BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
Skripsi Ekonomi: Analisis Pengaruh Transaksi Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu Terhadap Tingkat Inflasi Di Indonesia Tahun 2007-2011
Dewasa ini,
seiring dengan semakin
tingginya tingkat ketergantungan antar pelaku ekonomi
satu sama lain,
menuntut suatu sistem
pembayaran untuk bergerak semakin aman, efektif dan efisien demi
perkembangan laju ekonomi sebuah negara.
Menjawab tuntutan
tersebut, pelaku bisnis
di bidang perbankan
berlomba-lomba mengeluarkan
produk yang memenuhi prasyarat tersebut.
Salah satu indikator dalam
pengukuran efisiensi dari sistem pembayaran dapat dilihat
dengan bagaimana sistem
tersebut meminimalkan biaya
untuk memperoleh manfaat
dari sebuah transaksi.
Sebagaimana bunyi dari
prinsip ekonomi yang
kita kenal, pun
demikian dengan sistem
pembayaran bahwa pelaku
ekonomi akan memilih
menggunakan jasa pembayaran
yang menarik biaya
serendah mungkin (Muttaqin, 2006).
Pada masa
modern ini, kebutuhan
tersebut diimbangi dengan
kemajuan teknologi dalam sistem
pembayaran yang lebih bersifat elektronis. Jasa pembayaran tidaklah murah, 5% atau lebih dari rata-rata
pengeluaran masyarakat digunakan untuk biaya
jasa pembayaran, sedangkan total biaya
dari sistem pembayaran
sebuah negara dapat mencapai
3% dari nilai
GDP. Alat Pembayaran
dengan Menggunakan Kartu (APMK)
yang banyak dipakai oleh masyarakat merupakan bagian integral dari sistem pembayaran elektronik. Penggunaan alat
pembayaran ini memberikan manfaat yang sangat
besar bagi berbagai
sektor perekonomian, karena
pada umumnya transaksi yang
menggunakan sistem pembayaran
elektronis berbiaya hanya
antara sepertiga sampai separuh dari transaksi yang
menggunakan sistem pembayaran berbasis kertas, sehingga
penghematan substansial dalam
pengeluaran dapat direalisasi
melalui perubahan sistem
dari yang berbasis
kertas ke sistem
yang bersifat elektronis (Hancock dan Humphrey, 1998).
Sistem pembayaran
elektronik menjadi sebuah
kebutuhan dalam laju perekonomian modern
saat ini. Seiring
dengan globalisasi ekonomi
yang semakin nyata,
kebutuhan mengenai penerapan
sistem ini kepada
masyarakat luas serta perekonomian di
Indonesia akan segera
terwujud. Menurut Global
Insight (2003), dengan
menerapkan sistem pembayaran
bersifat elektronis, pendistribusian barang dan jasa kepada masyarakat akan semakin
meningkat karena kemudahan-kemudahan yang
ditawarkan sistem ini. Secara tidak langsung pemanfaatan APMK di masyarakat akan
sedikit demi sedikit
menurunkan penghalang langsung
terhadap kredit dan likuiditas uang,
serta menurunkan penghalang
geografis dalam perdagangan
dan transaksi perekonomian.
Pada tahun
1980-an, era baru
perekonomian Indonesia dimulai
dengan diadopsinya
penggunaan produk perbankan berupa ATM, dunia perbankan Indonesia secara
perlahan merubah metode pelayanan
dari yang menggunakan sistem berbasis kertas
(berbasis warkat) dengan
meningkatkan pelayanan pembayaran
bersifat elektronis kepada
masyarakat. Perkembangan alat
pembayaran (baik tunai
maupun non tunai)
elektronik berbasis kartu
bertumbuh sejalan dengan
aktivitas perekonomian yang
direfleksikan oleh perkembangan
uang beredar dan
aktivitas kliring (Bank
Indonesia, 2006).
Sistem pembayaran
berbasis elektronis di
Indonesia mulai menggeliat
saat mengalami krisis yang
Indonesia pada periode 1997-1999. Kesulitan likuiditas yang dialami
dunia perbankan disebabkan
oleh hancurnya Pasar
Uang Antar Bank (PUAB). Bank
Indonesia sebagai lender
of the last
resort, diwajibkan membantu mempertahankan
kestabilan sistem perbankan
dan pembayaran demi
kelangsungan ekonomi nasional.
Bank Indonesia, dengan permasalahan tersebut, mengarahkan
kebijakan sistem pembayaran yang
cenderung pada peningkatan pelayanan
jasa perbankan. Kebijakankebijakan ini bertujuan untuk menekan resiko sistem
pembayaran sekecil mungkin, meningkatkan keamanan,
dan efisiensi sistem
pembayaran, sehingga kemudian diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat kembali.
Sejalan dengan
kebijakan tersebut, alat
pembayaran non tunai
menggunakan media elektronik
mulai berkembang dengan pesat di Indonesia, terdiri dari Automated Teller Machine
(ATM), Kartu Kredit dan Kartu
Debet. Beberapa produk perbankan juga mulai
diperkenalkan seperti Electronic
Fund Transfer/ Point
of Sales (EFT/POS), phone/direct banking, dan Smart
Card.
Sampai pada
akhir tahun 1997,
nilai transaksi menggunakan
kartu kredit mencapai angka
Rp8,4 trilliun atau
meningkat 78,7% dari
tahun sebelumnya.
Penggunaan kartu
debet dan smart
card tahun 1997
kurang lebih 1
juta lembar dengan
nominal transaksi Rp300
milyar dengan jumlah
transaksi 943 ribu.
Pada tahun-tahun selanjutnya
penggunaan kartu debet smart card terus meningkat hingga pada akhir tahun 1999 jumlah kartu debet
dan smart card yang diterbitkan menjadi 6,65 juta lembar, dengan jumlah pemegang kartu
debet sebanyak 12,1 juta pemegang.
Transaksi pembayaran
menggunakan automated teller
machine (ATM) juga
mulai berkembang, tercatat 4 juta lembar kartu ATM diterbitkan pada tahun 1997, dengan volume transaksi mencapai Rp13,5 trilliun 1 .
Perkembangan yang cukup menarik
sekarang ini adalah kompetisi yang terjadi antara
alat-alat pembayaran elektronik
tersebut (Greenspan, 1996).
Jumlah mesin ATM
serta volume transaksi
melalui mesin ini
semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Di sisi lain, justru pada waktu yang
relatif sama penggunaan cek, kartu debet
serta
kartu kredit juga
menunjukkan tren yang
meningkat pula. Perkembangan teknologi informasi (IT) telah memacu
kompetisi ini untuk meningkatkan kepuasan nasabah terhadap layanan perbankan (Warjiyo,
2006) dalam Muttaqin (2006).
Tercatat selama
periode 2007 sampai
2011, perkembangan ini
memiliki tren yang meningkat, terutama pada penggunaan kartu
ATM dan Debet. Transaksi yang terjadi menggunakan
kartu ATM dan
Debet diketahui sebanyak
103 juta transaksi dengan nominal Rp156,8 trilliun per Desember
2007. Angka tersebut terus meningkat 1 Catatan
dari Unit Khusus Museum Bank Indonesia (2013) memperlihatkan penggunaan kartu
kredit turun pada
tahun 1998. Dijelaskan
bahwa penurunan tersebut
akibat kecenderungan penurunan penyaluran kredit konsumsi perbankan untuk menghindari resiko pembayaran serta
tingginya suku bunga
pada saat itu
yang dikenakan kepada
biaya transaksi nasabah.
Meningkatnya penggunaan kartu debet pada tahun1997 diperkirakan karena
pengguna kartu kredit mulai beralih ke kartu debet.
Pun demikian
pada 1999 tercatat
jumlah pemegang kartu
debet meningkat, namun
nominal transaksinya menurun,
penurunan ini diakibatkan
masyarakat beralih menggunakan
kartu ATM multiguna.
hingga tahun 2011,
jumlah kartu ATM
dan Debet yang
beredar sebanyak 660
juta lembar kartu. Dengan jumlah
kartu yang beredar tersebut, transaksi yang terjadi per Desember 2011 diketahui sejumlah Rp238,8
trilliun, angka tersebut meningkat 21,9% Pada
sisi kartu kredit,
jumlah kartu yang
beredar jauh lebih
sedikit dibandingkan kartu ATM dan Debet. Sejumlah 170 juta kartu
beredar, dengan Rp3,1 trilliun nominal
per transaksi. Meskipun
jumlah kartu kredit
beredar di masyarakat mengalami
kenaikan, nominal transaksi
kartu kredit turun
5,94% dari tahun sebelumnya.
Sumber: Bank Indonesia, data
diolah Bisnis perbankan terus berlomba-lomba menerbitkan produk dengan
biaya yang rendah
dalam bertransaksi. Berkenaan
dengan hal tersebut,
perkembangan pesat di sektor perbankan
menimbulkan masalah baru bagi pemerintah
khususnya dalam 102.857.700 127.761.780 142.493.109 154.257.281
170.298.219 28.344.694 30.311.056 35.226.139
38.785.509 38.683.198 360.849.100
444.287.456 474.370.091 541.964.254 660.538.839 2007 2008 2009 2010 2011 Gambar
1.1 Perkembangan APMK Beredar Kartu Kredit Kartu ATM Kartu ATM + Debet mengendalikan jumlah
uang beredar. Kesulitan
tersebut dikarenakan lebih bervariasinya produk-produk
perbankan dan keuangan
yang terbit (Warjiyo
dan Solikin, 2004).
Mengacu pada teori Irving Fisher,
mobilitas penggunaan uang atau peningkatan perputaran uang (velocity of money), berdampak
pada tingkat harga (inflasi). Dalam studi mengenai alat pembayaran elektronik isu
yang kerap dibahas dewasa ini adalah bagaimana
APMK dapat mempengaruhi
permintaan uang di
masyarakat luas (Yilmazkuday, 2006). Kestabilan permintaan
uang selanjutnya membentuk kebijakan moneter keseluruhan
(aggregat monetary policy)
sehingga dapat digunakan
dalam memperkirakan pengaruhnya
terhadap tingkat output, suku bunga, serta tingkat harga (Sriram, 1999). Dari perkiraan mengenai suku bunga dan
tingkat harga tersebutlah, urgensi
penelitian ini terlihat dengan mengetahui peranan APMK terhadap inflasi dan kegiatan perekonomian di Indonesia.
B. Rumusan Masalah.
Ketidakstabilan likuiditas
perbankan yang dialami
Indonesia pasca krisis periode 1997-1999 memaksa BI menetapkan
beberapa kebijakan moneter, termasuk diantaranya
adalah kebijakan terkait pembayaran non tunai. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah, sepuluh
tahun pasca krisis ekonomi 1997-1999, bagaimana peranan
pemanfaatan alat pembayaran
menggunakan kartu (APMK) dalam
kegiatan ekonomi di
Indonesia. Serta pengaruh
transaksi APMK terhadap tingkat inflasi Indonesia.
C. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan permasalahan
penelitian seperti yang
diungkapkan sebelumnya, tujuan
dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi seberapa
besar peran yang dimainkan APMK
dalam kegiatan perekonomian
Indonesia. Serta mengetahui peranan APMK dalam mempengaruhi inflasi di
Indonesia.
D. Manfaat Penelitian.
Manfaat yang diharapkan dapat
diperoleh dari penelitian ini antara lain:.
1. Bagi bank sentral dalam hal ini bank Indonesia
sebagai regulator sistem pembayaran dan
“policy maker” dari
kebijakan moneter, penelitian
ini diharapkan dapat
menjadi bahan kajian
serta rekomendasi dalam merumuskan pengembangan
dan kebijakan sistem
pembayaran langkah pengambil
keputusan kebijakan moneter,
umumnya, dan kebijakan mengenai
alat pembayaran menggunakan
kartu, khususnya, yang
tepat bagi perekonomian Indonesia.
2. Bagi kalangan akademisi dan praktisi
perbankan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sebuah bahan referensi
mengenai pengembangan sistem pembayaran elektronik
dan pengaruhnya dalam
perekonomian di Indonesia.
Skripsi Ekonomi: Analisis Pengaruh Transaksi Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu Terhadap Tingkat Inflasi Di Indonesia Tahun 2007-2011
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi