Sabtu, 23 Agustus 2014

Skripsi Syariah: PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA ANGGOTA

BAB I.
PENDAHULUAN.
1.1.  Latar Belakang.
Baitul Mal wa Tamwil yang lebih sering dikenal dengan singkatan atau  kependekan  BMT  merupakan  salah  satu  warisan  penting  dari  Nabi  Muhammad  dan  para  sahabat  bagi  umat  Islam  dalam  bidang  ekonomi.  Pada  awalnya,  yakni  pada  masa  Nabi  Muhammad  SAW,  belum  dikenal  istilah  BMT.  Meskipun  belum  dikenal  dengan  istilah  BMT,  prinsip-prinsip  kerja  BMT  telah  diteladankan  oleh  Nabi  Muhammad  SAW.  Melalui  keberadaan  Masjid Nabawi (Madinah), prinsip-prinsip ekonomi yang kemudian dijadikan  sebagai  acuan  kerja  BMT  telah  diterapkan  oleh  Nabi  Muhammad  SAW.

Masjid Nabawi tidak hanya dijadikan sebagai tempat untuk berdiskusi semata  namun  juga  dijadikan  sebagai  pusat  dari  perputaran  ekonomi  umat  manusia.
Berbagai bentuk pengumpulan dana sosial – baik dari umat Islam maupun dari  non Islam – dilaksanakan di Masjid Nabawi. Perputaran zakat, infaq, shadaqah  maupun  jizyah,  kharaj,  dan  ushr selain  dilakukan  oleh  Nabi  sendiri  juga  dipusatkan di Masjid Nabawi.
Baru  pada  masa  Khalifah  Umar  bin  Khattab,  lembaga  keuangan  tersebut diresmikan dengan diberi nama Bait al-Mal. Pemberian nama ini juga  diiringi dengan pengembangan fungsi kelembagaan. Bait al-  mal tidak hanya  melakukan  perputaran  ekonomi  yang  bersifat  sosial  yang  telah  ditentukan  Muhammad Saddam, Ekonomi Islam, Jakarta: Gramedia, 2002, hlm.89.
A.  Karim  Adiwarman,  Sejarah  Pemikiran  Ekonomi  Islam,  Jakarta:  Raja  Grafindo  Persada, 2004, hlm. 234.
dalam  al-Qur’an  dan  al-Hadits  semata.  Dalam  konsep  bait  al-mal,  Khalifah  Umar bin Khattab mengembangkan kebijaksanaan pemberlakuan pembayaran  gaji  aparatur  pemerintah  yang  diambilkan  dari  bait  al-mal.  Pada  masa  ini,  hampir seluruh aktifitas perekonomian sosial berada di bawah naungan bait almal.
Meski  telah  ratusan  tahun  berlalu,  bait  al-mal  masih  tetap  eksis  sebagai  salah  satu  lembaga  ekonomi  umat  manusia.  Bahkan  di  beberapa  negara  yang  didominasi  umat  Islam,  bait  al-mal  telah  menjadi  salah  satu  elemen  yang  memberikan  dampak  positif  dalam  meningkatkan  pendapatan  umat  Islam.  Fenomena  tersebut  menjadi  salah  satu  penyebab  muncul  dan  maraknya bait al-mal di  Indonesia.  Lebih dikenal dengan istilah  Bait al-Mal  wa  al-Tamwil  (BMT),  lembaga  ini  mampu  bersaing  dengan  lembaga  keuangan  konvensional  yang  telah  ada  dan  dikenal  sebelumnya  oleh  masyarakat Indonesia. Dengan adanya legitimasi syari’ah Islam, BMT  secara  perlahan  mampu  menanamkan  kepercayaan  masyarakat  untuk  menjadi  anggota.
Selain aspek legalitas agama, BMT  juga  memiliki kelebihan dari bank  konvensional  terkait  dengan  fleksibilitas  dalam  memberikan  pembiayaan.
Fleksibilitas tersebut terwujud dari jenis pembiayaan dan praktek pembiayaan.
Pada  bank  konvensional,  pembiayaan  terhadap  unit  usaha  kecil  hanya  memposisikan bank sebagai rekan kerja pasif  (sleeping partner)  yang hanya  berposisi  sebagai  penyedia  pinjaman  modal  semata.  Konsekuensinya  Ibid., hlm.   manakala usaha kecil yang meminjam dana mengalami kerugian usaha bukan  karena  kesengajaan,  maka  anggota  tetap  harus  mengembalikan  modal  yang  telah  dipinjamnya.  Pada  BMT,  pembiayaan  kepada  unit  usaha  kecil  dapat  bervariasi  dengan  tanggungan  resiko  yang  bervariasi  pula.  Pada  pembiayaan  yang dilakukan oleh  BMT, peran BMT tidak hanya sebagai penyedia  modal  semata namun menjadi rekan bisnis  yang juga menanggung bagian kerugian  serta dapat pula sebagai penjamin kerugian. Posisi BMT  sebagai  rekan bisnis  yang  menanggung  bagian  kerugian  dapat  terlihat  dari  adanya  pembiayaan  musyarakah. Pembiayaan yang mempertemukan modal BMT dan anggota ini  memiliki  prinsip  bagi  hasil  dan  bagi  tanggungan  kerugian  manakala  terjadi  kerugian  yang  tidak  karena  kesengajaan  pengelola  usaha.  Sedangkan  posisi  BMT sebagai pemilik modal  yang dapat menjadi penjamin seluruh kerugian  modal  yang  disebabkan  bukan  karena  kesengajaan  terkandung  dalam  pembiayaan  mudharabah.  Karena  dalam  pembiayaan  ini,  BMT  berposisi  sebagai pemilik modal dan anggota sebagai pengelola.
Pembiayaan usaha menengah ke bawah atau juga dikenal dengan usaha  mikro  sangat  penting.  Hal  ini  berkaitan  dengan  peranan  modal  dalam  upaya  meningkatkan pendapatan usaha. Selama ini tidak jarang sebuah  usaha sangat  sulit berkembang akibat adanya keterbatasan modal.  Padahal modal memiliki  hubungan  yang  sejajar  dengan  pendapatan.  Artinya,  semakin  bertambahnya  modal  akan  membuka  peluang  usaha  untuk  meningkatkan  pendapatan  mereka.
Selain  memiliki  hubungan  dengan  pendapatan,  modal  juga  memiliki  peranan  penting  dalam  menjaga  eksistensi  sebuah  usaha.  Tidak  dapat  dipungkiri  bahwa  banyak  usaha  yang  tidak  mampu  bertahan  dalam  dunia  bisnis akibat keterbatasan modal. Keterbatasan tersebut membuat usaha  sulit  untuk  mengembangkan  usaha  mereka.  Ironisnya,  fenomena  itu  tidak  jarang  terjadi  manakala  sebuah  usaha  memiliki  peluang  untuk  berkembang.  Hal  tersebut  menjadi  salah  satu  faktor  yang  membuat  BMT  Syirkah  Muawanah Nahdlatul  Ulama (SM NU)  al-Amanah Kecamatan Tarub  tetap eksis sebagai  mitra  usaha  anggota.  Melalui  pembiayaan  kepada  usaha  anggota,  BMT  SM  NU  al-Amanah  Kecamatan  Tarub  dalam  satu  tahun  lebih  telah  mampu  dan  berhasil  membantu  usaha  mikro  dalam  upaya  meningkatkan  pendapatan  melalui pemberian pembiayaan.  Pada periode tahun 2010-2011, jumlah usaha  yang mendapat pembiayaan mudharabah dari BMT SM NU al-Amanah adalah  sebanyak  122  usaha  anggota  (per  Januari  2010  hingga  Maret  2011).
Bukti  dari  keberhasilan  tersebut  adalah  dengan  tidak  adanya  anggota  yang  sama  yang  mengajukan  kembali  pembiayaan  modal  kepada  BMT  SM  NU  alAmanah  Kecamatan  Tarub  karena  telah  berhasil  meningkatkan  pendapatan  sehingga berdampak pada penguatan modal.
Berdasarkan  penjelasan  di  atas,  maka  penulis  bermaksud  untuk  melakukan  penelitian  tentang  pengaruh  pembiayaan  terhadap  peningkatan  Bintari  dan  Suprihatin,  Ekonomi  dan  Koperasi,  Bandung:  Ganesha  Excat,  1984,  hlm.
35.
Arsip data anggota UMKM BMT SM NU al-Amanah Kecamatan Tarub, 2011.
pendapatan,  khususnya  di  lingkungan  usaha  mikro  Kecamatan  Tarub.
Penelitian  tersebut  akan  diberi  judul  PENGARUH  PEMBIAYAAN  MUDHARABAH  TERHADAP  PENDAPATAN  USAHA  ANGGOTA  (Studi  Kasus  Di  Baitul  Mal  Wa  Tamwil  (BMT)  SM  NU  Al-Amanah  Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal).



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi