BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
Manajemen sama
tuanya dengan peradaban
di Yunani kuno
dan Kerajaan Romawi. Abad XX di negara-negara yang maju mulai muncul
suatu cabang ilmu pengetahuan yaitu
manajemen. Sepanjang abad
19 dan 20, banyak
peneliti yang tertarik
pada menajemen yang
mengarahkan perhatiannya
pada prilaku manusia.
Dalam penelitiannya menggunakan peralatan yang baru dan utama
terhadap manajemen, seperti pemusatan pada pengambilan keputusan
dan analisa sistem-sistem
ke dalam arus
utama pemikiran manajemen.
Dengan
perkembangan tersebut, manajemen
dapat berkiprah dan dikembangkan. Melihat perkembangan
manajemen di atas tentunya turut pula mempengaruhi sikap
dan jangkauan manajemen
sebagaimana yang telah dirumuskan oleh pakar manajemen itu
sendiri.
Untuk
melaksanakan kewajiban, para
“penguasa” atau “pengusaha” harus menjalankan
manajemen yang baik
dan sehat. Manajemen
yang baik harus memenuhi
syarat-syarat yang tidak
boleh ditinggalkan (conditio
sine qua non) demi mencapai hasil tugas yang baik. Oleh karena itu para
penguasa G.R. Terry
dan L.W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen,
terj. G.A. Tieoalu,
Jakarta: PT Bina Aksara, 1988,
hlm. 3.
Panglaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu
Pengantar, Jakarta: Ghalian Indonesia, 2008, hlm. 15.
Mahmuddin, Manajemen Dakwah Rasulullah,
Jakarta: Restu Illahi, 2004, hlm. 18-19.
atau pengusaha wajib mempelajari ilmu
manajemen. Apalagi bila prinsip atau teknik manajemen itu terdapat atau
diisyaratkan dalam al-Qur' an atau hadis.
Beberapa prinsip
atau kaidah dan
teknik manajemen yang
ada relevansinya dengan al-Qur'an
atau hadis antara
lain sebagai berikut:
1) prinsip amar ma’ruf nahi munkar; 2) kewajiban menegakkan kebenaran
dan keadilan; dan 3) kewajiban menyampaikan amanah.
Masalah
"manajemen" pada waktu
ini makin lama
makin mendapat perhatian yang
cukup luas dan
amat menggembirakan dari
semua kalangan, baik sipil
maupun militer, pemimpin-pemimpin pemerintahan
maupun organisasi swasta, para sarjana maupun mahasiswa dari berbagai
cabang ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Hal ini berarti
makin jelas adanya kecenderungan dari
sebagian besar masyarakat
untuk berusaha keras memperbaiki kemampuan-kemampuannya dalam
mencapai tujuan hidupnya baik secara individu maupun kelompok.
Bagi bangsa
Indonesia, ini suatu
pertanda yang benar-benar menggembirakan, mengingat
pada masa reformasi
ini memang bertekad memperbaiki kesalahan-kesalahan masa
lampau untuk benar-benar membangun guna
tercapainya masyarakat Indonesia
yang adil dan
makmur berdasarkan
Pancasila. Di situlah
masalah "manajemen" memegang
peranan yang sangat penting guna tercapainya tujuan pembangunan.
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alfabet,
2003, hlm. 94.
Ibid., hlm. 94-96.
Susilo
Martoyo, Pengetahuan Dasar Manajemen
dan Kepemimpinan, Yogyakarta: BPFE, 2006, hlm. 1.
Proses-proses
manajemen pada dasarnya
adalah perencanaan segala sesuatu secara
mantap untuk melahirkan
keyakinan yang berdampak pada melakukan sesuatu
sesuai dengan aturan
serta memiliki manfaat.
Yang dibahas
dalam manajemen syari'ah
adalah pertama, perilaku yang
terkait dengan nilai-nilai keimanan
dan ketauhidan. Kedua, adalah
struktur organisasi, dan ketiga, adalah sistem.
Meski
semua ekonom mengenal
Adam Smith dan
buku Wealth of Nations-nya, hanya
segelintir yang membacanya
dengan teliti. Dalam
buku itu, Adam Smith
mengutip laporan perjalanan
Doktor Pocock yang menjelaskan rahasia
kesuksesan para pedagang
Arab. Keberhasilan mereka, tulis
Smith, terletak pada
keramahan dan kemurah-hatiannya. Tepatnya,
ia menulis, "Ketika mereka memasuki sebuah kota, mereka mengundang
orangorang di jalan, baik kaya maupun miskin, untuk makan bersama dengan duduk bersila. Mereka
memulai makan dengan
mengucapkan bismillah dan mengakhirinya dengan ucapan hamdallah.
Ratusan
tahun kemudian, umat
Islam seakan meninggalkan
konsep manajemen yang telah membuat
dunia terkesima ini.
Syukurlah, belakangan ini
sejumlah mujtahid Islam mulai menggali kembali khazanah keilmuan ini.
Untuk mengkaji keberadaan konsep manajemen
Islam, para intelektual muslim
masih mempunyai dua
pandangan, kelompok pertama
menganggap Didin Hafidhuddin
dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah
dalam Praktek, Jakarta: Gema insani, 2003, him.
Ibid., him. 5, 8, 9.
Adiwarman
Karim, Ekonomi Islam Suatu
Kajian Kontemporer, Jakarta:
Gema Insani, 2010, hlm. 170.
Ibid bahwa
tidak ada konsep manajemen Islam, ekonomi Islam dan lain-lain. Islam tidak sampai
menggariskan konsep sedetail
itu. Dipihak lain
para ahli menganggap bahwa Islam
memiliki konsep ekonomi, manajemen Islam baik sebagai ilmu, seni ataupun sifat.
Sehubungan
dengan dua pandangan
tersebut, M. Dawam
Rahardjo sebagai pakar
yang berlatar belakang
disiplin ilmu ekonomi
dan pakar manajemen menyatakan
bahwa dalam rangka
mencari konsep manajemen Indonesia, antara
lain dengan menggali
nilai-nilai budaya tradisional
yang ditafsirkan secara baru, dalam hal ini ajaran “moral ekonomi Islam”
menjadi sangat relevan. Menurutnya, dari ajaran Islam konsep yang paling
relevan bagi persoalan manajemen dan
konsep tentang seorang
manajer adalah doktrin khalifah sebagaimana dilukiskan dalam
al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30-33: ْ Prof.Dr.Mohammad Dawam
Rahardjo, lahir di
Solo, Jawa Tengah,
20 April 1942.
Beliau sarjana ekonomi dari UGM
yang turut membidani lahirnya ICMI pada tahun 1990. Menjadi wakil Ketua
Dewan Pakar pada
priode pertama, dilanjutkan
sebagai Ketua ICMI
Pusat pada periode berikutnya.
Saat ini selain
sebagai Rektor UNISMA
Bekasi (Jakarta Timur), Dawam masih aktif di Lembaga Studi Agama dan
Filsafat serta International Isntitute of Islamic Thought.
Lihat M.
Dawam Rahardjo, dkk, Sepercik
Pemikiran tentang Ekonomi
Islam, Yogyakarta: Ananda, 2005,
hlm. 1. M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an:
Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep
Kunci, Jakarta: Paramadina, 2009, hlm. 1.
Artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi". Mereka
berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan menyucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui". Dan Dia
mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu
jika kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab:
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. Allah
berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama
benda ini". Maka setelah diberitahukannya
kepada mereka nama-nama
benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah
Ku katakan kepadamu,
bahwa sesungguhnya Aku mengetahui
rahasia langit dan
bumi dan mengetahui apa
yang kamu lahirkan
dan apa yang
kamu sembunyikan?" Terhadap ayat
di atas, menurut
Dawam Rahardjo bahwa
penafsiran dari sudut ilmu
manajemen akan merefleksikan
(mencerminkan) pengertian bahwa yang
disebut khalifah itu tidak lain
adalah seorang manajer
sumbersumber kehidupan manusia.
Lebih lanjut Dawam Rahardjo menyatakan, inti dari
karakteristik seorang khalifah adalah memegang “amanat”, maka kualitas seorang manajer
yang dikehendaki oleh
ajaran Islam adalah
melaksanakan amanat. Kualitas lain seorang khalifah adalah mengambil
keputusan di antara manusia, dengan cara-cara
yang benar. Nilai-nilai
yang relevan dengan masalah manajemen adalah seperti,
konsep hemat dan tidak boros, pencatatan dalam
kontrak niaga, sabar
dan ulet, memelihara ukhuwah/persaudaraan, Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Surabaya: Surya Cipta Aksara, 1993, hlm. 13.
M. Dawam Rahardjo, Etika Ekonomi dan Manajemen, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2006, hlm. 100.
menjaga waktu, bersikap adil, berpikir positif
(husnudzon), amar ma’ruf nahi munkar, tawakal, dan lain sebagainya.
Merujuk
pada keterangan Dawam
Rahardjo, masalah yang
muncul yaitu kenyataan menunjukkan
bahwa tidak sedikit
umat Islam yang
tidak mengamalkan konsep manajemen
Islam, padahal konsep
manajemen Barat banyak
kesamaannya dengan ajaran Islam. Dengan kata lain, mengapa masih ada yang
meragukan keberadaan konsep
manajemen dalam Islam
meskipun hanya bersifat global
dan hanya prinsip-prinsip yang
mendasar saja. Sejauh mana sumbangsih Islam terhadap konsep
manajemen Indonesia? Berdasarkan
uraian tersebut peneliti
memilih judul: Pemikiran M.
Dawam Rahardjo tentang Manajemen
Islami B. Perumusan Masalah.
Bertitik tolak
dari uraian itu, maka
timbul rumusan masalah
dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Bagaimana pemikiran M. Dawam
Rahardjo tentang manajemen Islami? 2. Bagaimana
pemikiran M. Dawam Rahardjo tentang manajemen dalam konteks
Indonesia saat ini? C. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian ini sebagai
berikut: 1. Untuk mengetahui pemikiran
M. Dawam
Rahardjo tentang manajemen Islami Ibid., hlm.102-1 2. Untuk
mengetahui relevansi
pemikiran M. Dawam
Rahardjo tentang manajemen Islami
dalam konteks Indonesia saat ini.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi