Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Siyasah:TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PEREDARAN SEDIAAN FARMASI TANPA IZIN EDAR MENURUT UU NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN


BAB I  PENDAHULUAN  
A.  Latar Belakang Masalah  Hutan  adalah  suatu  lapangan  pertumbuhan  pohon-pohon  yang  secara  keseluruhan  merupakan  persekutuan  hidup  alam  hayati  beserta  alam  lingkungannya  dan  ditetapkan  oleh  pemerintah  sebagai  hutan.
   Hutan  sebagai  salah satu penentu penyangga kehidupan dan sumber kesejahteraan rakyat. Oleh  sebab  itu  eksistensinya  harus  dijaga  terus-menerus  dan  dikelola  dengan  baik  untuk  dipergunakan  membangun  bangsa  dan  negara  karena  merupakan  aset  terbesar dari negara.
 Sumber daya alam  hayati Indonesia dan  ekosistemnya  yang  mempunyai  kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan. Unsur-unsur sumber daya alam  hayati dan ekosistemnya pada dasarnya saling tergantung satu sama lain sehingga  kerusakan  akan  berakibat  terganggunya  ekosistem.  Kerusakan  ekosistem  hutan  telah memberikan dampak pada korservasi lahan maupun kelangkaan sumber air  maupun  mata  air.  Kecenderungan  ini  telah  tampak  dari  indikator  menurunya  kualitas  lingkungan  hidup karena tekanan penduduk  maupun  bencana alam dan   Alam Setia Zain, Hukum Lingkungan Konservasi Hutan, cet I, (Jakarta : PT Rineka Cipta,  1997), 1.

  Edited withthe trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: www.foxitsoftware.com/shopping 2  pemanfaatan  berlebihan  sumber  daya  alam  yang  melampaui  daya  dukung  lingkungannya.
 Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa : “Bumi  dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh Negara  dan  di  pergunakan  untuk  sebesar-besar  kemakmuran  rakyat.”   Sebagai  Negara  yang berdaulat, Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar di samping untuk  menjaga  kedaulatan  secara  fisik,  berarti  kerukunan  rakyat  dan  menjaga  kedaulatan alam berupa kelestarian lingkungan.
 Kawasan  hutan  adalah  wilayah-wilayah  tertentu  yang  ditetapkan  pemerintah  untuk  dipertahankan  sebagai  kawasan  hutan  tetap.
   Kini  kawasan  hutan  Indonesia  tercatat  hanya  seluas  104.876.635  atau  sekitar  54,5%  dari  keseluruan  total  luas  daratan.  Diantaranya,  kawasan  suaka  alam  dan  kawasan  pelestarian alam perairan dan daratan. Kawasan hutan tersebut terbagi dalam dua  kategori. Pertama, kawasan suaka alam yang terdiri atas cagar alam, keduasuaka  margasatwa.  Kawasan  hutan  pelestarian  alam  meliputi  Taman  Wisata,  Taman  baru, Taman Nasional, dan Taman Hutan Raya.
  Taman Hutan Raya R.Soerjo merupakan kawasan pelestarian alam untuk  bertujuan  untuk  mengoleksi  tumbuhan  dan  atau  satwa  yang  alami  atau  buatan,  jenis  asli  atau  dan  bukan  asli  yang  dimanfaatkan  bagi  kepentingan  penelitian,   Republik Indonesia, Undang-undang Dasar 1945, Bab XIV , Pasal 33 ayat 3.
  Alam Setia Zain, Hukum Lingkungan Konservasi Hutan, 2.
  Supriadi, Hukum  Kehutanan  dan  Hukum  Perkebunan  di  Indonesia,  cet  II,  (Jakarta  :  Sinar  Grafika, 2011), 5.
 Edited withthe trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: www.foxitsoftware.com/shopping 3  ilmu  pengetahuan,  pendidikan,  penunjang  budidaya,  pariwisata  dan  rekreasi.
 Penyebab  bencana  kebakaran  hutan  hampir  90%  ulah  manusia,  sisanya  karena  faktor  alam.
   Kondisi  hutan  saat  ini  jauh  berbeda  jika  dibandingkan  dengan  masa-masa  lalu.  Perusakan  hutan  merupakan  suatu  tindakan  yang  melawan  hukum  berupa  pelanggaran  atau  kejahatan.
   Pasalnya  antara  lain,  merusak  prasarana  dan  sarana  perlindungan  hutan,  memasuki  kawasan  hutan  tanpa  izin,  dan  kewenangan  yang  sah,  melakukan  kegiatan  yang  berakibat  rusaknya  kawasan hutan yang dijelaskan dalam pasal 50 Undang-undang nomor 41 Tahun  1999 tentang Kehutanan.
  Perbuatan-perbuatan pidana menurut sistem KUHP dibagi atas kejahatan  (misdrijven)  dan  pelanggaran  (overtredingen).
   Tindak  pidana  dalam  bahasa  belanda strafbaar  feit,  dalam  bahasa  asing  yaitu delict.  Tindak  pidana  berarti  suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukum pidana. Dan pelaku ini  dapat dikatakan merupakan “subjek” tindak pidana.
  Tindak  Pidana  Kehutanan  (Tipihut)  adalah  perbuatan  yang  dilarang  peraturan kehutanan dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya,  dengan  ancaman  sanksi  pidana  bagi  barang  siapa  yang  karena  kesalahannya   STAF PROV.JATIM, “Isu Strategis,” dalam http://pusdaling.jatimprov.go.iddiakses 16 Juni  2011.
  Alam Setia Zain, Hukum Lingkungan Konservasi,6.
  Ibid.
  Wirjono Projodikoro, Asas-Azas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung : PT Eresco, 1981),  30.
  Ibid.,55.
 Edited withthe trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: www.foxitsoftware.com/shopping 4  melanggar  larangan  tersebut.
   Pelaku  tindak  pidana  kehutanan  dilakukan  oleh  perorangan  maupun  Korporasi.  Tindak  pidana  kehutanan  yang  dilakukan  oleh  perorangan  biasanya  merusak  hutan  relatif  lebih  kecil  kuantitasnya  dan  dilatar  belakangi  adanya  motivasi  untuk  mempertahankan  kehidupan  dan  untuk  mencukupi  kebutuhan  hidupnya  saja..  Pelaku  tindak  pidana  korporasi  berorientasi  profit  dalam  melakukan  tindak  pidana  tersebut.  Dari  sisi  kuantitasnya pun relatif besar.
 Salah  satunya  contoh  kasus  di  Pengadilan  Negeri  Mojokerto.  Pada  awalnya  terdakwa  Bagus  Ardiansah  Prahmana  Putra  Bin  Rais  pada  hari  Sabtu  tanggal 26 Nopember 2011 sekitar pukul 06.00 wib berangkat ke hutan sentono  yang  terletak  dikawasan  hutang  lindung  Balai  Konservasi  Taman  Hutan  Raya  (Tahura)  Dinas  Kehutanan  Provinsi  Jawa  Timur  dengan  tujuan  mengambil  rebung  sambil  membawa  peralatan  berupa  karung  plastik  dan  bendo/sabit,  setelah  tiba  di  hutan  sentono  selanjutnya  terdakwa tanpa  ijin  dari  Pejabat  yang  berwenang  yaitu  Dinas  Kehutanan  Propinsi  jawa  Timur  memungut  hasil  hutan  berupa  rebung  dengan  cara  rebung  tersebut  dipotong  dan  dikupas  kemudian  dimasukkan kedalam 1 karung plastik dengan berat lebih kurang 60 (enam puluh)  kilogram dan di jual dengan harga Rp.2.000,- (dua ribu rupiah) perkilogramnya  dan pada saat ditanya tentang dokumen atau izin pihak yang berwenang terdakwa  tidak  bisa  menunjukkannya,  selanjutnya  terhadap  terdakwa  beserta  barang    Harianto, “Tindak Pidana Kehutanan”dalam http://blogmhariyanto.blogspot.comdiakses  April 2010.
 Edited withthe trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove this notice, visit: www.foxitsoftware.com/shopping 5  buktinya  dibawa  ke  Polsek  Gondang  guna  diproses  lebih  lanjut.  Perbuatan  terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 78 ayat (5) (15) jo.
 Pasal  50  ayat  (3)  huruf  e  Undang  undang  Nomor  41  tahun  1999  tentang  Kehutanan. Dalam Berita Acara Pidana (BAP) terdakwa mengaku telah mencuri  rebung sebanyak 3 kali dan nilai dari kuantitasnya relatif kecil.
  Tindak pidana  memungut hasil hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang  sama  halnya  dengan  mengambil  sesuatu  secara  diam-diam,  dalam  hal  ini  termasuk dalam tindak pidana pencurian.
 Hukum  Pidana  Indonesia  memandang,  bahwa  tindak  pidana  kehutanan  merupakan perbuatan yang dapat di pidana, karena telah memenuhi unsur-unsur  perbuatan pidana. Pertama, unsur subyektif yaitu unsur yang berasal dalam diri  pelaku yang meliputi perbuatan yang di sengaja (Dolus). Kedua, unsur obyektif  yaitu  faktor-faktor  penunjang  atau  akibat  perbuatan  manusia,  keadaan-keadaan,  adanya  sifat  melawan  hukum.
   Secara  normatif,  setiap  pelanggaran  yang  dilakukan  oleh  pelaku  Pelanggaran  Konservasi  Taman  Hutan  Raya  R.Soerjo  akan  dikenai  sanksi-sanksi  baik  sanksi  adminitratif  maupun  sanksi  pidana  sebagaimana  yang  tertera  dalam  ketentuan  diatas.  Perbuatan  yang  bertentangan  dengan  tujuan  untuk  menciptakan  pelestarian  Kawasan  Taman  Hutan  Raya  R.Soerjo.
  Direktori  Putusan  Mahkamah  Agung  Republik  Indonesia  Nomor  52  /  Pid.  B/  2012  /  PN.
 Mkt., perihal Pidana Biasa, 4 April 2012.
  I wayan Suandra, Hukum Pertanahan Indonesia, (Jakarta : PT Rineke Cipta, 1991), 48.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi