Kamis, 14 Agustus 2014

Skripsi Syariah:ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MUSYARAKAH UNTUK PETANI TAMBAK (STUDI KASUS KOPERASI SERBA USAHA ALMUBAROK CANDI SIDOARJO)


BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang masalah Koperasi  berasal  dari  kata  cooperation,  yang  berarti  kerja.  Sedangkan  menurut istilah, yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu perkumpulan yang  dibentuk oleh para anggota peserta  yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan  para  anggotanya  dengan  harga  yang  relative  rendah  dan  bertujuan  memajukan  tingkat hidup bersama.”  Sedangkan sebagian ulama menyebut koperasi dengan syirkah ta’āwuniyah (persekutuan  tolong  menolong),  yaitu  suatu  perjanjian  kerjasama  antara  dua  orang  atau  lebih,  yang  satu  pihak  menyediakan  modal  usaha,  sedangkan  pihak  lain  melakukan  usaha  atas  dasar  profit  sharing  (membagi  untung)  menurut  perjanjian.  Maka  koperasi  ini  terdapat  unsure  muārabah  karena  satu  pihak  memiliki modal dan pihak yang lain melakukan usaha atas modal tersebut.
 Mahmud  Syaltut  berpendapat  bahwa  didalam  syirkah  ta’āwuniyah  tidak  ada unsure  muārabah  yang dirumuskan oleh para  fuqahā’  (satu pihak pemilik  modal  dan  pihak  yang  lain  berusaha  atas  modal  tersebut),  akan  tetapi  koperasi  dapat dipahami sebagai suatu  syirkah  (kerjasama) baru yang dikemukakan para  ulama  yang  besar  manfaatnya,  yaitu  memberikan  keuntungan  kepada  para   Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Membahas Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo  Persada, 2002), 291.

   anggota  pemilik  saham,  membuka  lapangan  kerja  bagi  calon  karyawannya,  memberi  bantuan  keuangan  dari  sebagian  hasil  usahanya  untuk  mendirikan  tempat  atau  sarana  ibadah,  sekolah,  dan  sebagainya.  Sehingga  jelas  bahwa  koperasi  ini  tidak  ada  unsur  kedzaliman  dan  pemerasan,  pengelolaannya  demokratis dan terbuka serta membagi keuntungan dan kerugian kepada anggota  sesuai dengan peraturan yang berlaku.
  Dan  dalam  pasal  1  Undang-Undang  nomor  17  tahun  2012  tantang  perkoperasian mendefinisikan koperasi sebagai berikut: Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau  badan  hukum  Koperasi,  dengan  pemisahan  kekayaan  para  anggotanya  sebagai  modal  untuk  menjalankan  usaha,  yang  memenuhi  aspirasi  dan  kebutuhan  bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip  Koperasi.
  Mengingat  era  globalisasi  ekonomi  yang  berkiblat  kepada  system  perekonomian  kapitalis  liberal  dengan  dukungan  Negara-negara  industry  maju  sudah menampakkan wajah sang penghisap yang kejam tanpa perasaan terhadap  masyarakat miskin yang lemah di Negara-negara yang sedang berkembang, dan  sangat sekuler tanpa mempertimbangkan haram halal dalam praktek bisnis, serta   Jeni Susyanti Dan Moh Antok Sultoni, Operasional Keuangan Syari’ah, (Malang: bpfe  UNISMA, 2003),   Undang-Undang nomor 17 tahun 2012 tantang perkoperasian   sangat  tega  dalam  memperlebar  ruang  kesenjangan  antar  orang  yang  kaya  dan  orang miskin yang mencapai ujungnya pada krisis ekonomi/moneter sejak tahun  1997.
 Apalagi  saat  ini,  sistem  kapitalisme  yang  menjadi  kebanggaan  sistem  ekonomi global tengah terseok-seok lantaran virus krisis-keuangan dan ekonomi  yang  secara  terus-menerus  menggerogotinya.  Akibatnya,  kapitalisme  dan  liberalisme  sebagai  mainstream  sistem  ekonomi  global  mulai  hilang  kredibilitasnya.  Sementara,  perekonomian  yang  dibangun  di  atas  fondasi  kebersamaan dan kerakyatan, seperti koperasi dan UMKM, justru tampil gagah  dan kuat dalam menghadapi krisis ekonomi global.
 Perhatian  kepada  masyarakat  mayoritas  ini  sebenarnya  sudah  ada  sejak  lama, terbukti dengan sistem perekonomian rakyat yang dicantumkan pada pasal  33  ayat  (1)  UUD  1945,  yang  berbunyi:  “perekonomian  disusun  sebagai  usaha  bersama atas asas kekeluargaan”. Dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan bahwa  bangun usaha yang paling  cocok dengan asas  kekeluargaan itu adalah koperasi.
 Salah  satu  bentuk  pelaksanaan  dari  system  ini  adalah  bentuk  koperasi  yang  diyakini sebagai system perekonomian rakyat terbaik.
  Dan  koperasi  ini  diatur  secara  khusus  dalam  Undang-Undang  nomor  17  tahun 2012. Undang-Undang ini adalah pengganti dari Undang-Undang yang   G. kartasapoetra, et.al., Koperasi Indonesia,( Jakarta: rineka Cipta, 2003), 11.
  lama, yakni Undang-Undang nomor 25 tahun 1992. Akan tetapi dalam undangundang ini tidak mengatur koperasi syari’ah secara khusus.
 Kegiatan yang dilakukan oleh koperasi syari’ah merupakan perjanjian yang  dibentuk  atas  dasar  kerelaan,  dan  itu  merupakan  perwujudan  dari  nilai -nilai  kebersamaan antar anggota dan hal ini juga dapat dilihat pada asas kekeluargaan  pada  koperasi  yang  diatur  dalam  pasal  3  UU  RI  nomor  17  tahun  2012 tentang  Perkoperasian.
 Pasal  4  UU  RI  nomor  17  tahun  2012  tentang  Perkoperasian  menyatakan  tujuan  koperasi  adalah  untuk  meningkatkan  kesejahteraan  anggota  pada  khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak  terpisahkan  dari  tatanan  perekonomian  nasional  yang  demokratis  dan  berkeadilan.
  Dalam penyusunan pedoman praktik Jasa Keuangan Syari’ah, Kementrian  Koperasi pasti melibatkan pakar ekonomi syari’ah. Dengan demikian, pedoman  yang disusun bisa dipraktikkan dalam praktik jasa keuangan sehari-hari.
 System  perekonomian  Islam  mulai  berwujud  dengan  berdirinya  Bank  Muamalat  Indonesia.  Sejak  itu  hampir  segala  segi  perekonomian  digali  berdasarkan  al-qur’an  dan  sunnah  untuk  kemudian  dijalankan,  hingga  kembali  didirikan  lembaga  perekonomian  ummat,  seperti  asuransi  islam,  pasar  modal   UU RI nomor 17 tahun 2012 tentang perkoperasian   syari’ah,  dan  juga  koperasi  yang  berdasarkan  syariah  islam.  Koperasi  dengan  sistem syari’ah disebut dengan musyārakah atau syirkah.
  Koperasi  merupakan  lembaga  keuangan  untuk  membantu  kesejahteraan  para anggota dalam bentuk gotong-royong dan tentunya prinsip tersebut tidaklah  menyimpang  dari  sudut  pandang  syariah  yaitu  prinsip  gotong-royong  (ta'āwun  ‘alal  birri)  dan  bersifat  kolektif  (berjamaah)  dalam  mem bangun  kemandirian  hidup.
 Secara teologis, keberadaan koperasi syariah didasarkan pada: 1)  Surah al-Maidah Ayat 2, yang berbunyiM. Nejatullah S, Kemitraan Usaha Dan Bagi Hasil Dalam Hukum Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2001), 8.
  “Hai  orang-orang  yang  beriman,  janganlah  kamu  melanggar  syi'arsyi'ar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram jangan  (mengganggu)  binatang-binatang  had-ya,  dan  binatang-binatang  qalaa-id,  dan  jangan  (pula)  mengganggu  orang-orang  yang  mengunjungi  Baitullah  sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya  dan apabila  kamu  telah  menyelesaikan  ibadah  haji,  Maka  bolehlah  berburu.  dan  janganlah  sekali-kali  kebencian(mu)  kepada  sesuatu  kaum  karena  mereka  menghalang-halangi  kamu  dari  Masjidilharam,  mendorongmu  berbuat  aniaya  (kepada  mereka).  dan  tolong-menolonglah  kamu  dalam  (mengerjakan)  kebajikan  dan  takwa,  dan  jangan  tolong-menolong  dalam  berbuat  dosa  dan  pelanggaran.  dan  bertakwalah  kamu  kepada  Allah,  Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”  2)  Surat Shad Depag RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya   “Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan  meminta  kambingmu  itu  untuk  ditambahkan  kepada  kambingnya.  dan  Sesungguhnya  kebanyakan  dari  orang-orang  yang  berserikat  itu  sebahagian  mereka  berbuat  zalim  kepada  sebahagian  yang  lain,  kecuali  orang-orang yang  beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat  sedikitlah  mereka  ini".  dan  Daud  mengetahui  bahwa  Kami  mengujinya;  Maka  ia  meminta  ampun  kepada  Tuhannya  lalu  menyungkur  sujud  dan  bertaubat.”  Dari  kedua  ayat  tersebut  menganjurkan  untuk  saling  tolong-menolong  dalam  kebaikan  dan  melarang  sebaliknya.  Koperasi  syariah  mengandung  dua  unsur di dalamnya, yakni  ta’āwun  (tolong-menolong) dan  syirkah  (kerja sama).
 Dengan demikian, koperasi syariah biasa disebut  syirkatu at-ta’āwuniyyah, yaitu  suatu  bentuk  kerja  sama  tolong-menolong  antarsesama  anggota  untuk  meningkatkan kesejahteraan bersama.
  Dengan  berbekal  itu,  koperasi  syari’ah  bisa  memberi  bantuan  terhadap  pengusaha-pengusaha  kecil  seperti  petani  tambak,  dengan  menggunakan  akadakad yang sesuai dengan syari’ah. Hal ini dilakukan oleh KSU Al-Mubarok yang  berada di daerah sumorame Candi Sidoarjo.
  Depag RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya  Kementrian koperasi dan usaha kecil dan menengah republik Indonesia,  http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=948:denyut -koperasisyariah&catid=54:bind-berita-kementerian&Itemid=98, didownload pada tanggal 05 Desember 2012,  pukul 18.05 WIB.
  Di  koperasi  ini  juga  menyediakan  berbagai  macam  pembiayaan,  diantaranya  pembiayaan  musyārakah.  Pembiayaan  ini  diperuntukkan  untuk  berbagai macam kebutuhan masyarakat menengan kebawah, yang salah satunya  adalah petani tambak.
 Di  daerah  Candi  Sidoarjo,  masih  banyak  yang  mata  pencahariannya  sebagai petani tambak. Ketika para petani tambak tersebut kesulitan dalam biaya,  maka para petani tersebut bisa langsung ke koperasi Al-Mubarok untuk meminta  pinjaman  modal.  Koperasi  Al-Mubarok  akan  memberikan  pembiayaan  musyārakah dengan prosedur sebagai berikut: 1)  Petani tambak harus menyetorkan:    Fotokopi KTP   Fotokopi surat nikah   Fotokopi sertifikat tanah (lahan tambak)   Sertifikat rumah atau sepeda motor asli (sebagai agunan) 2)  Pihak  Koperasi  melakukan  survey  dan  verifikasi  terhadap  agunan  yang  telah diberikan oleh Petani Tambak.
 3)  Pihak  Koperasi  akan  dapat  memberikan  pinjaman  sesuai  dengan  yang  diinginkan  oleh  Petani  Tambak  apabila  besarnya  permintaan  pinjaman  sesuai dengan besarnya agunan yang telah diberikan.
  4)  Pihak Koperasi akan membuat surat perjanjian (akad perjanjian) dengan  pihak Petani Tambak. Salah satu item perjanjian tersebut adalah, Petani  Tambak harus melunasi pinjaman selambat- lambatnya selama 3 bulan.
 5)  Proses serah terima pinjaman.
 Dalam mekanisme proses di atas ada beberapa keganjilan.  Pertama, dalam  akad  perjanjian,  seolah-olah  ada  unsur  pemaksaan.  Hal  tersebut  dapat  dilihat  pada item yang mewajibkan Petani Tambak harus melunasi pinjaman selambatlambatnya  selama  3  bulan.  Kedua,  proses  pelunasan  yang  tidak  relevan  dan  kontekstual.  Tidak  relevan  karena  memberatkan  salah  satu  pihak  yaitu  Petani  Tambak.  Hal  ini  dapat  dilihat  pada  proses  produksi  yang  membutuhkan  dana  besar. Disatu sisi, Petani Tambak harus menggunakan dana tersebut untuk proses  produksi, disisi lain Petani Tambak harus mengangsur dalam rangka pelunasan  pinjaman.  Dinilai  tidak  kontekstual  karena,  proses  panen  yang  ditempuh  oleh  Petani Tambak adalah 5-6 bulan. Sedangkan, Petani Tambak harus melakukan  pelunasan kepada pihak koperasi dalam kurun waktu 3 bulan.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi