BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Agama Islam
dalam menyerukan atau
menugaskan pada umatnya untuk menyebar dan menyiarkan Islam
kepada seluruh umat manusia sebagai Rahmatan Lil
Alamin, maka kemudian disebut sebagai agama dakwah. Islam dapat
menjamin terwujudnya kebahagian
dan kesejahteraan, manakala ajarannya
dijadikan sebagai pedoman
hidup dan dilaksanakan
secara konsekuen (Siti Muriah,
2000:12).
Dalam
upaya merealisasikan tugas
penyebaran dan pengembangan dakwah ini
secara makro dapat
dilihat bahwa eksistensi
dakwah pada kenyataanya selalu bersentuhan dengan realitas
sosial yang mengitarinya. Hal ini secara
historis dapat dibuktikan dengan pergumulan antara dakwah Islam dengan realitas sosio-kultural. Dari
situ dimungkinkan dakwah Islam mampu memberikan
output berupa hasil dan pengaruh
terhadap lingkungan, sehingga Islam dapat
memberi dasar filosofi,
arah dan perubahan
masyarakat sampai terbentuknya
realitas sosial yang
bisa menjalani hidup
bahagia dunia dan akhirat
(Amrullah Ahmad, 1982:2).
Namun
dalam realitasnya belum
semua manusia bisa
menjalani kebahagian lahir
batin, ini terbukti
masih banyaknya penyandang
masalah kesejataran sosial
(PMKS). Salah satunya
adalah gelandangan atau
disebut juga tuna
wisma, tuna karya
dalam arti tidak
mempunyai pekerjaan, buruh, tukang / kuli, yaitu orang-orang yang hidupnya dalam keadaaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat, serta tidak mempuyai pencaharian
dan tempat tinggal
yang tetap serta
hidup menggembara di
tempat umum (Dinas
Sosial Pemerintah Propinsi
Jawa Tengah, 2008: 18).
Gelandangan hampir terdapat di semua kota
besar, dengan jumlah yang relatif tinggi, hal ini diperoleh dari data
Dinas Kesejahteraan Sosial pada tabel 1 berikut:
Tabel 1 Jumlah Gelandangan di Kota
Semarang No Tahun
Jumlah 1 2 3 4 5 2006 2007
2008 2009 2010
191 237 264
326 443 Pada
umumnya masalah gelandangan disebabkan oleh banyak faktor.
Salah
satunya adalah proses
urbanisasi terlalu tinggi,
di mana banyaknya masyarakat
desa yang datang
ke kota terlalu
banyak sehingga tidak tertampung. Keinginan
masyarakat desa datang
ke kota untuk
memperolah penghidupan yang
layak ternyata tidak
seperti yang diharapkan.
Proses urbanisasi tersebut
membawa dampak sosial baik bagi penduduk kota maupun bagi pendatang. Pekerjaan sangat sulit di
dapat sehingga para pendatang tidak sedikit
yang akhirnya menjadi
pengangguran di kota.
Desakan penghidupan yang
memerlukan biaya untuk
kelangsungan hidup, maka
di antara para pengangguran
tersebut ada yang sebagian akhirnya menjadi gelandangan.
Masalah-masalah sosial tersebut merupakan
bentuk tingkah laku yang melanggar adat
istiadat masyarakat. Masalah sosial disebut juga dengan situasi sosial
yang dianggap oleh
sebagian besar masyarakat
sebagai pengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya dan merugikan
banyak orang (Kartini Kartono, 2005: 6).
Gelandangan tidak hanya dianggap sebagai
penyakit masyarakat, tetapi juga
merupakan suatu masalah yang memerlukan
penanganan dan pembinaan yang cukup
serius. Karena merupakan
salah satu penyebab
terganggunya pembangunan nasional,
ketertiban dan keamanan.
Gangguan ketertiban dan keamanan itu
yang kemudian mengganggu
stabilitas kota pa da
khususnya, serta kenyamanan
masyarakat pada umumnya,
sebagai contohnya, gelandangan yang meminta-minta di area lalu
lintas dari pengendara sehingga mengakibatkan
ketidaknyamanan terhadap pengendara
dan merusak keindahan
kota. Dan yang
penting lagi, berkaitan
dengan kriminalitas.
Berkembangnya gelandangan membuka banyak
peluang munculnya gangguan keamanan. Maka
butuh penanganan yang
intensif, tidak hanya
penanganan diranah hukum.
Dalam
kerangka tersebut melalui
peran bimbingan penyuluhan Islam harus dilakukan untuk bisa membantu
menyelesaikan permasalahan yang ada berupa
pembinaan mental, sikap
dan prilaku manusia
yang positif sehingga diharapkan para gelandangan bisa lebih baik
dalam kehidupan sehari -hari dan membangkitkan
niat berusaha dan membantu mengatasi masalah sosial yang dihadapi,
serta membangkitkan potensi,
minat, kesedian dan
tekat dalam mengatasi
masalah dan pemenuhan
kebutuhan sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan.
Dalam
penanganan masalah gelandangan,
Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (FKPSM) Kota Semarang
bekerja sama dengan Dinas Sosial beserta
satuan polisi Pamong Praja yaitu dengan melakukan razia, kemudian yang tertangkap
dilakukan pembinaan serta
pelatihan ketrampila n dan
dikirim ke tempat
asal mereka. (Direktorat
Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat, Deroktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial,
2010:2).
Di
dalam Islam dalam
membina perilaku seseorang
berdasarkan spritualitas ajaran
Islam berarti membentuk perilaku
seseorang yang secara optimistis menjadikan agama sebagai pedoman
dan pengendali tingkah laku, sikap dan
gerak-gerik dalam kehidupanya. Apabila ajaran Islam telah masuk kedalam
diri seseorang dan
menjadi bagian dari
perilaku ataupun mental seseorang
yang terbina tersebut,
maka dengan sendirinya
akan menjauhi segala
larangan Tuhan dan
mengerjakan segala perintahnya.
Bukan karena pandangan
dari luar, tetapi
karena hatinya merasa
lega dalam mematuhi segala perintah Allah yang selanjutnya akan
terlihat bahwa nilai -nilai ajaran agama akan
tampak tercermin dalam
perkataan, perbuatan dan
sikap mentalnya (Daradjat,
1983: 68). Karena
pada dasarnya bimbingan penyuluhan
Islam secara garis
besar tujuan akhirnya
adalah membantu individu
atau kelompok dalam
menyelesaikan masalah dengan
petunjuk Allah sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat (Aunur Rahim, 2001: 4).
Dengan
keyakinan bahwa ketentuan
dan petunjuk Allah
pasti akan membawa manusia bahagia, individu yang
berbahagia tentulah individu yang mampu selaras
dengan ketentuan Allah
dan petunjuk Allah
SWT tersebut, termasuk
dalam usahanya memenuhi
kebutuhan jasmaniah. Tetapi,
tidak samua manusia
mampu hidup dan
memenuhi kebutuhan jasmaninya,
baik karena faktor intern (dari
dalam diri individu itu sendiri) maupun akibat dari faktor eksternal atau lingkungan sekitarnya.
Seperti firman Allah dalam QS.
Al-Baqarah ayat 155-156 Artinya: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan.
dan
berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang
sabar.
(yaitu)
orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji'uun" (Depag RI, 1982:
26) Berdasarkan latar belakang
di atas, maka
penulis bermaksud untuk melaksanakan penelitian
terkait dengan peran
bimbingan penyuluhan Islam Forum
Komunikasi Pekerja Sosial
Masyarakat (FKPSM) Kota
Semarang.
Yang berjudul: ”PERAN BIMBINGAN
PENYULUHAN ISLAM DALAM PENYELESAIN MASALAH
GELANDANGAN (STUDI KASUS
FORUM KOMUNIKASI PEKERJA
SOSIAL MASYARAKAT (FKPSM)
DI KOTA SEMARANG)” B.
Rumusan masalah Dari urian di
atas maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana peran Forum
Komunikasi Pekerja Sosial
Masyarakat (FKPSM) Kota Semarang
dalam penyelesaian masalah gelandangan? 2.
Bagaimana peran bimbingan
penyuluhan Islam Forum
Komunikasi Pekerja Sosial
Masyarakat (FKPSM) Kota
Semarang terhadap gelandangan? C. Tujuan dan manfaat penelitian 1.
Tujuan Penelitian Penelitian
ini bertujuan untuk
mengetahui peran dan
bimbingan penyuluhan Islam
Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (FKPSM) Kota Semarang dalam penyelesaian masalah
gelandangan.
2.
Manfaat Penelitian a. Manfaat
Teoritis Memperkaya khazanah
ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang bimbingan
penyuluhan Islam terkait
gelandangan yang ada
di Kota Semarang.
b. Manfaat Praktis Memberi pemahaman kepada
pembaca dan penulis serta FKPSM sendiri terkait bagaimana peran bimbingan penyuluhan
Islam Forum Kumunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (FKPSM) Kota Semarang dalam penyelesaian masalah gelandangan.
D.
Tinjauan Pustaka Sepanjang
pengetahuan penulis, ada beberapa
penelitian yang relevan dengan
penelitian yang penulis ajukan, antara lain: Pertama, Islam
dan Permasalahan Sosial
( Studi Analisis
Terhadap Pemikiran A.
Qodri A. Azizy
Dalam Perspektif Dakwah
). Judul tersebut disusun
oleh Muklisin yang
lulus pada tahun
2005. Skripsi tersebut menerangkan tentang pemikiran Islam dan
masalah sosial Kedua, Bimbingaan
Agama Islam terhadap
Perilaku Menyimpang Anak
Jalanan, skripsi ini
disusun oleh Setiyo
Utomo di tahun
2008. Dalam penelitian
ini membahas tentang
proses bimbingan yang
dilaksanakan terhadap anak
jalanan, khususnya di Yayasan Rumah Singgah Tunas harapan Pedurungan
Semarang. Penelitian ini
terpusat pada permasalahan
analisis terhadap proses
bimbingan agama Islam
yang dilaksanakan oleh
yayasan rumah singgah
anak jalanan. Obyek
tempat penelitian ini
adalah bimbingan agama Islam bagi anak jalanan di Rumah
Singgah Tunas Harapan Pedurungan Semarang.
Ketiga,
Peranan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam terhadap Ketenangan Jiwa para Lanjut Usia di Panti
Wredha Bhisma Upakara Selarang Pemalang,
skripsi ini disusun oleh Kuswoyo ditahun 2007. Kajian penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan
menggambarkan bagaimana pelaksanaan bimbingan penyuluhan
Islam di panti
Wredha Bhisma Upakara
Selarang Pemalang dan
untuk mendeskripsikan peranan
bimbingan penyuluhan Islam terhadap ketenangan
jiwa para lanjut
usia di panti
Wredha Bhisma Upakara Selarang Pemalang.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut
meskipun sedikit banyaknya ada kesamaan
dengan penelitian sebelumnya,
namun pendekatan penelitia yang
disusun saat ini
memiliki perbedaan. Dalam
hal ini peneliti
lebih memfokuskan pada
persoalan “ Peran
Bimbingan penyuluhan Islam
dalam penyelesaian gelandangan
(studi kasus di
forum komunikasi pekerja
sosial masyarakat (FKPSM) Kota
Semarang.
E.
Metodologi Penelitian 1. Jenis
dan Metode Penelitian Penelitian
yang akan dilaksanakan
ini adalah penelitian
lapangan yang berbasis
pada jenis penelitian
lapangan kualitatif. Disebut
sebagai penelitian lapangan
karena data yang
dikumpulkan berasal dari
lapangan (hasil wawancara,
dokumentasi, maupun observasi) dan bukan berasal dari literatur
kepustakaan. Sedangkan maksud dari dasar kualitatif adalah bahwa penelitian
ini menggunakan azas-azas
penelitian kualitatif di
mana tidak dipergunakan kaidah-kaidah statistik yang
merupakan dasar dari penelitian kuantitatif.
Penelitian
ini merupakan penelitian
yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati (Moleong, 2004:
3). Dengan kata
lain penelitian kualitatif adalah
penelitian yang mengkaji
data secara mendalam
tentang s emua kompleksitas yang ada dalam konteks penelitian
tanpa menggunakan skema berpikir
statistik (Danim, 2002: 153).
Metode
analisis yang penulis
gunakan dalam penelitian
ini adalah analisis
deskriptif dan analisis
induktif. Metode analisis
deskriptif ini bertujuan
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik bidangbidang tertentu
secara faktual dan cermat dengan menggambarkan keadaan atau status fenomena (Arikunto, 1993: 228).
2.
Sumber dan Jenis Data Data
penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : a) Data Primer Jenis dan sumber data primer, yakni data utama yang
berkaitan dengan pokok masalah
penelitian yang mana data tersebut diambil dari sumber
data utama (Azwar,
1998: 91). Adapun
dalam penelitian ini sumber
data primer adalah gelandangan dan Forum Komunikasi Pekerja Sosial
Masyarakat (FKPSM) Kota
Semarang. Dari data
ini akan mengetahui
bagaimana peran bimbingan
penyuluhan Islam terhadap penyelesaian masalah gelandangan.
b) Data
Sekunder Jenis dan sumber
data sekunder, yakni
data yang mendukung data utama dan diambil bukan dari sumber utama
(Hadi, 1998: 11). Data sekunder dalam
penelitian ini adalah
buku,arsip dan wawancara pengurus
serta lembaga yang
bekerjasama dengan Forum
Komunikasi Pekerja Sosial
Masyarakat (FKPSM) Kota Semarang sebagai penunjang dari data primer.
3.
Metode Pengkumpulan Data Metode
pengkumpulan data pada
dasarnya suatu kegiatan operasional
agar tindakannya masuk
pada pengertian penelitian
yang sebenarnya yang
merupakan prosedur yang
sistematis dengan memperhatikan
penggarisan yang telah
ditentukan dengan tujuan
untuk menghindari data yang tidak
terpakai (Subagyo, 1991:38).
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi