Senin, 27 Oktober 2014

Skripsi Ekonomi: Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2008-2013

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
Skripsi Ekonomi: Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2008-2013
Pasar  modal  (capital  market)  merupakan  pasar  untuk  berbagai  instrumen  keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan. Pasar modal adalah pertem uan  antara pihak  yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak  yang kekurangan dana  dengan  cara  memperjualbelikan  sekuritas,  yang  umumnya  mempunyai  umur  lebih  dari satu tahun, sedangkan secara fisik atau tempat di mana terjadi jual beli sekuritas  disebut  bursa  efek  (Tandelilin  2001:13).  Pemerintah  dalam  hal  ini  berupaya  untuk  meningkatkan  peran  pasar  modal  karena  peranannya  yang  sangat  penting  dalam  pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan  wahana investasi masyarakat.

Seseorang yang melakukan kegiatan investasi disebut sebagai investor. Pada  setiap  kegiatan  investasi  yang  mereka  lakukan  tentulah  memiliki  tujuan  untuk  memperoleh  keuntungan,  keamanan,  dan  pertumbuhan  dana  yang  telah  diinvestasikan.  Dengan  dasar  tersebut  maka  para  investor  harus  terlebih  dahulu  melakukan  analisis  terhadap  faktor  yang  dapat  mempengaruhi  kondisi  perusahaan  emiten dimana mereka menanamkan sahamnya. Analisis ini dilakukan agar investor  memperoleh  gambaran  yang  jelas  terhadap  kemampuan  perusahaan  tersebut  agar  selalu tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang.
Dalam  melakukan  analisis  dan  memilih  saham,  ada  dua  analisis  atau  pendekatan yang sering digunakan, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.
  Analisis teknikal adalah suatu metode  yang digunakan untuk menilai saham, dimana  dengan metode ini para analis melakukan evaluasi saham berbasis pada data-datadata  statistik  yang  dihasilkan  dari  aktivitas  perdagangan  saham,  seperti  harga  saham  dan  volume  transaksi.  Dengan  berbagai  grafik  yang  ada  serta  pola-pola  grafik  yang  terbentuk,  analisis  teknikal  mencoba  memprediksi  arah  pergerakan  harga saham ke depan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006).
Analisis  fundamental  merupakan  salah  satu  cara  melakukan  penilaian  saham  dengan  mempelajari  atau  mengamati  berbagai  indikator  terkait  kondisi  makro  ekonomi  dan  kondisi  industri  suatu  perusahaan,  termasuk  berbagai  indikator keuangan dan manajemen perusahaan di masa mendatang (Darmadji dan  Fakhruddin, 2006).
Indikator kondisi ekonomi makro yang tekait antara lain yaitu tingkat suku  bunga  (SBI),  nilai  tukar  Rupiah/Dolar,  dan  inflasi.  Sedangkan  untuk  analisis  perusahaan  terdapat  dua  komponen  utama  dalam  analisis  fundamental  yaitu  Earning  Per  Share  (EPS)  dan  Price  Earning  Ratio  (PER)  perusahaan  untuk  mengestimasi nilai intrinsik suatu saham (Tandelilin, 2001).
Pada  pertengahan  tahun  2008  telah  terjadi  krisis  ekonomi  global  yang  disebabkan oleh krisis keuangan di Amerika Serikat. Efek yang ditimbulkan dari  krisis  tersebut  merambat  ke  seluruh  dunia,  termasuk  Indonesia,  dimana  ditunjukkan  dengan  penurunan  IHSG  (Indeks  Harga  Saham  Gabungan)  dan  melemahnya  nilai  tukar  rupiah  terhadap  dollar.  Sehingga  banyak  investor  yang  berinvestasi  pada  saham  mengalami  kerugian  besar.Kejadian  ini  menunjukkan  bahwa  beberapa  faktor  internal  dan  faktor  eksternal  dapat  mempengaruhi  perubahan harga saham perusahaan.
  Ibrahim  dan  Wan  Yusoff  (2001:  157-158)  meneliti  tentang  Variabel  makroekonomi, nilai tukar dan harga saham di Malaysia, mereka menyimpulkan  bahwa  variabel  makroekonomi  (pengeluaran  riil,  tingkat  harga  dan  jumlah  uang  beredar) dan nilai tukar mempengaruhi harga saham di Malaysia. Penelitian ini mengatakan  bahwa  depresiasi  nilai  Ringgit  Malaysia  berkorelasi  positif  dengan  depresiasi pada pergerakan pasar modal.
Sebaliknya, ada pendapat yang mengatakan variabel makroekonomi justru  memiliki  hubungan  yang  negatif  terhadap  harga  saham.  Thorbecke  (1997:  18)  pada  penelitiannya,  On  Stock  Market  Returns  and  Monetary  Policy  menyimpulkan  bahwa  ada  pengaruh  yang  negatif  pada  tingkat  suku  bunga  The  Fed  dengan  indeks  harga  saham  Dow  Jones.  Hal  ini  juga  berlaku  pada  indeks  saham sektor industri dan konsumsi.
Rodoni (2006) mengatakan bahwa terdapat pengaruh negatif dari variabel  tingkat  suku  bunga  (SBI)  terhadap  laba  harga  saham,  jika  tingkat  suku  bunga  mengalami penurunan maka pergerakan pasar modal akan mengalami kenaikan.
Ang  (2004:  19)  mengatakan  bahwa  kenaikan  inflasi  yang  tinggi  menyebabkan  penurunan  keuntungan  perusahaan,  hal  tersebut  mengakibatkan  ekuitas  dari  surat-surat  berharga  jadi  kurang  kompetitif.  Sama  hal-nya  dengan  melemahnya  nilai  tukar  rupiah  terhadap  dollar,  apresiasi  nila  tukar  akan  menimbulkan  efek  yang  negatif  pada  pasar  modal,  karena  hal  ini  menyebabkan  pasar modal menjadi sebuah daya tarik. Jika tingkat suku bunga meningkat, secara  negatif maka akan berpengaruh pada pergerakan pasar modal.
Penelitian yang dilakukan Indri Paramithasari (2009) menunjukkan bahwa  tidak ada pengaruh positif yang signifikan dari variabel inflasi dan nilai tukar, dan    tidak  terdapat  pula  pengaruh  negatif  yang  signifikan  pada  variabel  tingkat  suku  bunga (SBI) pada return saham pada sektor industri.
Enggarini  (2006)  menganalisis  pengaruh  variabel  fundamental  dan  teknikal terhadap harga saham emiten yang tergabung dalam LQ 45 periode 2002-2004.  Penelitiannya  bertujuan  untuk  mengetahui  besarnya  pengaruh  variabel  fundamental  (EPS,  ROA,ROE)  dan  variabel  teknikal  (harga  saham  masa  lalu),  terhadap harga saham emiten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial  EPS  dan  harga  saham  masa  lalu  berpengaruh  signifikan  terhadap  harga  saham.
Senada  dengan  itu,  Rowland  (2008)  dalam  penelitiannya  mengatakan  bahwa  earning  per  share  (EPS)  merupakan  variabel  yang  memiliki  pengaruh  dominan  pada enam industri.
Penelitian  Farid  (2007)  bertujuan  untuk  mengetahui:  1)  EPS,  PER,  dan  ROE  terhadap  harga  saham,  secara  simultan  maupun  secara  parsial;  2)  variabel  bebas  yang  dominan  berpengaruh  terhadap  harga  saham.  Hasil  penelitiannya  menunjukkan bahwa EPS, PER, dan ROE berpengaruh signifikan secara simultan  terhadap harga saham. Secara parsial, EPS berpengaruh signifikan terhadap harga  saham.
Namun,  penelitian  lainnya  justru  menunjukkan  bahwa  variabel  tingkat  inflasi,  nilai  tukar  dan  Debt  to  Equity  Ratio  (DER)  memiliki  efek  negatif  yang  signifikan  pada  return  saham  (Prihatini,  2009).  Selain  itu,  Riska  (2002)  menganalisis  pengaruh  earning  per  share,  price  earning  ratio,  dan  return  on  equity  terhadap  harga saham emiten industri properti di Bursa Efek Jakarta. Hasil  penelitiannya  menyatakan  bahwa  secara  simultan  dan  parsial,  tidak  satupun  variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
  Disebut-sebut  salah  satu  Industri  di  Indonesia  yang  cenderung  selalu  memiliki  keuntungan  positif  adalah  industri  rokok.  Sebenarnya,  adanya  industri  rokok  di  Indonesia  memang  sedikit  dilematis.  Pada  satu  sisi  industri  rokok  merupakan  sumber  pendapatan  bagi  pemerintah  karena  cukai  rokok  memang  berhasil  sebagai  sumber  penerimaan  negara.  Namun  pada  sisi  lain  rokok  dikampanyekan untuk tidak dikonsumsi karena dampaknya yang tidak baik untuk  kesehatan. Peranan industri rokok dalam perekonomian Indonesia saat ini terlihat  semakin  besar,  selain  sebagai  motor  penggerak  ekonomi  juga  menyerap  banyak  tenaga kerja.
Tabel 1.Perbandingan Return Saham Pada Sektor Industri Barang dan Konsumsi Tahun 2010-2012 (Dalam Persentase) No  Sub Sektor  Return Saham 2010  2011  2011  Rokok  0.93 0.32 0.22  Makanan dan Minuman 0.63 0.29 0.53  Perlengkapan Rumah  Tangga 0.74 0.28 0.74  Kosmetik 0.77 0.30 0.45  Farmasi 0.32 0.30 0.3Rata-Rata Sektor  0.68 0.30 0.4Sumber: idx.co.id (Data diolah kembali) 13 Februari 2013, 14:3Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nilai return saham pada seluruh  subsektor  yang  ada  di  sektor  industri  barang  dan  konsumsi  selama  3  tahun  berturut-turut  berfluktuasi  dan  cenderung  menurun.  Rata-rata  sektor  industri  barang dan konsumsi pada tahun 2011 menurun menjadi 0,30% sedangkan tahun  2012  naik  kembali  menjadi  0,46%.  Namun,  jika  dilihat  satu  persatu  nilai  return    saham subsektor yang ada di industri barang dan konsumsi masih berada di bawah  rata-rata sektor sehingga dapat dikatakan memiliki nilai  return saham yang tidak  begitu  baik.  Begitupun  pada  subsektor  rokok,  meskipun  persentase  return  sahamnya  pada  tahun  2010  dan  2011  berada  diatas  rata-rata  sektor,  namun  penurunan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2012 menjadi 0.20% berada  di bawah standar rata-rata sektor yaitu 0.46%.
Terdapat  empat  emiten  perusahaan  yang  bergerak  pada  industri  rokok  yang terdaftar di BEI hingga tahun 2014 ini. Keempat perusahaan tersebut adalah  PT  Hanjaya  Mandala  Sampoerna  Tbk.  (HMSP),  PT  Gudang  Garam  Tbk.
(GGRM),  PT  Bentoel  International  Investama  Tbk.  (RMBA),  dan  PT  Wismilak  Inti Makmur Tbk. (WIIM).
Pentingnya penelitian ini adalah untuk melihat secara langsung pengaruh  tingkat  suku  bunga  (SBI),  nilai  tukar  Rupiah/Dolar,  inflasi,  Earning  Per  Share  (EPS),  sebagai  variabel  independen  terhadap  indeks  harga  saham  perusahaan  rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai variabel dependen. Karena  tingkat suku bunga, nilai tukar Rupiah/Dolar, inflasi,  Earning Per Share  (EPS),  merupakan  faktor-faktor  fundamental  terhadap  harga  saham  perusahaan  rokok.
Berdasarkan  uraian  di  atas  dan  beberapa  literatur  terdahulu,  adapun  judul  penelitian  ini  adalah  :  "Analisis  Pengaruh  Faktor  Fundamental  Terhadap  Harga  Saham  Perusahaan  Rokok  yang  Terdaftar  di  Bursa  Efek  Indonesia  (BEI) Periode 2008-2013".
  B. Rumusan Masalah.
Pada  latar  belakang  yang  telah  disampaikan  dapat  dirumuskan  permasalahan sebagai berikut.
1.  Bagaimana  pengaruh  tingkat  suku  bunga  (SBI)  terhadap  indeks  harga  saham perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?.
2.  Bagaimana  pengaruh  nilai  tukar  Rupiah/Dolar  terhadap  indeks  harga  saham perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?.
3.  Bagaimana  pengaruh  inflasi  terhadap  indeks  harga  saham  perusahaan  rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?.
4.  Bagaimana  pengaruh  Earning  Per  Share  (EPS)  terhadap  indeks  harga  saham perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?.
C. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan  permasalahan  penelitian  seperti  yang  diungkapkan  sebelumnya,  Penelitian ini bertujuan untuk :.
1.  Menganalisis  pengaruh  tingkat  suku  bunga  (SBI)  terhadap  indeks  harga  saham perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2.  Menganalisis  pengaruh  nilai  tukar  Rupiah/Dolar  terhadap  indeks  harga  saham perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.  Menganalisis  pengaruh  inflasi  terhadap  indeks  harga  saham  perusahaan  rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
4.  Menganalisis  pengaruh  Earning  Per  Share  (EPS)  terhadap  indeks  harga  saham perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
D. Manfaat Penelitian.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :.
1.  Bagi Investor hasil dari studi ini diharapkan dapat membantu memprediksi  harga  saham  dengan  memanfaatkan  informasi  yang  berkaitan  dengan  faktor  fundamental  terkait  dan  menjadi  salah  satu  masukan  dalam  mempertimbangakan keputusan investasi.
2.  Bagi akademisi dan peneliti di bidang keuangan di Indonesia, hasil studi  ini  dapat  dijadikan  salah  satu  masukan  seputar  pengaruh  variabel  makro  ekonomi terhadap indeks harga saham perusahaan rokok di Indonesia.
3.  Bagi para pembuat kebijakan (pemerintah), penelitian ini diharapkan dapat  menjadi masukan dalam penentuan penentuan kebijakan di Pasar Modal.
4.  Bagi  perusahaan  dapat  digunakan  sebagai  dasar  untuk  meningkatkan  kinerja,  sehingga  dapat  meningkatkan  harga  per  lembar  saham  yang  dimiliki perusahaan.

 Skripsi Ekonomi: Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2008-2013

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi