Kamis, 28 Agustus 2014

Skripsi Syariah:ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI NASABAH TERHADAP REKSADANA SYARI’AH (STUDI PADA BANK SYARI’AH MANDIRI CABANG SEMARANG)


 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hadirnya Bank Muamalat, Asuransi Takaful, dan tumbuhnya lembaga  keuangan syari’ah menimbulkan sikap optimis meningkatnya gairah investasi  yang  berbasis  pada  investor  muslim.  Bapepam  mulai  melakukan  inisiatif  untuk  mewadahi  investor  muslim,  maka  mulai  tahun  1997  dihadirkan  reksadana  syari’ah  dengan  produknya  yang  bernama  danareksa  syari’ah.
Kemudian  pada  tahun  2000  dihadirkan  kembali  produk  baru  dengan  nama  danareksa syari’ah berimbang.
 Sistem danareksa syari’ah ini belum menjadi  bagian  terpisah  sistem  reksadana  yang  ada  selama  ini.  Reksadana  memiliki  andil  yang  amat  besar  dalam  perekonomian  masyarakat  karena  dapat  memobilisasi  dana  untuk  pertumbuhan  dan  pengembangan  perusahaanperusahaan  nasional,  baik  BUMN  maupun  swasta.  Di  sisi  lain,  reksadana  syari’ah  memberikan  keuntungan  kepada  masyarakat  berupa  keamanan  dan  keuntungan materi yang meningkatkan kesejahteraan material.

Di pasar  modal, sejak tahun 2001,  Bursa Efek Jakarta mengeluarkan  Jakarta  Islamic  Index  (JII)  yang  merupakan  subset  dari  Index  Harga  Saham  Gabungan (IHSG). Dengan mengacu kepada index di JII, investor yang ingin  membenamkan  dananya  sesuai  syari’ah  akan  lebih  mudah.  Mereka  bisa  menggunakan index itu sebagai sasaran tolok ukur kinerja (benchmark), tidak   Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta : Ekonisia, cet. Ke-I,  2003, hlm. 201.
 secara  langsung  sebagai  sasaran  investasi.
 Dalam  pasar  modal,  dibedakan  antara  spekulan  dengan  pelaku  bisnis  (investor)  dari  derajat  ketidak  pastian  yang dihadapinya. Untuk itu perlu dilihat  dahulu karakter dari masing-masing  investasi  dan  spekulasi.  Pertama,  investor  di  pasar  modal  adalah  perorangan  atau  lembaga  yang  memanfaatkan  pasar  modal  sebagai  sarana  untuk  berinvestasi  (yang  berindikasi  mengharapkan  deviden)  di  perusahaanperusahaan go publik yang diyakininya baik dan menguntungkan, bukan untuk  mencari  capital  gain  melalui  short  selling.  Mereka  mendasari  keputusan  investasinya  pada  informasi  yang  terpercaya  tentang  faktor-faktor  fundamental ekonomi pada perusahaan melalui kajian yang seksama.
 Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT  Bursa Efek  Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM)  meluncurkan  indeks  saham  yang  dibuat  berdasarkan  syariah  Islam,  yaitu  Jakarta  Islamic  Index (JII). Jakarta  Islamic  Index terdiri atas 30 jenis saham  yang  dipilih  dari  saham-saham  yang  sesuai  dengan  syariah  Islam.  Jakarta  Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark)  untuk  mengukur  kinerja  suatu  investasi  pada  saham  dengan  basis  syariah.
Melalui  indeks  diharapkan  dapat  meningkatkan  kepercayaan  investor  untuk  mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah.
 MUI  melalui  Fatwa  Dewan  Syari’ah  Nasional  Majelis  Ulama  Indonesia  no  :  40/DSN-MUI/X/2003,  tentang  Pasar  Modal  dan  Pedoman   Ibid, hlm.273.
 Hendy M. Fakhruddin, Istilah Pasar Modal A-Z, Jakarta : Elex Medai Komputindo,  2008, hlm. 98.
 http://www.reksadanasyariah.net/2008/08/apakah-jakarta-islamic-index.html  ,  diakses 29 Juni 2011.
 Umum  Penerapan  Prinsip  Syari’ah  di  Bidang  Pasar  Modal.  Mendefinisikan  pasar  modal  sebagai  kegiatan  yang  bersangkutan  dengan  penawaran  umum  dan  perdagangan  efek,  perusahaan  publik  yang  berkaitan  dengan  efek  yang  diterbitkannya,  serta  lembaga  dan  profesi  yang  berkaitan  dengan  efek.
Sedangkan Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum. Adapun  Efek Syari’ah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan  dibidang  pasar  modal  yang  akad,  pengelolaan  perusaaan,  maupun  cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip Syari’ah.
 Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat  pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak  waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksadana  dirancang  sebagai  sarana  untuk  menghimpun  dana  dari  masyarakat  yang  memiliki modal dan mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun  hanya  memiliki  waktu  dan  pengetahuan  yang  terbatas.  Selain  itu,  reksadana  juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi  di Pasar Modal.
Reksadana  Syariah  Syariah  (Islamic  Investment  Fund)  merupakan  intermediaries  yang  membantu  surplus  unit  melakukan  penempatan  dana  untuk  diinvestasikan.  Reksadana  Syariah  ini  ditujukan  untuk  memenuhi  kebutuhan  kelompok  investor  yang  menginginkan  memperoleh  pendapatan  investasi  dari  sumber  dan  cara  yang  bersih  yang  dapat  dipertanggung  jawabkan  secara  religius,  yang  memang  sejalan  dengan  prinsip-prinsip   Tim  Penyusun  DSN  MUI,  Himpunan  Fatwa  Dewan  Syari’ah  Nasional,Jakarta  :  Intermasa, cet.2, 2003, hlm. 263   syariah.  Karenanya,  dipenuhinya  nilai  syariah  ini  menjadi  tujuan  paling  utama.
 Reksadana syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1995 oleh  National  Commercial  Bank  di  Saudi  Arabia  dengan  nama  Global  Trade  Equity  dengan  kapitalitas  sebesar  U$  150  juta.  Sedangkan  di  Indonesia  reksadana  Syariah  diperkenalkan  pertama  kali  pada  tahun  1998  oleh  PT  Danareksa  Invesment  Management,  di  mana  pada  saat  itu  Danareksa  mengeluarkan  produk  reksadana  berdasarkan  prinsip  syariah  berjenis  reksadana campuran yang dinamakan Danareksa Syariah Berimbang.
 Seiring  dengan  diberikannya  Undang-Undang  No.  8  tahun  1995  tentang  pasar  modal,  reksadana  mulai  dikenal  di  Indonesia  sejak  diterbitkannya reksadana berbentuk perseroan, yaitu PT BDNI reksadana pada  tahun  1995.  Pada  tahun  1996,  badan  pengawas  Pasar  Modal  (Bapepam)  RI  mengeluarkan  peraturan  pelaksanaan  tentang  reksadana  berbentuk  Kontrak  Investasi  Kolektif  (KIK).  Peraturan-peraturan  tersebut  membuka  peluang  lahirnya reksadana KIK untuk tumbuh dan berkembang. Salah satunya adalah  munculnya  reksadana  syari’ah  di  Indonesia  pada  tahun  1998  yang  dikelola  oleh PT Danareksa Invesment Management.
Perkembangan  reksadana  syari’ah  di  Indonesia  mengalami  perkembangan  yang  sangat  pesat.  Pada  tahun  2004,  reksadana  syari’ah  menunjukan  pertumbuhan  yang  pesat,  ditandai  dengan  diterbitkannya  7   Iggi H. Achsien, Investasi Syari’ah di Pasar Modal,  Jakarta : PT Gramedia Pustaka  Utama, 2000, hlm.83.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi