BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
Skripsi Ekonomi: Analisis Variabel Moneter Dan Kenaikan Harga Bbm Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Tahun 1994-2013
Globalisasi ekonomi telah
mendorong perekonomian pada suatu negara ke arah yang
lebih terbuka. Perekonomian terbuka
disini memiliki arti terjadinya perdagangan internasional
dimana aktivitas ekspor
impor yang merupakan cerminan
dari perdagangan internasional. Pentingnya
valuta asing di perdagangan internasional
membuat negara-negara mempertingkan
pengaruh biaya dan manfaat dalam
menggunakan valuta asing.
Menurut Mankiw
(2007), valuta asing
adalah tingkat harga
yang telah disepakati oleh kedua
negara untuk saling melakukan perdagangan. Penentuan kurs
valuta asing menjadi
pertimbangan penting oleh
negara-negara yang terlibat
dalam perdagangan internasional. Karena
pada dasarnya kurs
valuta asing berpengaruh
besar terhadap biaya
dan manfaat dalam
perdagangan internasional.
Dalam era
globalisasi perekonomian dunia,
pergerakan mata uang antarnegara tidak
mengenal lagi batas.
Krisis nilai tukar
dapat berdampak buruk terhadap ekonomi
sehingga kebijakan untuk
menstabilkan nilai tukar merupakan kebijakan
penting pada dibeberapa
negara (Simorangkir dan Suseno,
2004: 3).
Nilai tukar atau kurs merupakan
salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian terbuka.
Kurs bisa dijadikan
alat untuk mengukur
kondisi perekonomian suatu negara. Kurs mata uang antar negara
mencerminkan nilai perbandingan nilai
mata uang satu negara terhadap negara lainnya yang mana ditentukan
oleh daya beli masing-masing negara. Pada dasarnya pertumbuhan nilai
mata uang yang
stabil menunjukkan bahwa
negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil
(Dornbusch, 2008:453).
Dengan diberlakukannya sistem
nilai tukar mengambang
penuh/bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing,
khususnya US dolar,
ditentukan oleh mekanisme pasar. Sejak saat itu, naik turunnya nilai tukar atau fluktuasi
ditentukan oleh kekuatan pasar. Karena
pada prinsipnya perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara
(kurs) ditentukan oleh besarnya
permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Levi, 1996:129).
Dengan melemahnya
nilai tukar mata
uang Indonesia menandakan lemahnya kondisi untuk melakukan transaksi
luar negeri baik itu untuk ekspor maupun
impor dan juga
hutang luar negeri.
Terdepresiasinya rupiah menyebabkan perekonomian
Indonesia menjadi goyah
dan dilanda krisis ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap mata
uang domestik.
Dalam kurun
20 tahun terakhir,
pergerakan nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS memiliki kecenderungan terdepresiasi.
Dimulai dari tahun 1994 nilai tukar rupiah
terus merosot tajam
dari Rp2,200/USD sampai
menyentuh Rp16,800.-/USD pada
tahun 1998. Hal ini berimbas pada krisis moneter yang terjadi
Indonesia. Pada saat
itu perkonomian Indonesia
terguncang dengan tingginya inflasi hingga mencapai 70% dan
pertumbuhan ekonomi memburuk hingga
menyentuh -13%.
Setelah mulai pulihnya
perekonomian global dan
juga perekonomian Indonesia
paska krisis moneter
1998, nilai tukar
rupiah cenderung kembali pulih hingga mencapai Rp8,573/USD pada
than 2003. Nilai tukar rupiah pada tahun
2004-2013 cenderung mengalami
fluktuatif. Hal ini
dipengaruhi oleh kondisi
perekonian global yang
sempat mengalami krisis
pada tahun 2008.
Selain itu
pada akhir tahun
2013, mulai pulihnya
perekonomian Amerika Serikat
pasca krisis ekonomi
dan terus gencarnya
impor di Inonesia mendorong menguatnya nilai tukar dolar
sehingga rupiah terdepresiasi hingga melampaui
Rp12,000/USD .
Gambar 1.1 Pergerakan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Dolar AS Tahun 1994-201Sumber: Bank Indonesia (Data diolah) Terdeprisiasinya nilai
tukar rupiah sampai
menyentuh angka Rp16,800.00/USD moneter
maka mendorong laju
inflasi di Indonesia.
Tercatat bahwa
laju inflasi Indonesia
pada tahun 1998
mencapai 77,63%.
Ketika laju
inflasi tak terkendali
dan membuat bertambahnya
jumlah uang 217225234295104679184010299318578939719167 9139681039908877938104520040060080010001200199199199199199199200200200200200200200200200200201201201201 yang beredar di masyarakat maka kebijakan
moneter untuk mengendalikannya adalah
menaikan tingkat suku bunga. Ketika inflasi mencapai 77,63%, tingka suku
bunga SBI pada
saat itu mencapai
41,24%. Selanjutnya mulai menguatnya nilai
rupiah menjadi Rp8025,00/USD
pada tahun 1999,
laju inflasi menurun menjadi
2,09% dan suku bunga SBI turun menjadi
12,52%.
Mulia stabilnya
perekonomian pasca krisis
1998 membuat laju
inflasi dan tingkat suku bunga SBI juga mulai dapat
dikendalikan.
Disisi lain,
pertumbuhan ekonomi Indonesia
juga terus menurun
akibat melemahnya nilai
tukar rupiah. Ketika
nilai rupiah melemah
sampai Rp16,800.-/USD pada
1998 pertumbuhan ekonmoni
Indonesia mengalami -13,30%.
Hal ini didukung
oleh laju inflasi
yang tinggi dan
juga tingginya suku
bunga di Indonesia
yang menghambat laju
pertumbuhan perkonomian.
Setelah krisis
moneter pada tahun
1998 yang membuat
laju inflasi yang
tak terkendali, pertumbuhan
ekonomi Indonesia mulai
pulih. Dari tahun
2000 sampai 2013
tercatat pertumbuhan ekonomi
Indonesia menunjukan hasil positif
yaitu mencapai rata rata 5,3%.
Dengan menguatnya
nilai tukar dollar
AS yang membuat
nilai rupiah merosot
dan mendongkrak inflasi.
Tingginya tingkat inflasi
maka akan manambah
jumlah uang yang
beredar yang ada
di masyarakat. Dengan menaikan tingkat suku bunga diharapkan menekan
jumlah uang yang beredar di masyarakat dan
juga menekan laju inflasi. Jika dilihat
dari sudut pandang pendekatan moneter,
umumnya kurs valuta
asing dipengaruhi oleh
indikator makroekonomi yaitu
antara lain tingkat
inflasi, jumlah uang
beredar dan tingkat suku bunga (McDonald dan Taylor,
1992:4).
Pada tahun 1994-2013 harga bahan bakar minyak di Indonesia cenderung mengalami
kenaikan. Kenaikan harga
BBM dari tahun
ke tahun mengikuti fluktuasi harga minyak dunia dan juga untuk
pengurangan subsidi. Kenaikan harga BBM
di Indonesia dilakukan secara bertahap
namun beberapa kali juga penurunan harga.
Pada tahun 1994
harga BBM sebesar
Rp700.00 dan tahun 1998
menjadi Rp1200.00. Setelah itu harga BBM turun menjadi Rp1150.00 pada tahun 2000. Setelah itu harga minyak naik
secara bertahap sampai tahun 2008 hingga
Rp6000.00. Namun pada
tahun 2008 beberapa
kali mengalami beberapa
kali penurunan hingga
mencapi Rp4.500.00 pada
tahun 2009 dan pada
tahun 2013 harga BBM naik menjadi Rp6,500.00. Kenaikan harga BBM memilik
kecendurungan untuk manaikan
laju inflasi yang
tercatat setiap kenaikan harga BBM naik membuat kenaikan harga
barang secara menyeluruh (agregat), maka
hal ini mendorong kenaikan laju inflasi.
Tabel 1.1 Perubahan Harga BBM di Indonesia Tahun 1994-201Tanggal Harga BBM (Rupiah/Liter) 8 Jan1993 – 4 Mei
1998 705 Mei 1998 – 15 Mei 2008 12016 Mei 1998 – 30 Sept 2000 1001 Okt 2000 – 15 Juni 2001 11516 Juni 2001 – 16 Jan 2002 14517 Jan 2002 – 31 Des 2002 1551 Jan 2003 – 29 Feb 2005 1811 Mar 2005 – 23 Mei 2008 45024 Mei 2008 – 30 Nov 2008 6001 Des 2008 – 14 Des 2008 55015 Des 2008 – 14 Jan 2009 50015 Jan 2009 – 21 Juni 2013 45022 Juni 2013 - Sekarang 650Sumber: www.esdm.go.id (4 Maret 2014,
20:44) (diolah) Dari pembahasan diatas
kita dapat menyimpulmpulkan bahwa
beberapa indikator makroekonomi
yang memiliki hubungan
terhadap pergerakan nilai tukar antara
lain: (1) tingkat
suku bunga,(2) inflasi,(3)
jumlah uang yang beredar, dan
(4) pertumbuhan ekonomi.
Selain inikator ekonomi
tersebut terdapat indokator lain
yang juga mempengaruhi pergerakan nilai tukar, salah satunya
adalah harga bahan
bakar minyak. Pendapat
ini didukung oleh beberapa
studi yang telah
dilakukan dalam menganalisis
pergerakan nilai tukar.
Seperti yang di paparkan
oleh Baljinnyan dan De Hong Lu (2013) dalam studinya
di China memaparkan bahwa inflasi dan tingkat suku bunga adalah dua
faktor yang paling
berpengaruh pada pergerakan
nilai tukar. Pendapat tersebut didukung oleh studi yang dilakukan
oleh Mirchandani (2013) dalam studinya di
India yang memaparkan
bahwa tingkat suku
bunga dan inflasi memeliki hubungan dengan nilai tukar.
Disisi lain
Triyono (2008) dengan
penelitiannya di Indonesia
yang hasilnya adalah
JUB dan tingkat
suku bunga memilik
pengaruh jangka panjang
terhadap nilai tukar.
Amanto (2005) juga
menambahkan bahwa terdapat
hubungan kausal antara
nilai tukar dan
pertumbuhan ekonomi. Dan juga
studi lain yang dilakukan oleh
Omojimite (2011) yang meneliti
pengaruh harga minyak terhadap nilai
tukar di Nigeria, memaparkan bahwa
pergerakan harga minyak dunia akan
mempengaruhi pergerakan nilai tukar.
Sementara itu
beberapa pendapat lain
menyangkal bahwa tidak
ada keterkaitan antara nilai
tukar dengan tingkat inflasi, jumlah uang yang beredar, tingkat
suku bunga, dan
harga minyak. Seperti
yang dipapark an oleh
Elena (2011) dengan
studinya di Romania
yang berpendapat jumlah
uang yang beradar,
suku bunga, inflasi
tidak memiliki pengaruh
terhadap nilai tukar.
Rickne (2009)
dengan studinya di
negara pengekspor minyak
memaparkan bahwa harga miyak
tidak memilik hubungan dengan pergerkan nilai tukar.
Sehubungan dengan
latar belakang yang
telah disampaikan sebelumnya maka penelitian ini akan mencoba mengekspolari
bagaimana hubungan nilai tukar rupiah
sebagai variable dependen
dengan tingkat suku
bunga, tingkat inflasi,
jumlah uang yang beredar,
pertumbuhan ekonomi, dan
harga bahan bakar minyak sebagai variable indepen. Adapun
judul dari skripsi ini adalah “Analisis Variabel
Moneter dan Kenaikan
Harga BBM yang Mempengaruhi
Nilai Tukar Rupiah Tahun 1994-2013”. B.
Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar
belakang yang telah
disampaikan di atas,
maka permasalahan yang akan
diangkat pada penelitian kali ini adalah:.
1. Bagaimana pengaruh inflasi
terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari tahun 1994-2013?.
2. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga (SBI/BI Rate) terhadap
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
dari tahun 1994-2013?.
3. Bagaimana
pengaruh jumlah uang
yang beredar (M2)
terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari tahun
1994-2013?.
4. Bagaiman pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari
tahun 1994-2013?.
5. Bagaimana pengaruh harga BBM terhadap
terhadap nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS dari tahun 1994-2013?.
C. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan rumusana
masalah penelitian seperti
yang diungkapkan sebelumnya, Penelitian ini bertujuan untuk:.
1. Untuk
mengetahui pengaruh tingkat
suku bunga (BI
Rate) terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari
tahun 1994-2013.
2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi
terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dari tahun 1994-2013.
3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah uang yang
beredar (M2) terhadap nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS dari tahun 1994-2013.
4.
Untuk mengetahui pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
dari tahun 1994-2013.
5. Untuk
mengetahui pengaruh harga
BBM terhadap nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS dari tahun 1994-2013.
D. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat
yang diharpakan dari
penelitian ini adalah
sebagai berikut:.
1. Bagi Otoritas Moneter.
Penelitian ini
diharapkan dapat digunakan
sebagai masukan untuk mengambil kebijakan
yang tepat khususnya
yang berhubungan dengan pergerakan nilai tukar rupiah.
2. Bagi Akademisi.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
aplikasi dari teori-teori ekonomi
terutama ekonomi makro
yang mengkaji tentang
valuta asing sehingga dapat
menambah referensi untuk
mengetahui secara teoritis mengenai pergerakan nilai tukar rupiah.
3. Bagi Masyarakat.
Penelitian ini diharapkan dapat
menambahkan wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana
moneter dan kenaikan
harga BBM mempegaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
Skripsi Ekonomi: Analisis Variabel Moneter Dan Kenaikan Harga Bbm Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Tahun 1994-2013
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi