Kamis, 28 Agustus 2014

Skripsi Syariah:ANALISIS ETOS KERJA PEDAGANGMUSLIM DI SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

BAB I PENDAHULUAN
 A.  Latar Belakang Kemuliaan  seorang  manusia  bergantung  kepada  apa  yang  dilakukannya.  Ajaran  inilah  yang  ditekankan  oleh  Islam,  esensi  ajaran  tersebut  menurut   para  Ulama’  dan  Cendekiawan  mengandung  makna  bahwa pandangan hidup (worldview) seorang muslim haruslah menjadikan  Islam sebagai  sistem hidup  yang  mengatur semua sisi kehidupan  manusia,  yang  menjanjikan  kesejahteraan  dan  keselamatan  dunia  dan  akherat.
Keseimbangan  (equilibrium)  antara ibadah  dan  mu’amalah  ini  hanya  mampu ditampilkan dalam  wajah Islam.
Al-Quranmemang tidak merinci dalam satukonsep ekonomi  teoritis  praktis, tetapi selalu memberikan motivasi kepada umatnya  untuk sejahtera  di  bidang  ekonomi.
  Salah  satu  buktinya,  dalam  al -Quran  terdapat  konsep komersial sebanyak dua  puluh macam terminologi, yang  diulang sebanyak  370  kali.

  Hal  ini  menunjukkan  sebuah  manifestasi   adanya  spirit  yang  bersifat komersial dalam al -Qur’an.
 Setiap  individu memiliki  dorongan  untuk  melakukan  kegiatan  yang  memiliki  tujuan.  Dorongan-dorongan  untuk  melakukan  suatu  kegiatan  ini   Alwi Shihab, Islam Inklusif ;Menuju Sikap terbuka Dalam Beragama, Bandung: Mizan,  1997, hal. 172-173.
  Moch.  Khoirul  Anwar,  Eksistensi  Lembaga  Keuangan  Mikro  (Studi  Tentang  Eksistensi Bayt  al-Maal  wa  al-Tamwiil  dan  Koperasi  Simpan  Pinjam  Dalam  Pemberadayaan  Ekonomi  Umat di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur), Tesis, Surabaya: UIN Sunan Ampel, hal. 14.
  A.  Qodri  Azizy,  Membangun  Fondasi  Ekonomi  Umat;  Meneropong  Prospek  Berkembangnya Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hal. 23.
xvi disebut  dengan  motivasi.  Motivasi  ini  tidak  terlepas  dari  dorongan  yang  berasal dari dalam maupun luar individu. Tidak jarang dorongan-dorongan  ini  menjadi  sebuah  gerakan  yang  sifatnya  kolektif, massif dan  melibatkan  banyak massa. Hal ini terjadi di dalam sebuah komunitas individu-individu  yang  mempunyai  kesamaan  tujuan  dan  alasan, sebagai  contoh  adalah  organisasi  kemahasiswaan,  organisasi  keagamaan,  perusahaan,  komunitas  pengusahadan lain sebagainya.
Pengaruh spiritual  atau keagamaan  mendasari perilaku manusia yang  akhirnya  menjadi  motif  manusia  dalam  bertindak, adalah  sebuah  naluri  dasar  yang  dimiliki  oleh  setiap  manusia. Tindakan  yang  demikian  selain  memperoleh  keberkahan  serta  kesenangan  dunia,  juga  ada  yang  lebih  penting  yaitu  merupakan  jalan  atau  tiket  dalam  menentukan  tahap  kehidupan  seseorang  di akh erat  kelak, apakah  masuk  golongan  ahli  surga  atau sebaliknya.
Keterkaitan yang kuat antara agama Islam dengan aktivitas ekonomi  umat merupakan kegiatan  ekonomi  dalam  Islam,  meskipun   konkri tnya  adalah  kegiatan  untuk  mendapatkan  kecukupan  materi,  tidak  dapat dilepaskan  dari  kehidupan  sesudah  mati  dan  akan  tetap  dipertanggung jawabkan  di  hadapan  Tuhan.
  Islam  tidak  mengajarkan  sistem  ekonomi  yang komprehensif, tetapi Islam mengajarkan landasan etika dan moral bagi  para  pemeluknya  yang  akan  melakukan  kegiatan  ekonomi.  Islam  mempunyai  prinsip mengajarkan  kebaikan  dan  mengatur  kehidupan   Munawar Ismail,  Islam Kapitalisme dan Sosialisme. Studi Komperatif Sistem Ekonomi,  Jurnal Lintasan Ekonomi, Edisi khusus Januari-April, Malang: Lembaga Penerbit FE Unibraw,  1997, hal. 22.
xvii umatnya di dunia dan di akhirat.  Prinsip  etika ekonomi  hakikatnya adalah  menjalankan  bisnis  yang  jujur  sesuai  dengan  aqidah agama.
 Pendapat  ini didukung  pula pendapat  Burhan  bahwa  doktrin  dalam  Islam  terkait  erat  dengan tujuan hidup manusia yang hakiki.  Oleh karena itu, membicarakan  tujuan  manusia,  dilihat  dari  kaca  mata  ekonomi,  tidak  dapat  lepas  dari  tujuan  hidup.  Kegiatan  ekonomi  manusia  menyatu  dengan  status  manusia  sebagai khalifah dan  fungsi  manusia untuk ibadah. Sebagai khalifah  maka  kegiatan  ekonomi  manusia  diperuntukkan  guna memakmurkan  seluruh  penghuni  bumi  seraya  menjaga  kelestariannya,  sedangkan  dalam  ibadah  kegiatan  tersebut  hendaknya  ditujukan  untuk  meningkatkan  keimanan  dan  ketaqwaan.
 Dalam Islam,  seorang Muslim  adalah  seorang pekerja. Dalam  Kitab  Musnad Achmaddisebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda Mohamad  Fadhely,  Meneropong  Kehidupan  Ekonomi  Umat  Islam,  Peradapan  Islam,  Kapitalis Budaya Cina di Indonesia, Jakarta: Golden Press, 1995, hal. 14.
  Umar  Burhan,  Memberdayakan  Ekonomi  Umat  :  Suatu  Kajian  Konsepsional  dalam  Beberapa  Bukti  Empiris,  Jurnal  Lintasan  Ekonomi,  Malang:  Lembaga  Penerbit  Fakultas  Ekonomi Universitas Brawijaya, 1997, hal. 17.

xviii Artinya:  Telah  menceritakan  kepada  kami  Waki'  dan  Ibnu  Numair,  keduanya  berkata;  telah  menceritakan  kepada  kami  Hisyam  bin  'Urwah  dari  Bapaknya  dari  kakeknya  Ibnu  Numair  berkata;  dari  Zubair  Radhiallahu  'anhu  berkata ; Rasulullah  Shallallahu  'alaihi  wa  sallam bersabda: Seorang lelaki yang membawa seutas tali, dia pergi  ke gunung,  kemudian (kembali) dengan membawa seikat kayu bakar  dan  menjualnya  sehingga  dia  merasa  cukup  dengan  hasil  tersebut  adalah  lebih  baik  baginya  daripada  meminta-minta  kepada  manusia  baik mereka memberi atau menolaknya  Hadis  tersebut  menunjukkan  bahwa, pertama,  Allah  akan  memuliakan  orang  yang  bekerja.  Seorang  Muslim  tidak  pantas  bermalasmalasan dalam mencari rezeki walaupun itu dengan alasan sibuk beribadah  atau tawakal kepada Allah SWT. Tidak pantas pula mengharap sedekah dari  orang  lain  padahal  ia  memiliki  kemampuan  bekerja  untuk  menghidupi  dirinya, memenuhi kebutuhan keluarganya, atau orang-orang yang menjadi  tanggungannya. Dalam kitab Sunan Tirmidzi disebutkan bahwaRasulullah  SAW  bersabda,  “Tidak  halal  sedekah  kepada  orang  kaya  dan  orang  yang  memiliki kemampuan yang stabil.”  Kedua,  Kerendahan  dan  kehinaan  bagi  orang  yang  meminta-minta  kepada  orang  lain.  Seorang  Muslim  tidak  pantas  meminta-minta  kepada  orang  lain.  Dalam  riwayat  Tirmidzi  disebutkan  bahwa  Rasulullah  Saw  bersabda,  “Orang  yang  meminta  sesuatu  bukan  kebutuhannya,  bagaikan  orang yang memungut bara api.”  Etos kerja seorang Muslim dapat dilihat dari hadis riwayat Thabrani  yang menyebutkan bahwa:  Imam Achamad, Musnad Achmad, Maktabah Syamilah, Bairut,Juz 3, hadist 1354, th, hal.

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi