BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia digerakkan oleh
semua komponen usaha,
mulai dari usaha
besar, usaha kecil
dan menengah, maupun
koperasi. Salah satu faktor
yang mempercepat pertumbuhan
suatu Negara adalah
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). UMKM memiliki peran yang sangat besar dalam
memajukan pertumbuhan ekonomi
dengan berkontribusi dalam pendapatan
daerah maupun nasional. Pembangunan perekonomian di Indonesia tidak
bisa terlepas dari
UMKM, dikarenakan sebagian
besar perekonomian masyarakat Indonesia bertumpu pada sektor
UMKM, baik pada sektor tradisional maupun
yang sudah modern. Perkembangan jumlah
UMKM periode 2011-2012 mengalami peningkatan
sebesar 2,41 persen
yaitu dari 55.206.444
unit pada tahun 2011 menjadi 56.534.592 unit pada tahun
2012. UMKM merupakan pelaku usaha
terbesar dengan persentasenya sebesar 99,99 persen dari total pelaku usaha nasional pada tahun 2012 (Depkop).
Selain itu
UMKM juga berperan
penting dalam menciptakan
lapangan kerja baru.
Penyerapan tenaga kerja
pada sektor UMKM dapat
membantu angkatan kerja
yang tidak dapat
terserap dalam dunia
kerja sehingga jumlah pengangguran dapat berkurang. Menurut Hendrayani
(2012) dalam menghadapi
era perdagangan bebas dan otonomisasi
daerah maka pengembangan
UMKM diarahkan pada
: (1).
Pengembangan lingkungan
bisnis yang kondusif
bagi UMKM; (2).
Pengembangan lembaga-lembaga finansial
yang dapat memberikan
akses terhadap sumber modal yang
transparan dan lebih murah; (3). Memberikan jasa layanan pengembangan bisnis non finansial kepada UMKM yang lebih
efektif; dan (4). Pembentukan
aliansi strategis antara UMKM satu dan UMKM lainnya atau dengan usaha besar di Indonesia atau di
luar negeri. Salah
satu UMKM (Usaha
Kecil Mikro dan
Menengah) yang dapat membantu
pertumbuhan ekonomi adalah industri tahu.
Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alam, salah satunya
adalah tanaman kedelai. Pada tahun 1997
krisis melanda Indonesia sehingga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat
terhadap jenis pangan
hewani, untuk mengatasi
hal tersebut, dapat menjadikan
tahu sebagai solusi makanan yang terjangkau.
Tahu merupakan makanan yang
terbuat dari kacang kedelai. Kandungan gizi
terutama protein dalam tahu sebesar
sebesar 0,49 gram lebih tinggi
daripada kedelai yang
hanya sebesar 0,39
gram (Setianingsih, 2007).
Dibawah ini merupakan
tabel yang menjelaskan
kandungan gizi yang
terdapat pada kedelai dan tahu.
Tabel 1.1 Nilai Gizi Tahu dan Kedelai (Berdasarkan Berat Kering) Zat Gizi Tahu
Kedelai Protein (gram) 0,49 0,3Lemak (gram) 0,27
0,2Karbohidrat (gram) 0,14 0,3Serat (gram) 0,00
0,0Abu (gram) 0,04 0,0Kalsium (mg) 9,13
2,5Natrium (mg) 0,38 0,0Fosfor (mg) 6,56
6,5Besi (mg) 0,11 0,0Vitamin B1 (mg) 0,001
0,01 (sebagai B kompleks) Vitamin B2 (mg) 0,001 Vitamin
B3 (mg) 0,03 Sumber : Sarwono dan Saragih (2003) Protein dalam
tahu lebih lengkap
dari pada olahan
kedelai lainnya (Sarwono
dan Saragih, 2003
dalam Setianingsih, 2007).
Konsumsi tahu di Indonesia mengalami
peningkatan sehingga diikuti
permintaan kedelai sebagai bahan baku utama tidak dapat dipenuhi oleh
produksi lokal sehingga harus impor kedelai.
Hal ini mengakibatkan ketergantungan terhadap kedelai impor, apalagi untuk saat ini harga kedelai yang semakin mahal membuat para pengrajin
tahu kesulitan dalam memperoleh bahan
baku.
Berikut ini merupakan data
produksi kedelai di Indonesia yang
diperoleh dari BPS (Badan Pusat
Statistik).
Tabel 1.2 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2003-201Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton) 2003
526.796 12,75 671.602004
565.155 12,80 723.482005
621.541 13,01 808.352006
580.534 12,88 747.612007
459.116 12,91 592.532008
590.956 13,13 775.712009
722.791 13,48 974.512010
660.823 13,73 907.032011
622.254 13,68 851.282012
567.624 14,85 843.15Sumber : Badan Pusat Statistik 201Berdasarkan tabel
produksi kedeali nasional
dari tahun 2003-2012 produksi
tertinggi ada pada
tahun 2009 sebesar
974.512 ton. Dari
tahun 2010-2012 produksi
terus mengalami penurunan
sehingga tidak bisa
mencukupi kebutuhan konsumsi
kedelai nasional. Konsumsi
kedelai di Indonesia
dalam setahun mencapai 2,25 juta
ton, sementara jumlah produksi kedelai
lokal hanya mampu memasok
kebutuhan kedelai sekitar
779 ribu ton
(Kemendag, 2013).
Kekurangan pasokan
sekitar 1,4 juta
ton, ditutup dengan
kedelai impor dari Amerika Serikat (Kemendag, 2013).
Produksi kedelai dalam
negeri belum mampu
memenuhi seluruh kebutuhan
domestik dalam setahun,
sehingga untuk memenuhi
kebutuhan tersebut setiap
tahun Indonesia mengimpor
kedelai dari Amerika Serikat (AS) dan Brazil yang mencapai
70-80% dari total kebutuhan.
Produksi kedelai
Indonesia hanya mampu
memenuhi 38% kebutuhan untuk
konsumsi, sedang sisanya
harus diimpor (Erliana
Ginting, Sri Satya Antarlina,
dan Sri Widowati 2009). Untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri,
pemerintah melakukan impor
dari berbagai negara.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) total impor
kedelai sepanjang tahun 2012 mencapai 750,1
ribu ton dengan nilai US$ 424,2 juta.
Lemahnya nilai
tukar rupiah terhadap
mata uang dolar
Amerika, mengakibatkan harga
kedelai mengalami kenaikan. Pemerintah
harus membayar impor kedelai
dengan mata uang
asing. Tempe dan
tahu yang diproduksi
oleh pengrajin di Indonesia
menggunakan bahan baku kedelai impor. Harga kedelai di pasaran
sudah mencapai Rp
8.500 per kilogram
dari harga sebelumnya
yang hanya Rp. 6.000 per
kilogram. Ketergantungan kedelai impor akan semakin besar dari tahun ketahun. Hal ini akan mengakibatkan
kesulitan bagi usaha tahu karena harga
kedelai berfluktuatif mengikuti nilai rupiah yang terjadi.
Jumlah industri tahu di Kabupaten
Batang cukup banyak yang tersebar di beberapa
Kecamatan, namun hanya terdapat 4 kecamatan yang memiliki jumlah industri
tahu paling banyak
yaitu Kecamatan Blado,
Kecamatan Batang, Kecamatan
Warungasem, dan Kecamatan
Limpung. Peneliti hanya
mengambil sampel dari 4 kecamatan
tersebut untuk dijadikan objek penelitian. Dilihat dari jumlah industri tahu yang ada, industri tahu
mampu menyerap tenaga kerja yang belum memiliki
pekerjaan pada sektor
formal, sehingga dapat
mengurangi pengangguran.
Tabel 1.3 Jumlah Pengrajin Tahu
di Kabupaten Batang No. Kecamatan Jumlah 1.
Blado 12. Batang
13. Warungasem 24.
Limpung 15. Bandar 6.
Bawang 7. Subah 8. Tersono
9. Tulis Total
8Sumber : Disperindag Kab.Batang Komoditas tahu
dapat digolongkan sebagai
makanan pokok, karena hampir
setiap orang membutuhkannya. Kabupeten
Batang merupakan suatu daerah
yang terletak di pesisir pantai utara Pulau Jawa yang penduduknya banyak yang
bekerja sebagai nelayan.
Oleh karena itu,
komoditas tahu dan
komoditas ikan bersifat
substitusi di Kabupaten Batang, maksudnya adalah apabila air laut pasang permintaan tahu naik, sebaliknya apabila air laut surut
permintaan akan tahu menurun.
Demikian pula
dalam memperoleh bahan
baku pembuatan tahu
yaitu kedelai, pengrajin tahu
merasa kesulitan mendapatkannya. Mereka lebih memilih kedelai
impor untuk memenuhi
produksi karena harga
yang lebih murah
dan mudah didapatkan daripada
kedelai lokal, selain itu kualitas kedelai impor lebih bagus digunakan dalam pembuatan tahu.
Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, maka
penelitian ini mengambil
judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
INDUSTRI RUMAH TANGGA
PEMBUATAN TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Batang)”.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang
telah dikemukakan di
atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:.
1. Bagaimana
pengaruh modal, bahan
baku, tenaga kerja,
jam kerja, dan
lama usaha terhadap pendapatan
industri pembuatan tahu di Kabupaten Batang?.
2. Diantara
faktor modal, bahan baku, tenaga kerja,
jam kerja, dan lama usaha manakah yang
paling berpengaruh terhadap
pendapatan industri pembuatan tahu di Kabupaten Batang?.
C. Tujuan Penelitian.
Penjelasan mengenai rumusan
masalah memberikan gambaran mengenai tujuan
penelitian yaitu sebagai berikut:.
1. Mengetahui
pengaruh modal, bahan baku, tenaga kerja, jam kerja, dan lama usaha terhadap pendapatan industri pembuatan
tahu di Kabupaten Batang.
2. Mengetahui
faktor yang paling
berpengaruh terhadap pendapatan
industri pembuatan tahu di
Kabupaten Batang.
D.
Manfaat Penelitian.
1. Bagi Masyarakat.
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pelaku
ekonomi khususnya pengrajin
tahu untuk dapat
lebih mengembangkan potensi ekonominya.
2. Bagi Pemerintah.
Penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan mengenai usaha
kecil dan rumah
tangga pembuatan tahu di Kabupaten Batang.
3. Bagi Pembaca.
Penelitian ini
diharapkan dapat digunakan
sebagai informasi dan
bahan referensi dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi