BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Aktivitas
dakwah muncul semenjak
Islam dihadirkan Allah
kepada manusia. Dakwah
mempunyai arti; penyiaran,
propaganda, seruan untuk mempelajari dan
mengamalkan ajaran agama
Islam. Dakwah juga
berarti suatu proses upaya
mengubah dari situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran agama Islam atau suatu proses
mengajak manusia ke jalan Allah SWT
(Arifin, 2006 : 5).
Menurut Thoha
Yahya Omar (1971
: 1), dakwah
Islam adalah mengajak manusia dengan cara kebijaksanaan
kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan, untuk kemaslahatan
dan kebahagiaan mereka
di dunia dan akhirat. Lapangan dakwah meliputi semua aktivitas
manusia dalam hubungannya secara
totalitas, sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, bahkan sebagai makhluk alam semesta. Orang
yang mengaku dirinya sebagai muslim,
maka dia menjadi seorang juru dakwah, sebagaimana yang diajarkan dan diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW yang
mengatakan : Artinya : “Sampaikanlah
dari padaku walaupun
satu ayat”. (H.R.
AlBuchary) ( Kitab Al-Buchary , 254 : 328 ).
Hadist di
atas menjelaskan bahwa
setiap diri manusia
mempunyai kewajiban untuk melakukan
amar ma’ruf nahi munkar.
Dakwah dalam arti amar
ma’ruf nahi munkar, merupakan syarat
mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup
manusia. Kewajiban ini
adalah manusia yang
memiliki pembawaan fitrah sebagai mahluk sosial. Dakwah
haruslah mengarah untuk memperbaiki suasana
kehidupan yang lebih
baik dan layak,
sesuai dengan kehendak
dan tuntutan kebenaran.
Seperti yang telah
dituliskan dalam AlQur’an surat Ali Imran ayat 104 yang
berbunyi : Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung”. (QS.
Ali Imron (3) :104) (Depag RI,
2002 : 79).
Berdasarkan ayat di atas, dakwah
merupakan ajakan, dorongan, atau memanggil umat
manusia untuk menyebarluaskan Islam
dan merealisir ajarannya
di tengah masyarakat
dan kehidupannya agar
mereka memeluk Islam dan mengamalkannya. Agar tujuan dakwah dapat tercapai semaksimal mungkin,
maka salah satu
hal yang perlu
diperhatikan adalah pemilihan media (Syukir,
1983: 164-165). Media
merupakan sarana untuk mempermudah mencapai
tujuan dakwah, yang
berbentuk media elektronik, televisi.
Televisi merupakan
salah satu media
modern yang dapat
digunakan untuk berdakwah
pada masa sekarang.
Munculnya media televisi
dalam kehidupan manusia
menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa.
Televisi juga melahirkan satu efek sosial yang bermuatan perubahan, nilai-nilai sosial dan budaya manusia (Kuswandi,
1996 : 21-22 ).
Kemampuan media
televisi dianggap efektif
dan efisien sebagai media
dakwah, dan alat
audiovisual yang berpengaruh
dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara
luas. Jaringan televisi
berkembang pesat menjangkau
masyarakat hingga pelosok
wilayah yang terpencil.
Teknologi televisi
telah berkembang sedemikian
maju sehingga mampu menciptakan realitas
sosial yang menyerupai
realitas sebenarnya di masyarakat
(Labib, 2002: 15).
Unsur esensial
dari televisi berupa
penggunaan bahasa verbal
dan visual, dalam rangka
menyampaikan pesan, informasi, pengajaran, ilmu dan hiburan.
Menguntungkan jika televisi
memiliki daya tarik
yang luar biasa apabila sajian
program dapat menyesuaikan
dengan karakter manusia.
Manusia yang
terbiasa dengan televisi
berarti manusia yang
memiliki ekstensi (perpanjangan)
dari mata dan telinga (Wibowo, 2002: 17-19 ).
Televisi dalam menyampaikan
informasi dakwahnya melalui program siarannya,
seperti lagu-lagu, sinetron, dan film.
Film dakwah atau film Islam adalah film
yang di dalamnya
mengandung nilai Islami,
tidak harus menonjolkan ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi pesan
dan perilaku dalam kehidupan ada unsur
dakwahnya. Film yang
ada unsur dakwah
adalah film yang diharapkan mampu
mengubah akhlak masyarakat
sesuai dengan akhlakul karimah. Film dapat memberikan pengaruh cukup
besar kepada jiwa manusia pemirsanya. Di saat sedang menonton film, terjadi suatu
gejala yang menurut ilmu jiwa
sosial sebagai identifikasi
psikologis. Ketika proses
decoding terjadi, para penonton
kerap menyamakan atau
meniru seluruh pribadinya dengan salah seorang peran film. Melihat
pengaruh film sangat besar kepada jiwa
yang sedang menontonnya,
maka besar manfaatnya
film dijadikan sebagai media
berdakwah (Arifin, 2006: 15).
Film memiliki berbagai ragam jenis dengan
cara pendekatan berbedabeda.
Semua film mempunyai
satu sasaran, yaitu
menarik perhatian orang terhadap muatan
masalah yang dikandung.
Pada dasarnya film
dapat dikelompokkan ke dalam dua
pembagian besar, yaitu kategori film cerita dan non
cerita, atau film
fiksi dan non
fiksi. Film cerita
adalah film yang
di produksi berdasarkan cerita
yang dikarang, dan
dimainkan oleh aktor
dan aktris bersifat
komersial. Sedangkan film
non cerita (non
fiksi) merupakan kategori film yang mengambil kenyataan
sebagai obyeknya (Sumarno, 1996 : 10 ).
Arti animasi
adalah menghidupkan gambar,
sehingga perlu mengetahui
dengan pasti setiap
detail karakter, mulai
dari tampak (depan, belakang,
¾ dan samping)
detail muka si
karakter dalam berbagai
ekspresi (normal, diam,
marah, senyum, ketawa,
kesal, dan lain-lain)
lalu pose atau gaya
khas karakter bila sedang melakukan kegiatan tertentu yang menjadi ciri khas
si karakter tersebut.
Sifat animasi adalah
membuat gambar kelihatan hidup,
sehingga bisa mempengaruhi
emosi penonton menjadi
turut merasa sedih, menangis, jatuh cinta, kesal,
gembira bahkan tertawa (Wardah. 2009 : 7 november).
Film
animasi yang menjadi
fenomena sampai saat
ini adalah film Upin
dan Ipin. Film ini berasal dari negara Malaysia, yang memuat pesan dan nilai
dakwah dengan menceritakan
kehidupan masyarakat pedesaan,
tidak jauh beda
dengan kebudayaan di
negara Indonesia. Selain
itu, banyak film animasi diputar
di Indonesia yang
menampilkan adegan perkelahian, kekerasan
yang berdampak kepada
anak untuk menirukan
adegan tersebut dengan
berkelahi melawan temannya
sendiri. Anak mempunyai kecenderungan untuk menirukan apa yang
dilihatnya.
Film animasi
juga mempunyai pengaruh
besar terhadap setiap individu
masing-masing penonton, terutama
pengaruh segi budaya
yang ditampilkan dalam cerita
animasi atau kartun tersebut. Contohnya segi bahasa (dialog),
penampilan, dan tingkah
laku. Selain itu,
dalam segi ekonomi.
mereka berlomba-lomba memberikan
kepuasan pada konsumen
yang menikmati film animasi atau
kartun. Contohnya, penjualan boneka, tas, kaoskaos, aksesoris dan bahkan ring
back tone.
Film animasi yang sampai saat ini
masih tanyang di MNC TV adalah film
animasi Upin dan
Ipin yang tanyang
setiap dan selalu
berpindah jam tanyangnya.
Film tersebut menceritakan tentang bocah kembar yang bernama Upin
dan Ipin yang
lucu, polos, cerdas
dan juga menggemaskan.
Dalam ceritanya berisi
tentang aspek kebudayaan Malaysia yang
berlatarkan sebuah kampung
yang sederhana. Sejak
serial pertamanya diputar
tanggal 14 September 2007 Upin dan Ipin ditayangkan
khusus untuk menyambut bulan Ramadhan tahun
2007, tujuannya untuk
mendidik anak-anak mengenai
arti dan pentingnya bulan suci
Ramadhan. Film Upin dan Ipin menarik perhatian diberbagai
negara, Turki, Brunai,
Malaysia dan salah
satunya di negara Indonesia.
Anak-anak saja menyukai
film Upin dan
Ipin, bahkan remaja, hingga
orang tua pun
juga menyukai film
Upin dan Ipin.
Sambutan positif dari pemirsa, membuat MNC TV kembali menayangkan di bulan Ramadhan setahun kemudian. Tidak hanya di serial
televisi, tokoh Upin dan Ipin dibuat film layar
lebar yang berjudul
“Geng Pengembaraan Bermula”
dan “kembara ke pulau harta karun
(Adipedia. 2008 : 14 Juni 2010).
Cerita yang
digambarkan dalam film
Upin dan Ipin
ini tidak hanya menawarkan hiburan
saja, tetapi juga
memberikan pelajaran dan nilai-nilai moral,
agama, etika, dan
budaya. Pelajaran yang
diceritakan dalam per episode
film Upin dan Ipin adalah esok puasa, terawih, esok raya, anak bulan, dugaan, dan tidak boleh berbuat tamak turut
diajarkan dalam film ini. Saat ini sulit
didapatkan dari film animasi yang tanyang di televisi (Prasetya. 2008 : 14
juni 2010).
Berdasarkan latar
belakang, penulis ingin
mengetahui kandungan dakwah
dalam film Upin
dan Ipin dengan
mengangkat judul penelitian “NILAI-NILAI DAKWAH DALAM FILM UPIN DAN
IPIN EPISODE 1-10 DI MNC TV” 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar
belakang di atas,
pertanyaan dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui kandungan makna nilai dakwah
film Upin dan Ipin episode 1-10 di MNC
TV? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan makna nilai dakwah
dalam film Upin dan Ipin Episode 1-10 di MNC TV.
1.3.2. Manfaat Penelitian Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan
manfaat, baik teoritis maupun praktis.
1. Secara
teoritis penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi khasanah
pengembangan dakwah khususnya Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
yang mempunyai konsentrasi pada bidang
penyiaran.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan
mampu menjadi tolak ukur bagi para
da’i khususnya dan
umat Islam pada
umumnya dalam melaksanakan
aktivitas dakwah, salah
satunya melalui film animasi.
1.4.
Tinjauan Pustaka Dalam
penelitian ini, penulis
akan mendeskripsikan pada
penelitian lain yang berbentuk
skripsi yang ada relevansinya dengan judul di atas.
1.4.1. Skripsi
Ani Amaliyah (2009)
dengan judul “Muatan
Dakwah Dalam Sinetron
Lorong Waktu 4
Episode 1-4 Di
SCTV”. Bertujuan mengetahui muatan dakwah dalam sinetron lorong
waktu 4 episode 1-4 dalam dakwah
saat ini. Untuk
meneliti muatan dakwah
dalam sinetron lorong waktu
penulis menggunakan kontogensi sebagai tehnik analisis
data. Sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan semiotik.
Penulis merasa
perlu mengkaji lebih
dalam terhadap muatan
dakwah tersebut. Dimana
untuk dapat mengetahui
muatan dakwah sinetron Lorong
Waktu 4, episode
1-4 sebagai salah
satu media komunikasi yang
didirikan oleh sebagian
anggota DGCS (Demi
Gissela Citra Sinema)
yang dapat dimanfaatkan
kegunaannya untuk kelangsungan proses dakwah Islamiah.
1.4.2. Skripsi
Fitri Nur Inayah
(2005) dengan judul
Pesan-Pesan Dakwah dalam
sinetron “Para Pencari
Tuhan Jilid 1
Di SCTV (Analisis Terhadap Episode 1-5). Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui pesan dakwah
yang terkandung di
dalamnya yang merupakan gambaran terhadap fenomena kehidupan
masyarakat Indonesia dengan segala keterbatasannya. Pada
intinya skripsi Fitri
Nur Inayah yang bertujuan untuk
memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dalam bidang dakwah Islamiyah melalui media
televisi yang dikemas dalam bentuk
sinetron.
1.4.3. Skripsi
Aziz Syarifudin (2002)
dengan judul “Nilai-Nilai
Dakwah Dalam Misteri Gunung Merapi
Episode 1-5 Di INDOSIAR” penelitian ini untuk
mengetahui sasaran dakwah
yang hendak dicapai
dalam sinetron misteri
gunung merapi kemantapan
aqidah, muamalah, persatuan dan kesatuan baik yang dilakukan
dengan cara lisan maupun perbuatan. Dan
penonjolan dakwah Islamiyah
dalam sinetron tidak selalu berupa
ayat-ayat Al-qur’an dan
penampilan jubah dan
sorban.
Tetapi menampilkan
sosok yang berperilaku
muslim dengan konflik sosialnya.
Semua penelitian
di atas mempunyai
kesamaan dan perbedaan.
Persamaan peneliti
dengan penelitian sebelumnya
adalah obyeknya yaitu sama-sama
meneliti tentang film. Sedangkan
perbedaannya adalah dari segi pembahasannya yaitu peneliti sebelumnya
meneliti tentang muatan dan pesan dakwah dalam
film. Sedangkan penelitian
ini ingin mengetahui
kandungan makna nilai dakwah dalam film Upin dan Ipin
per episodenya. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik Ferdinand De Saussure di bagi menjadi 2 bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier)
dan pertanda (signified). Dengan spesifikasi
penelitian ini akan menjawab permasalahan
yang terdapat dalam perumusan masalah
yang akan teraktualisasi dalam
bahasa, simbol-simbol dan nilai psikologis, sosiologis dan antropologisnya.
1.5.
Metode Penelitian 1.5.1. Jenis
dan Pendekatan Penelitian a. Jenis
Penelitian Jenis penelitian yang penulis
lakukan adalah jenis penelitian kualitatif,
yakni penelitian yang tidak menggunakan statistik dalam pengumpulan
data dan memberikan
penafsiran terhadap hasilnya (Suharsimi, 2002 : 10). Penelitian
kualitatif ini akan menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis dan bukan
angka. Hal ini merujuk
pendapat Bogdan dan
Taylor serta Lexy
Moloeng.
Bogdan dan
Taylor mendifinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa katakata tertulis
atau lisan (Moloeng,
2004 : 3).
Sedangkan Moloeng (2004
: 6) mengemukakan
bahwa data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.
b. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang
penulis gunakan dalam
penelitian adalah pendekatan semiotik,
analisis Ferdinand De
Saussure yaitu pendekatan
strukturalis. Pendekatan strukturalis
tidak hanya digunakan dalam permasalahan penafsiran sebuah
karya seni musik saja. Strukturalis
juga dapat digunakan
dalam film, salah
satunya film animasi.
Menurut Van Zoest,
film dibangun dengan
tanda.
Maksudnya tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama
dengan baik untuk
mencapai efek yang
diharapkan, seperti dalam
film menciptakan imajinasi
dan sistem penandaan (Sobur, 2004 : 128).
Pendekatan strukturalis
adalah suatu cara
berfikir tentang dunia
yang secara khusus
memperhatikan persepsi dan
deskripsi mengenai struktur
(Budiman, 1999 : 111). Bahasa sebagai
struktur adalah merupakan
alat komunikasi yang
terpenting dalam kehidupan
manusia. Bahasa diletakkan
sebagai medium manusia dalam
berhubungan dengan dunia
luar. Kata-kata yang
dibentuk dalam bahasa diungkapkan
melalui satu sistem perlambangan yang dapat
difahami secara lisan maupun tulisan. Kesemua ini terungkap dalam
penuturan, gerak laku
maupun perbuatan, Lambanglambang yang digunakan dalam bahasa
(Kariono. 2008: November 2010). Sedangkan semiotika adalah suatu ilmu
atau metode analisis untuk mengkaji
tanda (Sobur, 2004 : 15).
Kesimpulannya semiotik struktural adalah semiotik yang khusus
menelaah sistem tanda yag dimanifestasikan
melalui struktur bahasa (Sobur. 2004 : 101).
Pada dasarnya
film dibangun dengan
banyak tanda, yang bekerja
sangat baik dalam upaya mencapai suatu efek yang dicapai (Sobur,
2003: 128). Tanda tersebut
menurut Saussure mempunyai tiga wajah:
tanda itu sendiri
(sign), aspek material
(yang berupa suara,
huruf, bentuk, gambar,
gerak) dari tanda
yang berfungsi menandakan
atau yang menghasilkan
oleh aspek material (signifier),
dan aspek mental
atau konseptual yang
ditunjuk oleh aspek
material (signified) (Sunardi,
2002 : 47-48).
Film Yang paling
penting adalah gambar
dan suara: kata
yang diucapkan (ditambah
dengan suara-suara lain
yang serentak mengiringi gambar-gambar)
dalam musik film.
Sistem semiotika yang
lebih penting lagi
dalam film adalah
digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni
tanda-tanda yang menggambarkan
sesuatu (Sobur, 2004 :
128).
Film merupakan transformasi
dari kehidupan manusia,
di mana gambaran-gambaran nilai
manusia terlihat jelas.
Kehidupan manusia penuh
dengan nilai simbol-simbol
yang mempunyai makna
dan arti yang
berbeda-beda, lewat simbol-simbol
tersebut film memberikan
lewat bahasa visualnya agar mempunyai makna yang lain (2004 : 80).
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi