Kamis, 28 Agustus 2014

Skripsi Syariah: PEMIKIRAN M. DAWAM RAHARDJO TENTANG MANAJEMEN ISLAMI

BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
Manajemen  sama  tuanya  dengan  peradaban  di  Yunani  kuno  dan Kerajaan Romawi. Abad XX di negara-negara yang maju mulai muncul suatu cabang  ilmu pengetahuan  yaitu  manajemen.  Sepanjang  abad  19  dan  20, banyak  peneliti  yang  tertarik  pada  menajemen  yang  mengarahkan perhatiannya  pada  prilaku  manusia.  Dalam  penelitiannya  menggunakan peralatan yang baru dan utama terhadap manajemen, seperti pemusatan pada pengambilan  keputusan  dan  analisa  sistem-sistem  ke  dalam  arus  utama pemikiran manajemen.

 Dengan  perkembangan  tersebut,  manajemen  dapat  berkiprah  dan dikembangkan. Melihat perkembangan manajemen di atas tentunya turut pula mempengaruhi  sikap  dan  jangkauan  manajemen  sebagaimana  yang  telah dirumuskan oleh pakar manajemen itu sendiri.
 Untuk  melaksanakan  kewajiban,  para  “penguasa”  atau  “pengusaha” harus  menjalankan  manajemen  yang  baik  dan  sehat.  Manajemen  yang  baik harus  memenuhi  syarat-syarat  yang  tidak  boleh  ditinggalkan  (conditio  sine qua non) demi mencapai hasil tugas yang baik. Oleh karena itu para penguasa  G.R.  Terry  dan  L.W.  Rue, Dasar-Dasar  Manajemen,  terj.  G.A.  Tieoalu,  Jakarta:  PT Bina Aksara, 1988, hlm. 3.
 Panglaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta: Ghalian Indonesia, 2008, hlm. 15.
 Mahmuddin, Manajemen Dakwah Rasulullah, Jakarta: Restu Illahi, 2004, hlm. 18-19.
 atau pengusaha wajib mempelajari ilmu manajemen. Apalagi bila prinsip atau teknik manajemen itu terdapat atau diisyaratkan dalam al-Qur' an atau hadis.
Beberapa  prinsip  atau  kaidah  dan  teknik  manajemen  yang  ada relevansinya  dengan  al-Qur'an  atau  hadis  antara  lain  sebagai  berikut:  1) prinsip amar ma’ruf nahi munkar; 2) kewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan; dan 3) kewajiban menyampaikan amanah.
 Masalah  "manajemen"  pada  waktu  ini  makin  lama  makin  mendapat perhatian  yang  cukup  luas  dan  amat  menggembirakan  dari  semua  kalangan, baik  sipil  maupun  militer,  pemimpin-pemimpin  pemerintahan  maupun organisasi swasta, para sarjana maupun mahasiswa dari berbagai cabang ilmu pengetahuan  dan  sebagainya.  Hal  ini  berarti  makin  jelas  adanya kecenderungan  dari  sebagian  besar  masyarakat  untuk  berusaha  keras memperbaiki  kemampuan-kemampuannya  dalam  mencapai  tujuan  hidupnya baik secara individu maupun kelompok.
Bagi  bangsa  Indonesia,  ini  suatu  pertanda  yang  benar-benar menggembirakan,  mengingat  pada  masa  reformasi  ini  memang  bertekad memperbaiki  kesalahan-kesalahan  masa  lampau  untuk  benar-benar membangun  guna  tercapainya  masyarakat  Indonesia  yang  adil  dan  makmur berdasarkan  Pancasila.  Di  situlah  masalah  "manajemen"  memegang  peranan yang sangat penting guna tercapainya tujuan pembangunan.
  Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alfabet, 2003, hlm. 94.
 Ibid., hlm. 94-96.
 Susilo  Martoyo, Pengetahuan  Dasar  Manajemen  dan  Kepemimpinan,  Yogyakarta: BPFE, 2006, hlm. 1.
 Proses-proses  manajemen  pada  dasarnya  adalah  perencanaan  segala sesuatu  secara  mantap  untuk  melahirkan  keyakinan  yang  berdampak pada melakukan  sesuatu  sesuai  dengan  aturan  serta  memiliki  manfaat.
 Yang dibahas  dalam  manajemen  syari'ah  adalah pertama,  perilaku  yang  terkait dengan  nilai-nilai  keimanan  dan  ketauhidan. Kedua,  adalah  struktur organisasi, dan ketiga, adalah sistem.
 Meski  semua  ekonom  mengenal  Adam  Smith  dan  buku Wealth  of Nations-nya,  hanya  segelintir  yang  membacanya  dengan  teliti.  Dalam  buku itu,  Adam  Smith  mengutip  laporan  perjalanan  Doktor  Pocock  yang menjelaskan  rahasia  kesuksesan  para  pedagang  Arab.  Keberhasilan  mereka, tulis  Smith,  terletak  pada  keramahan  dan  kemurah-hatiannya.  Tepatnya,  ia menulis, "Ketika mereka memasuki sebuah kota, mereka mengundang orangorang di jalan, baik kaya maupun miskin, untuk makan bersama dengan duduk bersila.  Mereka  memulai  makan  dengan  mengucapkan  bismillah  dan mengakhirinya dengan ucapan hamdallah.
 Ratusan  tahun  kemudian,  umat  Islam  seakan  meninggalkan  konsep manajemen  yang  telah membuat  dunia  terkesima  ini.  Syukurlah,  belakangan ini sejumlah mujtahid Islam mulai menggali kembali khazanah keilmuan ini.
 Untuk mengkaji keberadaan konsep manajemen Islam, para intelektual muslim  masih  mempunyai  dua  pandangan,  kelompok  pertama  menganggap  Didin  Hafidhuddin  dan  Hendri  Tanjung, Manajemen  Syariah  dalam  Praktek,  Jakarta: Gema insani, 2003, him.
 Ibid., him. 5, 8, 9.
 Adiwarman  Karim, Ekonomi  Islam  Suatu  Kajian  Kontemporer,  Jakarta:  Gema  Insani, 2010, hlm. 170.
 Ibid  bahwa tidak ada konsep manajemen Islam, ekonomi Islam dan lain-lain. Islam tidak  sampai  menggariskan  konsep  sedetail  itu.  Dipihak  lain  para  ahli menganggap bahwa Islam memiliki konsep ekonomi, manajemen Islam baik sebagai ilmu, seni ataupun sifat.
 Sehubungan  dengan  dua  pandangan  tersebut,  M.  Dawam  Rahardjo  sebagai  pakar  yang  berlatar  belakang  disiplin  ilmu  ekonomi  dan  pakar manajemen  menyatakan  bahwa  dalam  rangka  mencari  konsep  manajemen Indonesia,  antara  lain  dengan  menggali  nilai-nilai  budaya  tradisional  yang ditafsirkan secara baru, dalam hal ini ajaran “moral ekonomi Islam” menjadi sangat relevan. Menurutnya, dari ajaran Islam konsep yang paling relevan bagi persoalan  manajemen  dan  konsep  tentang  seorang  manajer  adalah  doktrin khalifah sebagaimana dilukiskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30-33:  ْ Prof.Dr.Mohammad  Dawam  Rahardjo,  lahir  di  Solo,  Jawa  Tengah,  20  April  1942.
Beliau sarjana ekonomi dari UGM yang turut membidani lahirnya ICMI pada tahun 1990. Menjadi wakil  Ketua  Dewan  Pakar  pada  priode  pertama,  dilanjutkan  sebagai  Ketua  ICMI  Pusat  pada periode  berikutnya.  Saat  ini  selain  sebagai  Rektor  UNISMA  Bekasi  (Jakarta  Timur),  Dawam masih aktif di Lembaga Studi Agama dan Filsafat serta International Isntitute of Islamic Thought.
Lihat  M.  Dawam  Rahardjo,  dkk, Sepercik  Pemikiran  tentang  Ekonomi  Islam,  Yogyakarta: Ananda,  2005,  hlm.  1. M. Dawam  Rahardjo, Ensiklopedi  Al-Qur’an:  Tafsir  Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 2009, hlm. 1.
 Artinya:  “Ingatlah  ketika  Tuhanmu  berfirman  kepada  para malaikat: "Sesungguhnya  Aku  hendak  menjadikan  seorang  khalifah  di  muka bumi".  Mereka  berkata:  "Mengapa  Engkau  hendak  menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji  Engkau  dan  menyucikan  Engkau?"  Tuhan  berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Dan Dia  mengajarkan  kepada  Adam  nama-nama  (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:  "Sebutkanlah  kepada-Ku  nama  benda-benda  itu  jika kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui  lagi  Maha  Bijaksana.  Allah  berfirman:  "Hai  Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya  kepada  mereka  nama-nama  benda  itu,  Allah berfirman:  "Bukankah  sudah  Ku  katakan  kepadamu,  bahwa sesungguhnya  Aku  mengetahui  rahasia  langit  dan  bumi  dan mengetahui  apa  yang  kamu  lahirkan  dan  apa  yang  kamu sembunyikan?"  Terhadap  ayat  di  atas,  menurut  Dawam  Rahardjo  bahwa  penafsiran dari  sudut  ilmu  manajemen  akan  merefleksikan  (mencerminkan)  pengertian bahwa  yang  disebut khalifah itu  tidak  lain  adalah  seorang  manajer  sumbersumber kehidupan manusia.
 Lebih lanjut Dawam Rahardjo menyatakan, inti dari karakteristik seorang khalifah adalah memegang “amanat”, maka kualitas seorang  manajer  yang  dikehendaki  oleh  ajaran  Islam  adalah  melaksanakan amanat. Kualitas lain seorang khalifah adalah mengambil keputusan di antara manusia,  dengan  cara-cara  yang  benar.  Nilai-nilai  yang  relevan  dengan masalah manajemen adalah seperti, konsep hemat dan tidak boros, pencatatan dalam  kontrak  niaga,  sabar  dan  ulet,  memelihara ukhuwah/persaudaraan,  Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Surya Cipta Aksara, 1993, hlm. 13.
 M. Dawam Rahardjo, Etika  Ekonomi  dan Manajemen, Yogyakarta: PT  Tiara Wacana Yogya, 2006, hlm. 100.
 menjaga waktu, bersikap adil, berpikir positif (husnudzon), amar ma’ruf nahi munkar, tawakal, dan lain sebagainya.
 Merujuk  pada  keterangan  Dawam  Rahardjo,  masalah  yang  muncul yaitu  kenyataan  menunjukkan  bahwa  tidak  sedikit  umat  Islam  yang  tidak mengamalkan  konsep  manajemen  Islam,  padahal  konsep  manajemen  Barat banyak kesamaannya dengan ajaran Islam. Dengan kata lain, mengapa masih ada  yang  meragukan  keberadaan  konsep  manajemen  dalam  Islam  meskipun hanya  bersifat  global  dan  hanya  prinsip-prinsip  yang  mendasar  saja.  Sejauh mana sumbangsih Islam terhadap konsep manajemen Indonesia? Berdasarkan  uraian  tersebut  peneliti  memilih  judul: Pemikiran M.
Dawam Rahardjo tentang Manajemen Islami B. Perumusan Masalah.
Bertitik  tolak  dari  uraian  itu, maka  timbul  rumusan  masalah  dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Bagaimana pemikiran M. Dawam Rahardjo tentang manajemen Islami? 2. Bagaimana  pemikiran M.  Dawam  Rahardjo tentang manajemen dalam konteks Indonesia saat ini? C. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk  mengetahui pemikiran M.  Dawam  Rahardjo  tentang  manajemen Islami  Ibid., hlm.102-1  2. Untuk  mengetahui relevansi  pemikiran  M.  Dawam  Rahardjo  tentang manajemen Islami dalam konteks Indonesia saat ini.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi