Senin, 24 November 2014

Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pekerja Sektor Informal Kota Surakarta Tahun 2013

BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pekerja Sektor Informal Kota Surakarta Tahun 2013
Pembangunan  ekonomi  adalah  suatu  proses  yang  menyebabkan  pendapatan  perkapita  penduduk  suatu  masyarakat  meningkat  dalam  jangka  panjang  (Arsyad,  1999). Salah  satu  faktor  yang  menentukan  karakteristik  dan  kecepatan  pembangunan ekonomisuatu  negara  adalah  Sumber  Daya  Manusia  (SDM).  Pendayagunaan  SDM  untuk  menghasilkan  barang  dan  jasa  dipengaruhi  oleh  dua  faktor,  yaitu  1) kuantitasdan  kualitas  SDM  dan  2)  faktor  dan  kondisi  yang  mempengaruhi  pengembangan  perekonomian  yang  kemudian  mempengaruhi pendayagunaan SDM tersebut (Simanjuntak, 1985).

Kondisi  ketenagakerjaan  Indonesia sendiri secara  umum  telah  mengalami peningkatan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas,  tenaga  kerja meningkat seiring dengan bertambahnya  penduduk.  Secara kualitas,  tenaga  kerja  Indonesia  juga  meningkat.  Hal  tersebut  dapat  dilihat  dari  meningkatnya proporsi angkatan kerja yang berpendidikan SMA keatas.
Berdasarkan status pekerjaannya,  pendapatan  masyarakat  dibagi  menjadi dua, yaitu pendapatan di sektorformal dan pendapatan di sektorinformal.
Sektor  informal selama beberapa tahun terakhir  ini  telah memberikankontribusi yang sangat besar bagi pembangunan di banyak Negara. Di Amerika latin seperti  Chili,Venezuela,Argentina,Brazil,  Ekoador,  Kolombia,  Peru,  Paraguay  dan   Bolivia  jumlah  pekerja  di  sektor  informal  rata-rata  berada  diatas  60  persen  (www.ilo.org).
Di  Indonesiameskipun  berbagai  indikator  perekonomian  nasional  menunjukan perbaikan seperti pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, tingkat  inflasi  tidak  terlalu  tinggi,  stabilnya  nilai  tukar  rupiah  terhadap  US  dollar,  rendahnya  tingkat  bunga  dan  sebagainya,  namun  sementara  ini  belum  mampu  mendorong  tumbuh dan berkembangnya kegiatan produksi di sektor formal.
Tabel 1.1 Proporsi PendudukIndonesiayang Bekerja Menurut Status PekerjaanTahun 2008-2010 (%) Sektor Tahun 2008 2009 2010 Formal 31,86 30,51 31,41 Informal 68,14 69,49 68,59 Sumber : BPS,diolah.
Tabel  1.1  menunjukkan  bahwa  proporsi  penduduk  yang  bekerja  di  sektor  informal  lebih  mendominasi  dan  berkembang  daripada  sektor  formal  di  Indonesia  yakni  dari  69,14  persen  pada  tahun  2008  menjadi  69,49  persen  pada  tahun 2009 dan 68,59 persen pada tahun 2010. Kondisi ini mencerminkan bahwa  investasi baik dari dalam maupun luar negeri pada sektor informal lebih mengacu  pada  investasi  padat  modal  yang  kurang  mampu  menyerap  tenaga  kerja.  Selain  itu,  pada periode 2008-2009 juga tengah  terjadi  krisis ekonomi  global,  sehingga  angka  tenaga  kerja  di  sektor  informal  cenderung  meningkat,  dimana  sektor  ini  berfungsi menjadi katup pengaman bagi tenaga kerja pada saat-saat krisis.
Tingkatpendidikan  menjadi salah  satu penentu besarnya pendapatan  seseorang, hal  ini  sejalan  dengan  penelitian (Psacharopoulos,  1994).  Melalui  pendidikan, pemerintah  dapat  melakukan  perannya  dalam  hal  distribusi  pendapatan  sehingga  ketidakmerataan  distribusi  pendapatan  tidak  lagi terjadi.
Pendidikan  merupakan  salah  satu faktor  fundamental  dalam pembangunan.
Melalui  pendidikanbentuk nyata pembangunan dapat  terlihat  darimeningkatnya  produktifitas  pekerja(Ozturk,  2001). Tidak  ada  negara  yangdapat  mencapai  pembangunan  ekonomi  yang  berkelanjutan  tanpa adanya investasi  yang  besar  dalam  modal  manusia.  Pendidikan  memperkaya  orang akan pemahaman  diri  mereka  dan  dunia.  Pendidikan  memainkan  peran  yang  sangat  penting  dalam  mengamankan  kemajuan  ekonomi  dan  sosial.  Semakin  tinggi  pendidikan  memungkinkan  untuk  memperoleh  pendapatan  yang  lebih  tinggi  juga  (Simanjuntak, 1985).  Tingkat pendidikan Indonesia  masih  sangat  rendah  yaitu  menduduki  127  d i  Dunia  pada  tahun  2011  merosot  dari ranking  65  pada  tahun  2010  (www.unesco.org). Rendahnya  pendidikan  disebabkan  oleh  rendahnya  partisipasi  pendidikan  di  Indonesia.  Belum  meratanya  pendidikan  di  Indonesia  dan  masih  minimnya  infrastruktur  penunjang menjadi  fokus  utama  pemerintah  yang sedang dibangun secara berkesinambungan.
 Tabel 1.2 Proporsi Angkatan KerjaIndonesia Menurut Tingkat Pendidikan2008-2010 (%) Tingkat Pendidikan Tahun 2008 2009 2010 SD 52,35 41,04 49,52 SMP 19,34 19,25 18,93 SMA 14,45 15,8 15,29 Diploma 2,85 2,78 2,95 Sarjana 3,94 4,26 4,96 Sumber : BPS, diolah.
Tabel  1.2  menunjukkan  proporsi  angkatan  kerja  Indonesia  menurut  tingkat pendidikan ditamatkan tahun 2008 –2010.Berdasarkan tabel diatas dapat  diketahui  bahwa  secara  umum  dalam  tiga  tahun  didominasi  oleh  jenjang  pendidikanSD  dengan  tren  yang  fluktuatif yaitu  mulai  dari  52,35  persen  pada  tahun 2008, kemudian  menurun  menjadi 41,04 persen  pada  tahun  2009 dan naik  kembali  menjadi  49,52  persen  pada  tahun  2010. Proporsi  terbesar  kedua  adalah  jenjang  pendidikan  SMP  dengan  persentase  19,34  persen  pada  tahun  2008,  dan  selama  dua  tahun  menunjukkan  tren  yang  terus  menurun  yaitu  19,25  dan  18,93  persen. Proporsi  terbanyak  ketiga  yaitu  jenjang  pendidikan  SMA  dengan  persentase 14,45 pada tahun 2008,dan terus naik menjadi 15,8 persen pada tahun  2009  dan  sedikit  menurun  menjadi  15,29  persen  pada  tahun  2010.  Jenjang  pendidikan  Sarjana  dengan  jumlah  terbanyak keempat  dibawah  SMA,  meskipun  demikian sinyalemen positif ditunjukkan oleh jenjang ini yang mana setiap tahun  selalu  menunjukkan  tren  yang  terus  naik,  hal  ini  berarti secara  tidak  langsung   mengindikasikan bahwa taraf pendidikan di Indonesia telah naik , fenomena yang  sama  juga  ditunjukkan  oleh  tamatan  pendidikan  diploma yang  secara  proporsi  memiliki jumlah terendah yaitu  dengan persentase 2,85 persen  pada tahun 2008,  sedikit  turun  pada  tahun  2009  yaitu  sebesar  2,78  persen  dan  kemudian  kembali  naik  menjadi  2,95  persen  pada  tahun  2010.  Berdasarkan  indikator  diatas  sudah  selayaknya pemerintah untuk lebih pro aktif lagi dalam mendukung pendidikan di  Indonesia, mengingat dengan diterapkannya program wajib belajar sembilan tahun  terbukti  efektif  dalam  meningkatkan  mutu  pendidikan  di  indonesia,  sehingga  diperkirakan  jumlah  angkatan  kerja tamatan SD,SMP  dan  SMA  akan  terus  menurun dan sebaliknya jumlah angkatan kerja  tamatan SMA  keatas akan  terus  mengalami  peningkatan,  hal  ini  berarti  SDM  Indonesia  semakin  meningkat  dan  diharapkan dengan ini diharapkan tingkat daya saing Indonesiaakan meningkat.
Umur  sangat  penting  bagi  aspek  demografi  dan  ketenagakerjaan.
Melalui  umur, penduduk  dapat  dikategorikan  menurut  klaster  usia  kerjanya.
Fenomena ageing  economy  telah  menjadi  kajian  di  banyak  negara.  Singapura  misalnya,  dominasi  penduduk usia  tua  dalam  peranannya  terhadap  negara  membuat  banyak  kalangan  ragu  akan  masa  depan  ekonominya  ke  depan, fenomena yang  sama juga diperkirakan  akan terjadi di Jepang, Amerika Serikat  dan  Eropa.  Pendapat  sebaliknya  Indonesia  diprediksi oleh  beberapa  Lembaga  ekonomi Dunia seperti Price Water House, Coopered , Standard Chartered Bank ,  Goldman  Sachs  dan  the  economist akan  menjadi Negara  dengan  kekuatan  ekonomi yang besar pada dua puluhlimatahun kedepan(Basri, 2011).
 Tabel 1.3  Angkatan Kerja MenurutGolongan Umur Tahun 2008-2010 (dalam Juta) Golongan Umur Tahun 2008 2009 2010 15-19 8 7,9 7,93 20-24 12,5 12,3 13 25-29 15 14,9 15,3 30-34 14,2 14,7 15,4 35-39 14 14,2 14,3 40-44 12 12,5 12,7 45-49 10,2 11 11,1 50-54 8,2 9 9,1 55-59 5,4 5,9 6 60+ 8 8,3 8,2 Sumber : BPS,dio lah Tabel  1.3  menunjukkan  jumlah  angkatan  kerja  Indonesia  dari  tahun  2008  hingga  tahun  2010  menurut  golongan  umur.  Berdasarkan  data  pada  tabel  diatas dapat diketahui angkatan kerja Indonesia didominasi o leh golongan umur  20-49 tahun yang jumlahnya mencapai lebih dari 10 juta orang. Sedangkan untuk  kelompok umur  dibawah  20  tahun  dan  diatas  50  tahun  memiliki  jumlah  kurang  dari 10 juta orang. Rendahnya jumlah angkatan kerja dibawah 20 tahun disinyalir  disebabkan  oleh  adanya  penundaan  penduduk  usia  kerja  untuk  memasuki  pekerjaan  karena  lebih  memfokuskan  untuk  masuk  kedalam  jenjang  pendidikan  yang  lebih  tinggi,  hal  ini  didukung  oleh  semakin  tingginya  angkatan  kerja  berpendidikan tinggi sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya.
Kesetaraan  gendermenjadi  studi  yang  sedang  banyak  dikaji  di  berbagai  belahan  Dunia. Salah satu  organisasi dunia yang  fokus  akan  hal  ini adalah  ILO.
Standarisasi kondisi kerja dan kehidupan di seluruh dunia menjadi visi organ isasi   tersebut,  kenyataannya terdapat kesenjangan  pendapatan  antara  pekerja  laki-laki  dan  perempuan  di  lapangan dimana  kaum  perempuan  cenderung  terpinggirkan.
Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  oloeh  Bank  Dunia  pada  tahun  1990,  ditemukan bahwa terdapat diskriminasi terhadap kaum perempuan disektor upah  dimana pekerja perempuan hanya memperoleh 77 persen dari rata-rata upah yang  diterima laki-laki selain itu juga ditemukan beberapa fakta lain yaitu masih adanya  lapangan  pekerjaan  tertentu  yang  kurang  terbuka  dalam  menerima  kehadiran  tenagakerja perempuan(World Bank dalam Demartoto, 2000).
Tabel 1.4 Proporsi Penduduk yang Bekerja  Menurut Jenis KelaminTahun 2008-2010 (%) Jenis Kelamin Tahun 2008 2009 2010 Laki-laki 62,1 61,77 61,42 Perempuan 37,9 38,23 38,58 Sumber : BPS, diolah.
Tabel  1.4  menunjukkan jika  d ilihat  menurut  jenis  kelamin  dalam  kurun waktu tiga tahun, komposisi penduduk yang bekerja dengan jenis kelamin  laki-laki  lebih  besar  daripada perempuan, yang  masing-masing pada  tahun  2008  sebesar 62,1 % dan 37,9 %, pada tahun 2009 sebesar 61,77 % dan 38,23 %, dan  pada tahun 2010 sebesar 61,42 % dan 38,58 %.
Di  provinsi  Jawa  Tengah  sektor  informal  lebih  memegang  peranan  dibandingkan dengan sektor formal. Jumlah pekerja informal pada agustus  2011  mencapai 10,96 juta pekerjaatau sekitar 68,84% lebih dua kali lipat dibandingkan   dengan jumlah pekerja di sektor formal yang berjumlah sekitar 4,96 juta pekerja  atau sekitar 31,16% (www.jateng.bps.go.id).
Di Surakarta jumlah pekerja di sektor formal lebih dominan dibandingkan  jumlah  bekerja  di  sektor  informal.  Kondisi  yang  berbeda  dengan  provinsi  dan  nasional  yang  lebih  dominan  jumlah  pekerja  disektor  informal  dibandingkan  dengan jumlah pekerja di sektor formal .
Tabel 1.5  Persentase Pekerja Formal dan Informal  Menurut Jenis Kelamin Kota Surakarta Tahun 2011(%) Kelompok Umur Jenis Kelamin jumlah laki-laki perempuan Pekerja Formal 70,96 64,33 68,07 Pekerja Informal 29,04 35,67 31,93 jumlah 100 100 100 Sumber : BPS Kota Surakarta, diolah.
Tabel  1.5  menunjukkan  bahwa  proporsi  pekerja  formal  lebih  besar  dibandingkan  dengan pekerja  informal  ,  dimana  pekerja  formal  mencapai  68,07  persen dari jumlah angkatan kerja secara keseluruhan. Berdasarkan jenis kelamin  di  sektor  formal  adanya  kecenderungan  laki-laki  lebih  dominan,  dan fenomena  sebaliknya  di  sektor  informal  terdapat  kecenderungan  bahwa  perempuan  lebih  dominan.
Sektor  informal  telah  memberikan  kontribusi  yang  sangat  besar  di  berbagai negara,  khususnya  di  negara –negara yang  sedang  berkembang.  Di  Indonesia  sektor  informal  dipandang  sangat  penting  keberadaannya  yang  mana  ketika  terjadi  krisis sektor  formal  cenderung  kikir  dalam  menerima  pasokan   tenaga kerja,sektor informalmampu menjadi katub penyelamat dalam menyerap  angka pengangguran yang cukup besar. Kota Surakarta merupakan salah satu kota  yang  cukup  berhasil  dalam  hal  pemberdayaan  sektor  informal. Keberhasilan  Pemerintah  Kota  dalam  merelokasi  pedagang  dengan  damai  dapat  dijadikan  indikasi bahwa sektor informal terbina dengan sangat baik dan terarah. Letaknya  yang  strategis  menjadikan  Kota  ini  sebagai  magnet  ekonomi bagi6  kabupaten  disekitarnya  yaitu  Kabupaten  Boyolali,  Sukoharjo,  Karanganyar,  Wonogiri,  Sragen  dan  Klaten. Dinamika  Sosial,  Politik,  Ekonomi  serta  Budaya,  menempatkan Kota Surakarta menjadi salah satu kota penting d i Indonesia.
Berdasarkan  latar  belakang  yang  telah  diuraikan  diatas,  maka  penelitian  ini mengambil  judul ” ANALISIS  FAKTOR – FAKTOR  YANG  MEMPENGARUHI  PENDAPATAN  PEKERJA  SEKTOR  INFORMALDI  SURAKARTA”. Berikut  in i  disajikan  perumusan  masalah, tujuan,  dan  manfaat  dari penelitian yang dilakukan.
Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pekerja Sektor Informal Kota Surakarta Tahun 2013



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi