Sabtu, 23 Agustus 2014

Skripsi Syariah:UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 MALANG


BAB I  PENDAHULUAN  
A.  Latar Belakang Masalah  Al-Qur’an adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mukjizat (bukti  kebenaran  atas  kenabian  Muhammad)  yang  diturunkan  kepada  Nabi  Muhammad yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yangdiriwayatkan dengan  jalan mutawatir, dan yang membacanya dipandang beribadah.
 Untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kebahagiaan hidup baik  di dunia maupun di akhirat melalui Al-Qur’an, maka  setiap umat Islam harus  berusaha belajar, mengenal, membaca dan mempelajarinya.
 Al-Qur’an  diturunkan  Allah  kepada  manusia  untuk  dibaca  dan  diamalkan. Ia telah terbukti menjadi pelita agung dalam memimpin manusia  mengarungi  perjalanan  hidupnya.  Tanpa  membaca  manusia  tidak  akan  mengerti  akan  isinya  dan  tanpa  mengamalkannya  manusia  tidak  akan  dapat  merasakan kebaikan dan keutamaan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an.
 Di era globalisasi ini, banyak sekali pergeseran nilai dalam kehidupan  masyarakat dikarenakan para generasi kita masih banyak yang belum mampu  untuk  membaca  Al-Qur’an  secara  baik  apalagi  memahaminya.  Oleh  karena  itu,  sebagai  orang  tua  harus  mengusahakan  sedini  mungkin  untuk  mendidik  dan membiasakan membaca Al-Qur’an.

  Masfuk  Zuhdi,  Pengantar  Ulumul  Qur’an (Surabaya:  Karya  Abditama,  1997),  hl;m. 1   Ibid.,  hlm.
 Muhammad Thalib, Fungsi dan Fadhillah Membaca Al-Qur’an(Surakarta: Kaffah  Media, 2005), hlm. 11  Dengan  membaca  Al-Qur’an  atau  mendengarkan  bacaan  Al-Qur’an  dengan hikmah serta meresapinya isinya niscaya akanmendapat petunjuk dari  Allah  SWT,  serta  dapat  menenangkan  hati.  Itulah  yang  dinamakan  Rahmat  dari Allah SWT.
 Al-Qur’an  tidak  hanya  sebagai  kitab  suci,  tetapi  ia sekaligus  merupakan  pedoman  hidup, sumber ketenangan jiwa  serta dengan  membaca  Al-Qur’an  dan  mengetahui  isinya  dapat  diharapkan  akan  mendapat  Rahmat  dari Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 82Artinya:  Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan  rahmat  bagi  orang-orang  yang  beriman  dan  Al-Quran  itu  tidaklah  menambah  kepada  orang-orang  yang  zalim  selain  kerugian.(Qs.  AlIsra’: 82).
 Dalam kehidupan kaum muslimin tidak akan terlepas dari Al-Qur’an  karena  Al-Qur’an  yang  sangat  lengkap  dan  sempurna  isinya  itu  diyakini  sebagai  petunjuk  yang  sekaligus  menjadi  pedoman  hidup  dalam  urusan  duniawi  dan  ukhrawi  sehingga  tidaklah  mengherankan  jika  kaum  muslimin  selalu kembali kepada Al-Qur’an setiap menghadapi permasalahan kehidupan.
Di samping itu Al-Qur’an juga berfungsi sebagai sumber ajaran Islam,  serta  sebagai  dasar  petunjuk  di  dalam  berfikir,  berbuat  dan  beramal  sebagai  kholifah  di  muka  bumi.  Untuk  dapat  memahami  fungsi  Al-Qur’an  tersebut,   Ibid., hlm.
 Al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit., hlm. 290  maka  setiap  manusia  yang  beriman  harus  berusaha  belajar,  mengenal,  membaca  dengan  fasih  dan  benar  sesuai  dengan  aturan membaca  (ilmu  tajwidnya),  makharijul  huruf,  dan  mempelajari  baik  yang  tersurat  maupun  yang terkandung di dalamnya (tersirat), menghayatinya serta mengamalkan isi  kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
 Sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Qomar pada ayat  22 yang berbunyi:  Artinya: Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran,  Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran.(Qs. Al-Qomar).
 Ayat  tersebut  di  atas  dapat  dipahami  bahwa  wajib  hukumnya  bagi  setiap  muslim  yang  beriman  kepada  Allah  dan  Kitab-kitabnya  untuk  mempelajari isi kandungan dengan baik dan benar.
Namun  demikian,  dewasa  ini  banyak  sekali  di  tengah  masyarakat  generasi muda Islam yang belum mampu atau bahkan ada yang sama sekali  tidak  dapat  membaca  Al-Qur’an  padahal  bacaan  Al-Qur’an  termasuk  juga  bacaan dalam sholat.
Pemandangan lain yang cukup memprihatinkan adalah akhir-akhir ini  dirasakan kecintaan membaca Al-Qur’an di kalangan umat Islam sendiri agak  semakin  menurun.  Bahkan  sudah  jarang  sekali  terdengar  orang  orang  membaca  Al-Qur’an  di  rumah-rumah  orang  Islam,  padahal  mereka  tahu    Abu  Yahya  As-  Syilasyabi,  Cara  Mudah  Membaca  Al-Qur’an  Sesuai  Kaidah  Tajwid(Yogyakarta: Daar Ibn Hazm, 2007), hlm 12   Al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit., hlm. 529.
membaca  Al-Qur’an  merupakan ibadah  yang  memperoleh  pahala  dari  Allah  SWT. Jika umat Islam sudah merasa tidak penting untuk membaca Al-Qur’an,  maka siapakah yang akan mau membaca Al-Qur’an kalaubukan orang Islam  itu sendiri.
 Dapat diketahui bahwa setiap muslim mempunyai tanggung jawab dan  berkewajiban  untuk  mengajarkan  dan  mengamalkan  Al-Qur’an  sebagai  petunjuk  dan  pedoman  hidup  seluruh  umat  manusia  yang  ada  di  dunia  ini.
Apalagi  dalam  menghadapi  tantangan  zaman  di  abad  modern  dengan  perkembangan dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat  seperti  sekarang  ini.  Masyarakat  muslim,  secara  khusus  orang  tua,  ulama  terutama  guru  di  sekolah  perlu  khawatir  dan  prihatin  terhadap  anak-anak  sebagai  generasi  penerus  terhadap  maju  pesatnya  IPTEK  yang  berdampak  pada  terjadinya  pergeseran  budaya  hingga  berpengaruh  pada  pelaksanaan  kegiatan  pembelajaran  Al-Qur’an,  manusia  di  zaman  ini  cenderung  lebih  menekankan  ilmu  umum  yang  condong  pada  kepentingan  dunia  dan  melupakan ilmu keagamaan sebagai tujuan di akhirat  kelak. Ketidakpedulian  manusia dalam belajar Al-Qur’an akan mengakibatkan terjadinya peningkatan  buta  huruf  Al-Qur’an  yang  pada  akhirnya  Al-Qur’an  yang  merupakan  Kalamullah tidak lagi di baca ataupun dipahami apalagi diamalkan.
 Membaca  Al-Qur’an  dengan  fasih  dan  benar,  mengerti  akan  kandungan ayat yang dibacanya apalagi mau mengamalkannya, niscaya akan  mendapat  suatu  kemuliaan  dari  Allah  SWT,  bahkan  bila  perlu  dilagukan   Abu Yahya As- Syilasyabi, op, cit., hlm. 13   Muhammad Thalib,  op. cit., , hlm. 14  dengan  suara  yang  merdu,  sebab  itu  termasuk  Sunnah  Rasul.  Sabda  Nabi  SAWArtinya:  Dari Abu Hurairah r. a berkata: saya telah mendengar Rasulullah  SAW  bersabda:  Allah  SWT  tiada  senang  mendengar  seorang  yang  sedang  melakukan  bacaan  Al-Qur’an  dengan  suara  yang keras  dan  merdu (HR Shahih Muslim).
 Berdasarkan  keterangan  hadits  tersebut  dapat  dimengerti  bahwa  membaca  Al-Qur’an  dengan  suara  merdu  akan  mendapat  tambahan  pahala  dari  Allah.  Suara  merdu  tidak  hanya  dipakai  untuk  menyanyikan  lagu  saja,  melainkan  sebaiknya  digunakan  untuk  membaca  Al-Qur’an  dan  juga  mengetahui  isi  kandungannya.  Nilai-nilai  agama  telah  mulai  luntur  dan  ditinggalkan  sama  sekali.  Budaya  membaca  Al-Qur’an  di  rumah-rumah  setelah  sholat  fardhu  sudah  jarang  didengarkan.  Membaca  Al-Qur’an  telah  digantikan  dengan  bacaan-bacaan  atau  media-media  informasi  lain  seperti:  koran  atau  surat  kabar,  majalah,  televisi  dll.  Lebih  parah  lagi  menurunnya  kemampuan orang-orang muslim dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan  benar.
  Muslim,  Abu  Husain  Ibnu,  Al-Qur’an  Hajjaj  Ibnu  Muslim  Al-Qur’an  Qusyairi,  Jilid I, Shahih Muslimhlm. 987  Dalam  proses  pendidikan  upaya  atau  usaha  guru  sangatlah  penting  demi  kelangsungan  proses  belajar  mengajar  yang  baik.  Dalam  pengertian  upaya  atau  usaha  mempunyai  arti  yang  sama  yaitu  ikhtiar  untuk  mencapai  sesuatu  yang  hendak di capai.  Sedangkan  pengertian  guru  itu  sendiri adalah  pendidik  profesional,  karena  ia  telah  merelakan  dirinya  menerima  dan  memikul  sebagian  tanggungjawab  pendidikan  yang  sebenarnya  menjadi  tanggungjawab orang tua.
 Pada saat ini tidaklah asing lagi apabila mendengarpara pendidik yang  menyatakan  keluhan-keluhan  tentang  pengajaran  materi  PAI  dalam  hal  membaca Al-Qur’an khususnya di sekolah. Salah satu sekolah tersebut adalah  SMAN 1 Malang, hal itu disebabkan banyak faktor yaitu:  1.  Tidak semua siswanya itu berasal dari Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah  Tsanawiyah.
s'>  < � n o 0� �� style='mso-spacerun:yes'>  awam  sekalipun  ikut  mengomentari   pendidikan  dan  tenaga  pengajar  yang  ada.  Kenyataan  tersebut  menggugah  kalangan  akademisi,  sehingga  mereka  membuat  perumusan  untuk  meningkatkan  kualifikasi  guru  melalui  pemberdayaan  dan  peningkatan   Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Dalam Prespektif Islam, (Bandung: P.T. Remaja  Rosda Karya), hlm. 113.
  Farid Hasyim, Strategi Madrasah Unggul, (Jogjakarta: Prismashopie), hlm. 155.
 6  profesionalisme  guru  melalui  program-program  peningkatan  kualitas  guru  yang  difasilitsi birokrasi yang ada namun yang menjadi permasalahan baru guru hanya  memahami program-program tersebut hanya sebagai formalitas untuk memenuhi  tuntutan  kebutuhan  yang  sifatnya  administratif.  Sehingga  kompetensi  guru  profesional  dalam  hal  ini  tidak  menjadi  prioritas  utama.  Dengan  pemahaman  tersebut, kontribusi untuk siswa menjadi kurang diperhatikan bahkan terabaikan.
 Sehingga  yang  menjadi  imbasnya  adalah  siswa  sebagai anak  didik  tidak  mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal. Padahal siswa ini adalah sasaran  pendidikan  yang  dibentuk  melalui  bimbingan,  keteladanan,  bantuan,  latihan,  pengetahuan yang maksimal, kecakapan, keterampilan,nilai, sikap yang baik dari  seorang guru.
 Maka hanya dengan seorang guru profesional hal tersebut dapat terwujud  secara  utuh,  sehingga  akan  menciptakan  kondisi  yang menimbulkan  kesadaran  dan  keseriusan  dalam  proses  kegiatan  belajar  mengajar.  Dengan  demikian,  apa  yang  disampaikan  seorang  guru  akan  berpengaruh  terhadap  hasil  pembelajaran.
 Tidak  kompetennya  seorang  guru  dalam  penyampaian  bahan  ajar  secara  tidak  langsung  akan  berpengaruh  terhadap  hasil  dari  pembelajaran.  Karena  proses  pembelajaran  tidak  hanya  dapat  tercapai  dengan  keberanian,  melainkan  faktor  utamanya  adalah  kompetensi  yang  ada  dalam  diri  seorang  guru.  Keterbatasan  pengetahuan  guru  dalam  penyampaian  materi  baik  dalam  hal  metode  ataupun  penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh terhadap pembelajaran.
 Melihat wacana di atas, sangat terlihat bahwa kompetensi profesional guru  dapat  berpengaruh  terhadap   pencapaian  kompetensi  siswa.  Atas  dasar  wacana  7  yang ada di lapangan, maka penulis ingin membuktikan apakah persepsi yang ada  di  kalangan  masyarakat  mengenai  masalah  kompetensi  guru  itu  benar  atau  sebaliknya,  dengan  melakukan  suatu  penelitian  dalam hal  ini  peneliti  memfokuskan  penelitian  pada  salah  satu  kompetensi  guru  yakni  kompetensi  profesional guru.
 Berdasarkan  latar  belakang  masalah  di  atas,  maka  penulis  tertarik  untuk  melakukan  penelitian  dan  membahasnya  dalam  bentuk  skripsi  yang  berjudul  “PENGARUH  KOMPETENSI  PROFESIONAL  GURU  TERHADAP  PENCAPAIAN  KOMPETENSI  SISWA  PADA  MATA  PELAJARAN  FIQIH  KELAS XI MAN TLOGO BLITAR”.
 B. Rumusan Masalah  Berdasar  latar  belakang  masalah  di  atas,  maka  dapat dirumuskan  secara  umum  sebagai  berikut:  “Bagaimana  pengaruh  kompetensi  profesional  guru  terhadap pencapaian kompetensi siswa pada mata pelajaran fiqih kelas XI MAN  Tlogo Blitar”.
  Rumusan  umum  masalah  di  atas  dapat  dijabarkan  kedalam  berbagai  masalah khusus sebagai berikut:  1.  Apakah  ada  pengaruh  antara  kompetensi  profesional  guru  terhadap  pencapaian kompetensi siswa pada mata pelajaran fiqih kelas XI MAN Tlogo  Blitar?  8  2.  Seberapa  besar  pengaruh  antara  kompetensi  profesional  guru  terhadap  pencapaian kompetensi siswa pada mata pelajaran fiqih kelas XI MAN Tlogo  Blitar?  C.  Tujuan Penelitian  Secara  umum  tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk  menganalisis  Pengaruh  kompetensi  profesional  guru  terhadap  pencapaian  kompetensi  siswa  pada  mata  pelajaran  fiqih  kelas  XI  MAN  Tlogo  Blitar.   Adapun  tujuan  khususnya  adalah  untuk:  1.  Untuk  mengetahui  adakah  pengaruh  antara  kompetensi  profesional  guru  terhadap  pencapaian  kompetensi  siswa  pada  mata  pelajaran  fiqih  kelas  XI  MAN Tlogo Blitar.
 2.  Menganalisis  besarnya  pengaruh  kompetensi  profesional  guru  terhadap  pencapaian kompetensi siswa pada mata pelajaran fiqih kelas XI MAN Tlogo  Blitar.
 D.  Manfaat Penelitian  Penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  manfaat  bagi  pihak-pihak  sebagai berikut:  1.  Pengembangan Ilmu Pengetahuan  Secara  umum  temuan  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  dukungan  terhadap  penelitian  sejenis  yang  diadakan  sebelumnya.  Selain  itu,  hasil  dari  penelitian  ini  diharapkan  untuk  memperkaya  hasil  penelitian  dan  9  pengembangan  ilmu  pengetahuan  yang  berkaitan  dengan dunia  pendidikan  khususnya  yang  berkaitan  dengan  masalah  kompetensi  profesional  yang  harus  dimiliki seorang guru dan pencapaian kompetensi siswa.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi