Kamis, 28 Agustus 2014

Skripsi Syariah: STUDI ANALISIS PENDAPAT ULAMA’ HANAFIYYAH TENTANG STATUS MAHRAM ANAK PEREMPUAN HASIL ZINA

BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang.
Seks dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang suci.  Penyaluran  kebutuhan seksual merupakan salah satu bentuk saling membutuhkan antara  makhluk  yang  berpasangan.  Penyaluran  kebutuhan  seksual  bagi  manusia  berguna  untuk  menyehatkan  tubuh,  meningkatkan  kualitas  jantung,  merangsang  paru-paru,  membersihkan  pikiran  dari  problema  yang  mengganggu, serta menimbulkan ketenangan dan kepuasan batin.

 Di sisi lain  adanya  perzinaan  maka  seks  menjadi  sesuatu  yang  kotor,  menjijikkan  dan  menimbulkan  berbagai  penyakit  yang  membahayakan  kehidupan  manusia. Berdasarkan keterangan itu, pantaslah semua agama samawi mengharamkan  dan memerangi perzinaan. Terakhir adalah agama Islam, yang dengan sangat  keras  melarang  dan  mengancam  pelakunya.  Yang  demikian  itu  karena  zina  menyebabkan  simpang  siurnya  keturunan,  terjadinya  kejahatan  terhadap  keturunan,  dan  berantakannya  keluarga.  Bahkan  hingga  menyebabkan  tercerabutnya  akar  kekeluargaan,  menyebarnya  penyakit  menular,  merajalelanya nafsu, dan maraknya kebobrokan moral.
 Islam  memang  telah  menetapkan  cara  terbaik  untuk  menyalurkan  kebutuhan  biologis,  tetapi  pada  saat  yang  sama  ia  melarang  umatnya  untuk   Quraish Shihab, Mistik, Seks, dan Ibadah, Jakarta: Republika, 2004, hlm. 2.
 Ruqyah Waris Maqsood, Mengantar Remaja ke Syurga, Bandung: al-Bayan, 1997,  hlm. 342.
 Yusuf Qardawi, al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1986,  hlm. 134.
 menyalurkan  kebutuhan  itu  dengan  cara  yang  tidak  benar.  Islam  juga  melarang umatnya untuk merangsang hasrat seks dengan segala cara. Hal itu  agar hasrat itu tidak keluar dari jalan yang telah ditetapkan. Karena itu pula,  Islam melarang umatnya untuk melakukan pergaulan bebas antar lawan jenis  yang  dapat  merangsang  syahwat,  melihat  segala  sesuatu  yang  dapat  menimbulkan  gairah  seks,  serta  semua  hal  yang  dapat  mep engaruhi  hasrat seks seseorang, atau memancingnya untuk melakukan zina. Hal itu   dilakukan  agar  dapat  mencegah  faktor-  faktor  yang  dapat  melemahkan  pundi-pundi  kehidupan rumah  tangga, yang sekaligus menjadi  faktor  penyebab kerusakan  moral.
 Sejalan  dengan  tuntutan  perkembangan  jaman,  manusia  semakin  banyak  kehilangan  nilai-  nilai  yang  diyakini  sebelumnya.  Manusia  semakin  dihadapkan  pada  perbenturan  dan  erosi  nilai-nilai  moral  dan  keluhuran.
Budaya  yang  serba  terbuka  menjebak  manusia  hingga  berkubang  di  dunia  kemaksiatan.  Pergaulan  bebas  hingga  kebebasan  seks  melanda  kalangan  muda-mudi hingga resiko kehamilan di luar nikah.  Berdasarkan survei yang  dilakukan  oleh  Badan  Koordinasi  Keluarga  Berencana  Nasional  (BKKBN)  pada  tahun  2010  menunjukkan  bahwa  51  persen  remaja  dikota-kota  besar  telah  melakukan  hubungan  seks  pranikah  yang  berujung  pada  kehamilan.
 Sementara pihak yang mengalami selalu berusaha untuk menutupi kehamilan   Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jakarta: PT. Pena Pundi Aksara, 1983, hlm. 231.
 http://berita.liputan6.com/read/310436/survei_seks_pranikah_jangan_pojokkan_per empuan.    di  luar  nikah  tersebut  dengan  terpaksa  mengawinkan  anak  perempuannya  dengan laki- laki yang menghamili maupun yang bukan menghamili.
 Salah  satu  hal  yang  sangat  penting  dalam  tujuan  pernikahan  adalah  untuk memenuhi kebutuhan seksual, namun sisi yang lain seperti pembinaan  hubungan psikis secara baik dan timbal balik  antara suami istri dan orang tua  dengan  anak  merupakan  hal  yang  tidak  kalah  penting  dalam  pernikahan.
Bahkan  hubungan  yang  lebih  luas  lagi  dari  itu,  yakni  hubungan  antara  keluarga  pihak  suami  dan  pihak  istri,  maksudnya,  melalui  pernikahan,  hubungan keluarga antara pihak suami dan istri dapat diwujudkan  dalam satu  konteks  hubungan  kekeluargaan,  hubungan  kekeluargaan  karena  pernikahan  dalam  fiqih  disebut  mushaharah.
 Larangan-larangan  pada  diri  wanita  tersebut  ada  dua  bagian,  yang  pertama  menyebabkan  keharaman  selama lamanya, sedangkan yang kedua hanya bersifat sementara.
 Sementara itu, dalam konsep hukum Islam mengenai larangan wanita  yang  akan  dinikahi  ini  terdapat  perbedaan  pendapat  tentang  status  mahram anak hasil zina.
Ulama’  Syafi’iyyah  dan  Malikiyyah  dalam  riwayat  yang  masyhur  membolehkan  menikah  dengan  anak  perempuan  dari  hasil  zinanya,  dengan  alasan  bahwa  anak  tersebut  secara  syar’i  tidak mempunyai  hubungan  nasab  dengannya.
 Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 232.
 Al-Azim  Ma’ani  dan  Ahmad  al-Jumbur,  Hukum-Hukum  Dari  Al-Qur‟an  Dan  Hadits, Jakarta: Pustaka Firdaus, hlm. 240.
 Muhasmmad  Jawad  Mughniyah,  Fiqh  Lima  Mazhab,  diterjemahkan  oleh  Afif  Muhammad dari al Fiqh „Ala Madzahib al khamsah, Jakarta:  Kencana, 1994, cet. I, hlm. 30-31.
 Imam Qalyubi dalam kitab Hasyiyatani Syarh Minhaj al Thalibin juga  menyatakan bahwa anak perempuan yang diciptakan dari air maninya karena  zina maka halal untuk dia nikahi, karena tidak ada kemuliaan bagi air mani  sebab zina.
Sedangkan  Ulama’  Hanafiyyah  dan  Hanabilah  berpendapat  bahwa  anak  perempuan  hasil  zina  adalah  menjadi  mahram  bagi  laki-laki  yang  menjadi  bapak  biologisnya,  namun  berbeda  pendapat  mengenai  pengertian  zina.  Ulama’  Hanafiyyah  mengemukakan defenisi zina dengan persetubuhan  yang  dilakukan  pada  faraj  (qubul)  perempuan  yang  bukan  miliknya  dan  bukan  pula  menyerupai  milik  (syubhat)  ,  sementara   Ulama’  Hanabilah  mengungkapkan  bahwa  yang  dimaksud  dengan  zina  adalah  orang  yang  melakukan  perbuatan  jahat  (fahisyah)  dengan  cara  menyetubuhi  pada  qubul  ataupun anus (dubur).
 Dari  uraian  di  atas  sangat  jelas  perbedaan  pendapat  antara  Ulama’  Hanafiyyah  dengan  yang  lainnya  mengenai  status  mahram  anak  perempuan  hasil  zina,  yang  dalam  hal  ini  penulis  batasi  pada  tiga  kitab  yang  menjadi  referensi  primer  dalam  penulisan  ini,  yakni  Badai‟  al-Shanai‟  karangan  Ala‟uddin  Ibnu  Mas‟ud  al  Kasani,  al-Mabsuth  karangan  Syams  al  Din  al Syarkhasi dan Syarh Fath al Qadir karangan Ibnu al Himam al Hanafiy. Dari  sini  penulis  tergerak  untuk  meneliti  dan  menelusuri  lebih  detail  berkaitan  dengan hal tersebut.
 Abd  Qadir  Audah,  al-  Tasyri‟  wa  al-Jana‟I  al-Islamiy,  Kairo:  Dar  al-Qurubah,  1963, Juz II, hlm. 349.
 Ibn Qudamah,  al-Mughniy, Riyadh: Maktabah al-Riyadah al-Hadisah, tt.., Jilid X,  hlm. 181.    B.  Rumusan Masalah Berdasarkan  uraian  di  atas,  maka  dapat  penulis  rumuskan  beberapa  pokok  permasalahan  yang  dikaji  dalam  skripsi  ini.  Pokok  permasalahan  tersebut  dapat  dirumuskan  dalam  bentuk  pertanyaan -pertanyaan  sebagai  berikut : 1.  Bagaimana pendapat para Ulama’ Hanafiyyah tentang status mahram anak  perempuan dari hasil zina ? 2.  Apa  landasan  hukum  yang  digunakan  Ulama’  Hanafiyyah  tentang  status  mahram anak perempuan dari hasil zina ? C.  Tujuan Penelitian Tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1.  Untuk  memahami  pendapat  Ulama’  Hanafiyah  tentang  status  mahram anak perempuan dari hasil zina.
2.  Untuk menganalisis  landasan  hukum  yang digunakan Ulama’  Hanafiyyah  tentang status mahram anak perempuan dari hasil zina.
D.  Telaah Pustaka Sebelum  membahas  lebih  lanjut  mengenai  pendapat  Ulama’  Hanafiyyah  tentang  status  mahram  anak  perempuan  dari  hasil  zina,  penulis  juga menelaah beberapa hasil penelitian maupun karya ilmiah yang berkaitan  dengan  apa  yang  sedang  penulis  kaji  untuk  dijadikan  sebagai  referensi,  sumber, acuan, dan perbandingan dalam penulisan skripsi ini. Sehingga akan   Didi  Al-Madilaga,  Panduan Skripsi, Tesis, Disertasi,  Bandung: CV. Pionerjaya,  1997, hlm. 87.
 terlihat letak perbedaan antara skripsi ini dengan penelitian atau karya ilmiah  yang sudah ada.
Beberapa  hasil  penelitian  maupun  karya  ilmiah  tersebut,  diantaranya  adalah:  1.  Ruslan  (2103047)  dengan  judul  “Analisis  Hukum  Terhadap  Pemikiran  Imam  Ahmad  Ibn  Hanbal  Tentang  Muhrim  Mushaharah  Sebab  Liwath  (sodomi)”  Fakultas  Syari’ah  IAIN  Walisongo  Semarang  tahun  2008.
dalam  skripsi  ini  dibahas  mengenai  perbedaan  pendapat  Ulama’  tentang  liwath (sodomi) apakah menyebabkan  mahram  nikah karena  mushaharah atau  tidak.  Kemudian  dijelaskan  bahwa  Imam  Ahmad  ibn  Hanbal  berpendapat  tentang  liwath  (sodomi)  termasuk  yang  menyebabkan  mahrom mushoharoh.
2.  Faiz  Rokhman  (042111084)  dengan  judul  “Tinjauan  Hukum  Islam  Terhadap Hak Waris Anak Zina (studi analisis pasal 869 kuh perdata)”,  Fakultas  Syari’ah  IAIN  Walisongo  Semarang  tahun  2009.  Dalam  skripsi  ini  membahas  tentang  Kedudukan  waris  anak  zina  dalam  Hukum  Islam  dan  Pasal  869  KUH  perdata  terdapat  adanya  persamaan  dan.perbedaan.
Persamaanya adalah sama-sama dilahirkan di luar perkawinan, yang tidak  mempunyai  nasab  ke  bapaknya  dan  imbasnya  tidak  ada  waris  bagi  anak  yang  mempunyai  setatus  anak  zina.  Dan  perbedaan  dalam  Hukum  Islam  dan  Pasal  869  KUH  Perdata  yaitu  dalam  Hukum  Islam  anak  zina  dinasabkan  kepada ibunya,  dan  juga  akan  mendapatkan  waris  dari  pihak  ibunya.  Dalam  Pasal  869  KUH  Perdata  "Apabil a  bapak  atau  ibunya   sewaktu  hidupnya  telah  mengadakan  jaminan  nafkah  seperlunya  guna  anak yang di benihkan dalam zinah atau dalam sumbang tadi, maka anak  itu  tidak  mempunyai  tuntutan  lagi  terhadap  warisan  bapak  dan  ibunya".
Jadi  dalam  pengertian  anak  zina,  antara  hukum  Islam  dan  KUH  Perdata  dalam hal pewarisan mempunyai pengertian dan akibat sendiri-sendiri.
3.  Syarif  Hidayatullah  (2104063)  dengan  judul  “Nikah  Paksa  Akibat  Zina  (Studi Kasus Di Desa Kebongembong Kecamatan Pageruyung Kabupaten  Kendal)”  Fakultas  Syari’ah  IAIN  Walisongo  Semarang  tahun  2006.
Dalam skripsi ini membahas tentang Praktek nikah paksa akibat zina yang  terjadi  Desa  Kebongembong  Kecamatan  Pageruyung  Kabupaten  Kendal.
Kemudian  langkah  yang dilakukan masyarakat ialah dengan menikahka n  pasangan  yang  melakukan  zina,  biasanya  dari  pihak  laki-laki  awalnya  tidak  mau  menikahi  gadis  yang  dihamilinya  dengan  berbagai  alasan,  namun dengan desakan dan paksaan yang masyarakat lakukan, akhirnya si  laki-laki  mau  bertanggungjawab.  Paksaan  yang  dilakukan  keluarga  dan  masyarakat adalah dalam rangka penegakan keadilan, disamping itu juga  sebagai bentuk tanggungjawab atas perbuatannya.
Adapun kaitannya dengan penelitian yang penulis bahas adalah samasama mengulas tentang persoalan mahram dan zina, akan tetapi dari beberapa  penelitian di atas menunjukkan bahwa penelitian tersebut berbeda dengan saat  ini,  karena  penelitian  terdahulu  belum  ada  yang  meneliti  tentang   pendapat  Ulama’  Hanafiyyah  tentang  status  mahram  anak  perempuan  dari  hasil  zina,  dan bagaimana mereka menggunakan landasan hukum yang berkaitan dengan   tentang  status  mahram  anak perempuan  dari hasil zina.  Hal ini menegaskan  bahwa  belum  pernah  dijumpai  penelitian  terdahulu  yang  Sama  dengan  penelitian ini.
Di samping penelitian-penelitian di atas, ada beberapa buku dan jurnal  yang  juga  membahas  tentang  larangan-larangan  bagi  wanita  yang  akan  dinikahi  (mahram),  diantaranya  ialah  jurnal  Asy  Syariah  memuat  judul  tulisan  siapa  saja  mahram  itu,  yang  ditulis  oleh  Ustad  Abu  Abdillah  Muhammad Sarbini.
E.  Metode Penulisan Agar  dalam  penulisan  skripsi  ini  memenuhi  kriteria  sebagai  karya  ilmiah  serta  mengarah  kepada  obyek  kajian  dan  sesuai  dengan  tujuan  yang  dimaksud, maka penulis menggunakan metode, antara lain : 1.  Jenis penelitian Jenis penelitian yang  dipilih dalam penelitian ini adalah penelitian  kepustakaan  (library  research)  .  Jenis  penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengumpulkan  data  dan  informasi  tentang  status  mahram  seorang  lakilaki  terhadap  anaknya dari hasil zina  menurut Ulama’ Hanafiyyah  dengan  bantuan bermacam-macam materi yang terdapat di perpustakaan, seperti;  kitab, buku-buku, majalah, dan lain-lainnya.
  Masyhuri  dan  M.  Zainuddin,  Metodologi  Penelitian,  Bandung:Refika  Aditama,  2008, hlm.50.
 Mardalis,  Metode  Penelitian  Suatu  Pendekatan  Proposal,  Jakarta:Bumi  Aksara,  1999, hlm. 28.
 2.  Metode pendekatan Dalam  kaitannya  dengan  pembahasan  ini  penulis  mencoba  menggunakan  metode  pendekatan  penelitian  hukum  normatif  yaitu penelitian  hukum  yang  dilakukan  dengan  cara  meneliti  bahan  pustaka  belaka.
 Atau  disebut  juga  penelitian  hukum  kepustakaan  yaitu  suatu  penelitian  kepustakaan  dengan  cara  mengumpulkan  data  dan  informasi  dengan  bantuan  macam-macam  material  yang  terdapat  di  ruang kepustakaan  untuk  dikaji,  seperti  kitab,  buku,  majalah,  dokumen,  dan  lain-lain. Penelitian ini juga merupakan sebuah   penelitian  kualitatif, yaitu  penelitian yang menekankan kepada pustaka-pustaka yang berkaitan.
 3.  Sumber data Sumber  data  dalam  penelitian  ini  sesuai  dengan  jenisnya  digolongkan  ke  dalam  penelitian  kepustakaan  (library  research),  maka  sudah  dapat  dipastikan  bahwa  data-data  yang  dibutuhkan  adalah  dokumen,  yang  berupa  data-data  yang  diperoleh  dari  perpustakaan  melalui  penelusuran  terhadap  buku-buku  literatur,  baik  yang  bersifat  primer ataupun yang bersifat sekunder.
a.  Data primer Sumber data  primer adalah data otentik atau data langsung dari  tangan pertama tentang masalah yang di ungkapkan. Secara sederhana   Soerjono  Soekanto,  Sri  Mamudji,  Penelitian  Hukum  Normatif  Suatu  Tinjauan  Singkat, Jakarta: CV. Rajawali, 1986, cet. II, hlm. 15.
 Kartini  Kartono,  Pengantar  Metodologi  Riset  Sosial,  Bandung:  Mandar  Maju,  1996, hlm. 33.
 Suharsimi  Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta,2006, hlm.107.
 data  ini  disebut  juga  data  asli.
 Sumber  primer  dalam  penelitian  ini  adalah  kitab-kitab  fiqih  Madzhab  Hanafi  yang  memuat  gagasan  tentang  status  mahram  anak perempuan  dari hasil zina,  seperti  Badai‟  al-Shanai‟  karangan  Ala‟uddin  Ibnu  Mas‟ud  al  Kasani,  al-Mabsuth karangan  Syams  al  Din  as  Syarkhasi  dan  Syarh  Fath  al  Qadir karangan Ibnu al Himam al Hanafiy.
b.   Data sekunder Sumber data sekunder adalah data yang mengutip dari sumber  lain sehingga tidak bersifat otentik karena sudah diperoleh dari sumber  kedua atau ketiga.
 Sumber data sekunder dari penelitian ini diperoleh  dari  kitab-kitab  fiqih  klasik  maupun  kontemporer,  dan  juga  beberapa  literatur dan sumber-sumber lain yang memiliki relevansi dengan topik  yang sedang penulis kaji sehingga dapat melengkapi pembahasan yang lebih detail.
4.  Teknik Pengumpulan Data Jenis  penelitian  yang  digunakan  adalah  penelitian  kepustakaan  (library research)  maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah  secara dokumentatif  .
 Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan  data-data dari berbagai sumber yang telah ditentukan, baik sumber primer  maupun  sumber  sekunder,  yaitu  dengan  cara  menghimpun  beberapa  pendapat  Ulama’ Hanafiyyah tentang  status  mahram  anak perempuan  dari   Saifuddin  Azwar,  Metode  Penelitian,  Yogyakarta:  Pustaka  Pelajar,  1998,  cet  II,  hlm. 91.
 Ibid.
 Suharsimi Arikunto, op, cit, hlm 206.
 hasil  zina  dan  penjelasan  yang  ada  dalam  al-Qur’an  dan  Hadits.  Hal  ini  peneliti  lakukan  dengan  cara  menelusuri  literatur-literatur  yang  ada  baik  yang berbahasa Arab maupun terjemahan dalam bahasa Indonesia.
Sumber-sumber  data  yang  penulis  gunakan  didapat  melalui  pencarian  di  perpustakaan  Fakultas  Syari’ah  dan  perpustakaan  institut  IAIN Walisongo, ada pula yang penulis dapatkan dengan cara membeli di  toko  buku.  Tetapi  ada  beberapa  buku,  jurnal  atau  kitab  fiqih  yang  dijadikan sumber data tidak penulis dapatkan di perpustakaan ataupun di  toko  buku  dikarenakan  buku  tersebut  adalah  buku  terbitan  lama.  Untuk  mensiasatinya  maka  penulis  berusaha  meminjam  kepada  orang  yang  memilikinya,  browsing  di  internet,  ada  beberapa  buku  dan  kitab  yang  merupakan e-book  yang penulis download  gratis dari  situs-situs di internet  atapun penulis beli melalui toko buku online di internet.
5.  Teknik Analisis Data Dalam menganalisa data yang penulis gunakan dalam penelitian ini  adalah  deskriptif  analitis,  yakni  penelitian  yang  tertuju  pada  pemecahan  masalah  yang  dihubungkan  dengan  pendapat  para  Imam  dan  kitab  yang  lain.
 Metode  deskriptif  analisis  dimaksudkan  untuk  menggambarkan  pendapat  Ulama’ Hanafiyyah tentang  status  mahram  anak perempuan  dari  hasil  zina,  kemudian  dianalisis  dan  dihubungkan  sebagaimana  mestinya.
Dengan  metode  ini  dapat  membantu  penulis  untuk  memahami  filosofi  aturan  hukum  dari  waktu  ke  waktu,  selain  itu  juga  dapat  menjadikan   Winarna  Surakhmad,  Pengantar  Penelitian  Ilmiah  Dasar  Metoda  Teknik,  Bandung: Taarsito, 1999, hlm. 139.
 penulis memahami perubahan dan perkembangan filosofi yang melandasi  aturan  hukum  tersebut.  Penelitian  dengan  metode  ini  bertujuan  untuk  membuat rekonstruksi masa lampau secara objektif dan sistematis dengan  mengumpulkan,  mengevaluasikan  serta  menjelaskan  bukti-bukti  untuk  menegakkan fakta dan menarik kesimpulan secara tepat.
 Di sini penulis menganalisis  pendapat dan teori para Ulama’ fiqh terutama  pendapat  Ulama’  Hanafiyyah  tentang  status  mahram  anak  perempuan dari hasil zina.



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi