Kamis, 28 Agustus 2014

Skripsi Syariah:STUDI ANALISIS HISAB AWAL BULAN KAMARIAH DALAM KITAB AL-IRSYAAD AL-MURIID


 BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Sebuah  realitas  yang  tak  bisa  dipungkiri  bahwa  secara  tehnis  penentuan  awal  bulan  kamariah  merupakan  persoalan  yang  lebih  berpotensi  terjadi  perbedaan  (Ikhtilaf  ),  apapun  landasan  fiqih  yang  digunakan  atau  metode  perhitungan  yang  dipakai.
 Tidak  lain  penyebabnya  adalah sistem perhitungan yang digunakan dalam penentuan  awal  bulan  kamariah. Dapat dikatakan juga sering terjadinya perselisihan  cara yang dipakai. Satu pihak ada yang mengharuskan dengan rukyah saja  dan  pihak  lain  mengharuskan  dengan  hisab  saja.  Masing-masing   “Kamariah” adalah 1. Berkenaan dengan  Bulan; 2. Dihitung menurut peredaran  Bulan (tt  kalender,  penanggalan).  Lihat  Departemen  Pendidikan  Nasional,  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia, Edisi IV (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 611. Bandingkan dengan  “Qamariah”  dalam  kamus  ilmu  falak  Muhyidin  khazin,  adalah  sistem  penanggalan  yang  didasarkan pada peredaran  Bulan  mengelilingi Bumi. Lihat dalam Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu  Falak, cet I, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), hlm. 67.
 Ikhtilaf  artinya  berselisih  atau  berbeda  pendapat  tentang  sesuatu  hal  yang  ada  hubungannya  dengan  kemaslahatan  Islam.  Perbedaan  pendapat  antara  pemikir  Islam  (Ulama)  merupakan  rahmat  bagi  umat  Islam,  jika  dilandasi  oleh  tuntutan  pengabdian  pada  Allah  dengan  ikhlas. Lihat M.  Shodiq,  Kamus Istilah Agama “Memuat Berbagai Istilah Agama Bersumber AlQur’an dan Hadis dll”, (Jakarta: Bonafida Cipta Pratama, 1991), hlm. 134.

 Dalam makalah yang disampaikan oleh Ahmad Izzudin pada Pendidikan Keterampilan  Khusus  Bidang  Hisab-Rukyah  Tahun  Anggaran  2007  dengan  tema  “Lestarikan  Tradisi  Ulama  Salaf  Kembangkan  Keterampilan  Hisab  Rukyah”  Direktorat  Pendidikan  Diniyah  Dan  Pondok  Pesantren  Ditjen  Pendidikan  Islam  Agama  RI.  Direktorat  Pendidikan  Diniyah  Dan  Pondok  Pesantren Ditjen Pendidikan  Islam Agama RI,  Kumpulan Materi Pelatihan Ketrampilan Khusus  Bidang  Hisab  Rukyah  “Lestarikan  Tradisi  Ulama  Salaf  Kembangkan  Keterampilan  Hisab  Rukyah”, (Semarang: Masjid Agung Jawa Tengah, 2007), hlm. 1.
 Hamzah,  Pluralisme  dalam  Menentukan  Awal  Bulan  Ramadhan  dan  Syawal  Sebuah  Realitas,hlm. 1.    http://www.badilag.net/data/hisab%20rukyah/Hisab%20Rukyah-ikhtilaf.pdf, 23-04-2010.
 Permasalahan penentuan awal  Bulan  kamariah  tersebut berkisar pada : Perbedaan hasil  hisab  dan  hasil  rukyah,  Perbedaan  sistem  perhitungan,  Perbedaan  sistem  rukyah,  Perbedaan  kriteria  penentuan  awal  Bulan,  Perbedaan  data/  sumber  hisab,  kurang  adanya  pengembangan  observasi lapangan, kurang sosialisasi. Ibid. hlm. 2.
 menggunakan  argumentasi  dan  dalil-dalilnya  sendiri.  Baik  dalam  alQur’an atau dalam Hadis.
 Pada  dasarnya  ada  dua  sistem  bulan  yang  digunakan  untuk  menentukan  waktu  yaitu  bulan  Kamariah  (Lunar  Month)  dan  bulan  Syamsiyah  (solar  Month,  bulan  Matahari).  Agama  Islam  menggunakan  dua sistem tersebut untuk kepentingan ritualitasnya. Beberapa rukun Islam  penentuannya  menggunakan  dua  sistem  tersebut.  Misalnya,  puasa  Ramadan  dan  Ibadah  Haji.  Sementara  itu  ibadah  salat  terikat  dengan  waktu,  ditentukan  oleh  peredaran  Matahari  (dauratusy  syams).  Zuhur,  Asar,  Magrib, Isya,  dan  Subuh  tidak dapat dilaksanakan tanpa  mengenal  sistem  peredaran  Matahari,  atau  yang  akrab  dikenal  dengan  “waktu”.
Waktu merupakan syarat sah salat.
 Terkait dengan peredaran Bulan dan Matahari sebagai sarana untuk  menentukan  waktu  ibadah  bagi  umat  Islam  maka  untuk  mempermudah  pamahaman,  dalam  diskursus  penanggalan  hijriah  dikenal  dua  istilah  hisab, yaitu hisab Urfi  dan hisab Hakiki  .
 Susiknan  Azhari,  Hisab  &  Rukyah  “Wacana  Untuk  Membangun  Kabersamaan  di  Tengah Perbedaan”, cet I (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2007), hlm. 97.
 Ramadan adalah Bulan ke-9 tahun Hijriah (29 ayau 30 hari), pada Bulan ini orang Islam  yang  sudah  akil  balig  diwajibkan  berpuasa.  Departemen  Pendidikan  Nasional.  Kamus  Besar  bahasa Indonesia, op.cit. hlm. 1136.
 Salat adalah rukun islam kedua, berupa ibadah kepada Allah swt., wajib dilakukan oleh  setiap  muslim  mukalaf,  dengan  syarat,  rukun,  dan  bacaan  tertentu  dimulai  dengan  takbir  dan  diakhiri dengan salam, salat jua diartikan doa kepada Allah. Ibid, hlm. 1208.
 Susiknan  Azhari.  Hisab  &  Rukyah  “Wacana  Untuk  Membangun  Kabersamaan  di  Tengah Perbedaan”, op. cit. hlm. 96.
 Hisab urfi adalah sistem perhitungan kalender yang didasarkan pada  peredaran ratarata  Bulan  mengelilingi  Bumi  dan  ditetapkan  secara  konvensional.  Baca  Depag  RI,  Pedoman  Perhitungan Awal Bulan  Qamariyah, cet II (Jakarta: Ditbinbapera, 1995), hlm. 7.  Sistem hisab ini   Menurut  sistem  hisab  urfi,  umur  bulan  Sya’ban  dan  Ramadan  selalu  tetap  yaitu  29  hari  untuk  Sya’ban  dan  30  hari  untuk  Ramadan.
 Padahal  menurut  kenyataannya  tidaklah  demikian  yakni  bulan  tidaklah  pasti  berumur  29  hari  untuk  Sya’ban  dan  30  hari  untuk  Ramadan,  melainkan  umur  bulan  itu  konstan.  hal  ini  sangat  bertentangan  dengan  ilmu  astronomi  modern  dan  juga  bertentangan  dengan  sabda  Nabi  Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh imam Bukhari yang berbunyi “Dari  Nafi’  dari  Abdillah  bin  Umar  bahwasanya  Rasulullah  SAW. menjelaskan bulan Ramadhan kemudian beliau bersabda :  janganlah kamu berpuasa sampai kamu melihat hilal dan (kelak)  janganlah kamu berbuka sebelum melihatnya lagi. Jika tertutup  awan maka perkirakanlah”. (HR Bukhari) Sementara  menurut  sistem  hisab  hakiki,  umur  tiap  bulan  tidaklah  konstan dan juga tidak beraturan, melainkan tergantung posisi hilal  pada  dimulai sejak ditetapkan oleh khalifah Umar bin Khattab ra (17 H) sebagai acuan untuk menyusun  kalender  Islam  abadi.  Penjelasan  selengkapnya  tentang  alasan  mengapa  Umar  bin  Khattab  ra  menetapkan  peristiwa  hijrah  sebagai  landasan  hitungan.  Baca  dalam  Nourouzzaman  Shiddiqi,  Jeram-jeram Peradaban Muslim, cet I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 81-86.
 Hisab  hakiki  adalah  sistem  hisab  yang  didasarkan  pada  peredaran  Bulan  dan  Bumi  sebenarnya.  Lihat  dalam  Susiknan  Azhari.  Hisab  &  Rukyah  “Wacana  Untuk  Membangun  Kebersamaan di Tengah Perbedaan ”, op. cit. hlm. 4.
 Ibid. hlm. 3.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi