ini,  bahwa  masjid  tidak  hanya  difahami  sebagai  tempat ibadah mahdoh saja akan tetapi sudah lebih luas, seperti tempat kegiatan sosial  kemasyarakatan,  pembinaan  umat  yang  bernilai  ibadah  yang  dijabarkan  dalam  bentuk kegiatan-kegiatan yang meliputi: Remaja masjid, Perpustakaan, Pendidikan  Berjenjang  dan  sebagainya.  Pengembangan  ini  tidak  terlepas  dari  peran  pengurus  yang  ada  didalamnya. Lewat takmirlah masjid bisa berkembang dan menampakkan eksistensinya  dihadapan  para  jama’ah.  Fenomena  ini  banyak  muncul  di  kota-kota  besar,  dimana masjid  telah  menampakkan  fungsi-fungsi  sebagaimana  mestinya  sehingga  keberadaan  masjid  memberikan  manfaat  bagi  para  jemaah  serta  masyarakat  sekitarnya.  Takmir  tentu saja sangat besar peranannya dalam memakmurkan masjid. Oleh karena itu takmir  harus  betul-betul  solid,  mulai  dari  jumlahnya  yang  cukup,  memiliki  semangat kerja,  memiliki  pemahaman  yang  utuh  mengenai  masjid  yang  ideal,  memahami  tugas  dan  tanggung  jawabnya  sebagai  pengurus  yang  tertera  pada  struktur  dan  job  description (uraian  kerja)  dan  meningkatkan  kemampuan  kerja  dalam  kapasitasnya  sebagai  pengurus masjid.
 Takmir  sangatlah  penting  untuk  meningkatkan  peran  masjid,  karena  semua  kegiatan kuncinya pada manusianya jika masjid dikelola dengan baik dan terarah oleh  takmir  yang  baik,  maka  masyarakat  akan  merasakan  manfaat  dari  keberadaan  masjid  tersebut.  Salah  satu  fenomena  yang  dapat  kita  lihat  adalah  keberadaan  Masjid  Agung  Tegal. Kota ini merupakan kota yang dijuluki sebagai Kota Bahari hal ini  dikarenakan  kota ini secara geografis terletak di pesisir pantai utara dan sebagian besar penduduknya  bermata  pencaharian  sebagai  nelayan.  Kota  ini  memberikan  satu  gambaran  tentang  fungsi masjid yang memiliki berbagai macam kegiatan dan bertujuan mengembangkan  16  masyarakat  Islam  gambaran  tersebut  dapat  dibuktikan  salah  satunya  adalah  Masjid  Agung Kota Tegal.
 Masjid  Agung  Tegal  adalah  salah  satu  masjid  yang  ada  di  kota  Tegal  dan  terletak  dipusat  kota  yaitu  di  alun–alun  kota  Tegal.  Dengan  kegiatan  yang  sangat  banyak dan beraneka ragam, masyarakat yang sangat heterogen, yaitu masyarakat yang  terdiri dari berbagai macam golongan, baik orang yang mengenyam pendidikan rendah  sampai tingkat tinggi, golongan kaya maupun sederhana dan lain-lain. Masyarakat yang  heterogen  ini  memunculkan  para  pengelola  atau  para  takmir  masjid  yang  sangat  heterogen pula, sehingga dalam pengelolaannya muncul fenomena-fenomena baruyaitu  pengembangan  dan  pemberdayaan  kegiatan-kegiatan  yang  ada  khususnya  dibidang  dakwah yang sangat dinamis dan terorganisir. Karena beraneka ragamnya kegiatan yang  ada,  maka  dibutuhkan  sumber  daya  manusia  yang  memadai  agar  kegiatan  -  kegiatan  dakwah  yang  dilaksanakan  di  Masjid  Agung  Tegal  dapat  terealisasi  dengan  baik  dan  dapat dipertanggung jawabkan.
 Dari  latar  belakang  yang  telah  diuraikan  diatas,  maka  penulis  mencoba untuk  mengetahui  bagaimana  pola  manajemen  takmir  di  Masjid  Agung  Tegal  dengan  melakukan penelitian yang memfokuskan diri pada manajemen pengurus atau takmir di  Masjid Agung Tegal, dengan memilih judul “Manajemen Takmir Masjid Agung Tegal  Dalam Melaksanakan Kegiatan Dakwah”.
 B.  RUMUSAN MASALAH  Berdasarkan  latar  belakang  yang  telah  diuraikan  tersebut  diatas  permasalahan  dari  penelitian  yang  berjudul  “Manajemen  Takmir  Masjid  Agung  Tegal  Dalam  17  Melaksanakan Kegiatan Dakwah”.Maka rumusan permasalahan yang akan diangkat  adalah sebagai berikut:  1. Bagaimana takmir mengelola kegiatan dakwah di Masjid Agung Tegal ?  2. Bagaimana strategi takmir Masjid Agung Tegal dalam rangka mengelola kegiatan  dakwah?  C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :  a.  Mengetahui  Bagaimana  takmir  mengelola  kegiatan  dakwah   di  Masjid  Agung Tegal.
 b.  Mengetahui  bagaimana  strategi  strategi  takmir  Masjid  Agung  Tegal dalam rangka mengelola kegiatan dakwah.
 2. Manfaat Penelitian ini adalah :  a.  Secara Teoritis  Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  menjadi  sumbangan  yang  bermanfaat sebagai salah satu pengembangan manajemen dakwah.
 b.  Secara Praktis  1).  Sebagai  bahan  pertimbangan  Masjid  Agung  Tegal  untuk  menjadi  acuan  dalam  menentukan  dan  mengembangkan  sumber  daya  manusia  yang  berkualitas dan mampu bersaing di era globalisasi.
 2).  Sebagai  bahan  masukan  bagi  lembaga-lembaga  masjid  lain  agar  mempertimbangkan  aspek  manajemen  sebelum  melaksanakan  program  kerja  agar  semua  program  yang  direncanakan  sesuai  dengan  tujuan  yang  diinginkan.
 18  D.  TINJAUAN PUSTAKA  Tinjauan pustaka ini penulis menyertakan beberapa judul skripsi yang berkaitan  skripsi penulis. Adapun skripsi-skripsi tersebut antara lain :  Pertama,  Mahtum  Afiati,  Dengan  judul  skripsi  “fungsi  masjid  sebagai  pembentukan  ahlak  remaja  (Studi  kasus  di  kodya  semarang)”  yang  menjadi  pembahasan dalam skripsi ini bahwa masjid merupakan tempat ibadah umat islam baik  yang  bersifat  horizontal  maupun  vertical,  oleh  karena  itu  fungsi  atau  tidaknya  masjid  sebagai tempat kegiatan umat islam menjadi kewajiban dan tanggug jawab umat islam  terutama remaja sebagai generasi penerus.
 Upaya  untuk  mengoptimalkan  funsi  masjid  sudah  dilakukan  oleh  Pembina  masjid,  yaitu  dengan  menyelenggarakan  kegiatan-kegiatan  yang  melibatkan  seluruh  unsure  masyarakat  termasuk  remaja.  Kegiatan  tersebut  antara  lain  :  khutbah  jumat,  peringatan  hari  besar  islam,  bakti  sosial,  kuliah  ahad  pagi,  pemberian  beasiswa  dan  wisata dakwah.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi