Senin, 27 Oktober 2014

Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang.
Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu
Pertumbuhan  ekonomi  Indonesia  digerakkan  oleh  semua  komponen  usaha,  mulai  dari  usaha  besar,  usaha  kecil  dan  menengah,  maupun  koperasi. Salah  satu  faktor  yang  mempercepat  pertumbuhan  suatu  Negara  adalah  Usaha  Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM memiliki peran yang sangat besar  dalam  memajukan  pertumbuhan  ekonomi  dengan  berkontribusi  dalam  pendapatan daerah maupun nasional. Pembangunan perekonomian di  Indonesia  tidak  bisa  terlepas  dari  UMKM,  dikarenakan  sebagian  besar  perekonomian  masyarakat Indonesia bertumpu pada sektor UMKM, baik pada sektor tradisional  maupun yang sudah modern.  Perkembangan jumlah UMKM periode 2011-2012  mengalami  peningkatan  sebesar  2,41  persen  yaitu  dari  55.206.444  unit  pada  tahun 2011 menjadi 56.534.592 unit pada tahun 2012. UMKM merupakan pelaku  usaha terbesar dengan persentasenya sebesar 99,99 persen dari total pelaku usaha  nasional pada tahun 2012 (Depkop).

Selain  itu  UMKM  juga  berperan  penting  dalam  menciptakan  lapangan  kerja  baru.  Penyerapan  tenaga  kerja  pada  sektor  UMKM  dapat  membantu  angkatan  kerja  yang  tidak  dapat  terserap  dalam  dunia  kerja  sehingga  jumlah  pengangguran dapat berkurang.      Menurut  Hendrayani  (2012)  dalam  menghadapi  era  perdagangan  bebas  dan  otonomisasi  daerah  maka  pengembangan  UMKM  diarahkan  pada  :  (1).
Pengembangan  lingkungan  bisnis  yang  kondusif  bagi  UMKM;  (2).
Pengembangan  lembaga-lembaga  finansial  yang  dapat  memberikan  akses  terhadap sumber modal yang transparan dan lebih murah; (3). Memberikan jasa  layanan pengembangan  bisnis non finansial kepada UMKM  yang lebih  efektif;  dan (4). Pembentukan aliansi strategis antara UMKM  satu  dan UMKM lainnya  atau dengan usaha besar di Indonesia atau di luar negeri.   Salah  satu  UMKM  (Usaha  Kecil  Mikro  dan  Menengah)  yang  dapat  membantu pertumbuhan ekonomi adalah industri tahu.  Indonesia  adalah Negara  yang kaya akan sumber daya alam, salah satunya adalah tanaman kedelai. Pada  tahun 1997 krisis melanda Indonesia sehingga menyebabkan penurunan daya beli  masyarakat  terhadap  jenis  pangan  hewani,  untuk  mengatasi  hal  tersebut,  dapat  menjadikan tahu sebagai solusi makanan yang terjangkau.
Tahu merupakan makanan yang terbuat dari kacang kedelai. Kandungan  gizi terutama protein dalam tahu sebesar  sebesar 0,49  gram lebih tinggi daripada  kedelai  yang  hanya  sebesar  0,39  gram  (Setianingsih,  2007).  Dibawah  ini  merupakan  tabel  yang  menjelaskan  kandungan  gizi  yang  terdapat  pada  kedelai  dan tahu.
  Tabel 1.1 Nilai Gizi Tahu dan Kedelai  (Berdasarkan Berat Kering) Zat Gizi  Tahu  Kedelai Protein (gram)   0,49  0,3Lemak (gram)  0,27  0,2Karbohidrat (gram)  0,14  0,3Serat (gram)  0,00  0,0Abu (gram)  0,04  0,0Kalsium (mg)  9,13  2,5Natrium (mg)  0,38  0,0Fosfor (mg)  6,56  6,5Besi (mg)  0,11  0,0Vitamin B1 (mg)  0,001  0,01 (sebagai B kompleks) Vitamin B2 (mg)  0,001  Vitamin B3 (mg)  0,03  Sumber : Sarwono dan Saragih (2003) Protein  dalam  tahu  lebih  lengkap  dari  pada  olahan  kedelai  lainnya  (Sarwono  dan  Saragih,  2003  dalam  Setianingsih,  2007).  Konsumsi  tahu  di  Indonesia  mengalami  peningkatan  sehingga  diikuti  permintaan  kedelai  sebagai  bahan baku utama tidak dapat dipenuhi oleh produksi lokal sehingga harus impor  kedelai. Hal ini mengakibatkan ketergantungan terhadap kedelai impor, apalagi  untuk saat ini harga kedelai  yang semakin mahal membuat para pengrajin tahu  kesulitan dalam memperoleh bahan baku.
Berikut ini merupakan data produksi kedelai di  Indonesia yang diperoleh  dari BPS (Badan Pusat Statistik).
  Tabel 1.2 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi  Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2003-201Tahun  Luas Panen  (Ha) Produktivitas  (Ku/Ha) Produksi  (Ton) 2003  526.796  12,75  671.602004  565.155  12,80  723.482005  621.541  13,01  808.352006  580.534  12,88  747.612007  459.116  12,91  592.532008  590.956  13,13  775.712009  722.791  13,48  974.512010  660.823  13,73  907.032011  622.254  13,68  851.282012  567.624  14,85  843.15Sumber : Badan Pusat Statistik 201Berdasarkan  tabel  produksi  kedeali  nasional  dari  tahun  2003-2012  produksi  tertinggi  ada  pada  tahun  2009  sebesar  974.512  ton.  Dari  tahun  2010-2012  produksi  terus  mengalami  penurunan  sehingga  tidak  bisa  mencukupi  kebutuhan  konsumsi  kedelai  nasional.   Konsumsi  kedelai  di  Indonesia  dalam  setahun mencapai 2,25 juta ton, sementara  jumlah produksi kedelai lokal hanya  mampu  memasok  kebutuhan  kedelai  sekitar  779  ribu  ton  (Kemendag,  2013).
Kekurangan  pasokan  sekitar  1,4  juta  ton,  ditutup  dengan  kedelai  impor  dari  Amerika  Serikat (Kemendag,  2013).  Produksi  kedelai  dalam  negeri  belum  mampu  memenuhi  seluruh  kebutuhan  domestik  dalam  setahun,  sehingga  untuk  memenuhi  kebutuhan  tersebut  setiap  tahun  Indonesia  mengimpor  kedelai  dari  Amerika Serikat (AS) dan Brazil yang mencapai 70-80% dari total kebutuhan.
Produksi  kedelai  Indonesia  hanya  mampu  memenuhi  38%  kebutuhan  untuk  konsumsi,  sedang  sisanya  harus  diimpor  (Erliana  Ginting,  Sri  Satya  Antarlina, dan Sri Widowati 2009). Untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam    negeri,  pemerintah  melakukan  impor  dari  berbagai  negara.  Berdasarkan  data  Badan Pusat Statistik (BPS) total impor kedelai sepanjang tahun 2012 mencapai  750,1 ribu ton dengan nilai US$ 424,2 juta.
Lemahnya  nilai  tukar  rupiah  terhadap  mata  uang  dolar  Amerika,  mengakibatkan harga kedelai  mengalami kenaikan. Pemerintah harus membayar  impor  kedelai  dengan  mata  uang  asing.  Tempe  dan  tahu  yang  diproduksi  oleh  pengrajin di Indonesia menggunakan bahan baku kedelai impor. Harga kedelai di  pasaran  sudah  mencapai  Rp  8.500  per  kilogram  dari  harga  sebelumnya  yang  hanya Rp. 6.000 per kilogram. Ketergantungan kedelai impor akan semakin besar  dari tahun ketahun. Hal ini akan mengakibatkan kesulitan bagi usaha tahu karena  harga kedelai berfluktuatif mengikuti nilai rupiah yang terjadi.
Jumlah industri tahu di Kabupaten Batang cukup banyak yang tersebar di  beberapa Kecamatan, namun hanya terdapat 4 kecamatan yang memiliki jumlah  industri  tahu  paling  banyak  yaitu  Kecamatan  Blado,  Kecamatan  Batang,  Kecamatan  Warungasem,  dan  Kecamatan  Limpung.  Peneliti  hanya  mengambil  sampel dari 4 kecamatan tersebut untuk dijadikan objek penelitian. Dilihat dari  jumlah industri tahu yang ada, industri tahu mampu menyerap tenaga kerja yang  belum  memiliki  pekerjaan  pada  sektor  formal,  sehingga  dapat  mengurangi  pengangguran.
  Tabel 1.3  Jumlah Pengrajin Tahu di Kabupaten Batang No.  Kecamatan  Jumlah 1.  Blado  12.  Batang  13.  Warungasem  24.  Limpung  15.  Bandar  6.  Bawang  7.  Subah  8.  Tersono  9.  Tulis  Total  8Sumber : Disperindag Kab.Batang Komoditas  tahu  dapat  digolongkan  sebagai  makanan  pokok,  karena  hampir  setiap  orang  membutuhkannya.  Kabupeten  Batang  merupakan  suatu  daerah yang terletak di pesisir pantai utara Pulau Jawa yang penduduknya banyak  yang  bekerja  sebagai  nelayan.  Oleh  karena  itu,  komoditas  tahu  dan  komoditas  ikan bersifat substitusi di Kabupaten Batang, maksudnya adalah apabila air laut  pasang permintaan tahu  naik, sebaliknya apabila air laut surut permintaan akan  tahu menurun.
Demikian  pula  dalam  memperoleh  bahan  baku  pembuatan  tahu  yaitu  kedelai, pengrajin tahu merasa kesulitan mendapatkannya. Mereka lebih memilih  kedelai  impor  untuk  memenuhi  produksi  karena  harga  yang  lebih  murah  dan  mudah didapatkan daripada kedelai lokal, selain itu kualitas kedelai impor lebih  bagus digunakan dalam pembuatan tahu.
  Berdasarkan  latar  belakang  masalah  diatas,  maka  penelitian  ini  mengambil  judul  “ANALISIS  FAKTOR-FAKTOR  YANG  MEMPENGARUHI  PENDAPATAN  INDUSTRI  RUMAH  TANGGA  PEMBUATAN  TAHU  (Studi  Kasus di Kabupaten Batang)”.
B.  Rumusan Masalah.
Berdasarkan  latar  belakang  yang  telah  dikemukakan  di  atas,  maka  rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:.
1.  Bagaimana  pengaruh  modal,  bahan  baku,  tenaga  kerja,  jam  kerja,  dan  lama  usaha terhadap pendapatan industri pembuatan tahu di Kabupaten Batang?.
2.  Diantara  faktor modal, bahan baku, tenaga kerja,  jam kerja, dan lama usaha  manakah  yang  paling  berpengaruh  terhadap  pendapatan  industri  pembuatan  tahu di Kabupaten Batang?.
C.  Tujuan Penelitian.
Penjelasan mengenai rumusan masalah memberikan gambaran mengenai  tujuan penelitian yaitu sebagai berikut:.
1.  Mengetahui  pengaruh modal, bahan baku, tenaga kerja,  jam kerja, dan lama  usaha terhadap pendapatan industri pembuatan tahu di Kabupaten Batang.
2.  Mengetahui  faktor  yang  paling  berpengaruh  terhadap  pendapatan  industri  pembuatan tahu di Kabupaten Batang.
 D.  Manfaat Penelitian.
1.  Bagi Masyarakat.
Penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  manfaat  bagi  pelaku  ekonomi  khususnya  pengrajin  tahu  untuk  dapat  lebih  mengembangkan  potensi  ekonominya.
2.  Bagi Pemerintah.
Penelitian ini diharapkan dapat  digunakan sebagai bahan pertimbangan  dalam  pengambilan  kebijakan  mengenai  usaha  kecil  dan  rumah  tangga  pembuatan  tahu di Kabupaten Batang.
3.  Bagi Pembaca.
Penelitian  ini  diharapkan  dapat  digunakan  sebagai  informasi  dan  bahan  referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

 Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi