BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
Skripsi Ekonomi: Pengaruh Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dan Harga Batubara Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan
Krisis ekonomi yang terjadi di
Amerika Serikat pada tahun 20 menimbulkan dampak terhadap pasar modal di
Indonesia. Pasar modal adalah pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang
umumnya memiliki umur lebih dari satu tahu, seperti saham dan obligasi
(Tandelilin 2010:26). Dari berbagai penelitian terdahulu disebutkan bahwa badai
krisis ini mengakibatkan harga minyak dunia berpengaruh sangat besar terhadap
pasar modal yaitu terjadi penurunan yang drastis terhadap harga saham. Hayo dan
Kutan (2004) mengatakan bahwa pergerakan pasar modal di Rusia dipengaruhi oleh perubahan
harga minyak dunia dan pergerakan pasar modal di Amerika Serikat (Indeks Dow
Jones).
Kilian dan Park (2007) me n e
liti tentang pengaruh harga minyak dunia terhadap tingkat keuntungan agregat
pasar modal Amerika Serikat.
Hasil penelitiannya adalah
perubahan harga minyak dunia memiliki dua pengaruh bagi pasar modal di Amerika
Serikat. Apabila kenaikan harga minyak dunia disebabkan oleh meningkatnya
permintaan minyak dunia akibat ketidakpastian ketersediaan minyak di masa
depan, maka hal ini akan membawa pengaruh negatif bagi pasar modal. Tetapi
apabila meningkatnya harga minyak dunia disebabkan oleh peningkatan perekonomian
global, maka akan memberikan dampak positif bagi pasar modal.
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Sirucek (2012) tentang hubungan
yang positif antara harga minyak dan indeks harga saham Amerika Serikat. Selain
Rusia dan Amerika Serikat, argumentasi inipun dikuatkan oleh pendapat Ono
(2011) yang menemukan bukti bahwa harga minyak juga merespon positif terhadap
tingkat pengembalian saham di bursa saham Cina dan India. Sementara untuk
negara Brazil tidak ada respon yang signifikan.
Pertumbuhan indeks yang tinggi di
sektor pertambangan menunjukkan minat investor yang besar terhadap saham-saham
sektor pertambangan yang dipandang sebagai pilihan investasi yang
menguntungkan. Perusahaan pertambangan batu bara merupakan perusahaan yang
memiliki nilai kapitalisasi pasar yang terbesar di sektor industri pertambangan
batu bara.
Sumani dan Wiputra (2012)
meneliti tentang pengaruh harga komoditas batubara dan indeks harga saham
gabungan yang memiliki pengaruh pasar terhadap return saham perusahaan
pertambangan batubara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga komoditas
batubara tidak memberikan pengaruh positif terhadap return saham perusahaan
pertambangan batubara. Secara simultan kedua variabel independen tersebut
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Dari berbagai literatur
disebutkan bahwa IHSG dipengaruhi oleh fluktuasi makroekonomi. Valadkhani et
al. (2006) menguji pengaruh antara variabel makro ekonomi dan indeks pasar
modal dunia terhadap indeks bursa saham Thailand. Variabel penelitian yang
digunakan adalah tingkat suku bunga, nilai tukar baht, indeks harga konsumen,
harga minyak, dan jumlah penawaran uang, serta indeks bursa saham di beberapa negara. Hasil penelitian adalah bahwa
variabel makro ekonomi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Thailand kecuali variabel harga minyak sedangkan untuk bursa
saham Asia Tenggara memberikan pengaruh yang signifikan terhadap bursa Thailand
baik untuk sebelum maupun sesudah krisis, sementara bursa internasional tidak
memberikan pengaruh yang signifikan.
Selain minyak dan batubara, emas
merupakan salah satu komoditi penting yang dapat mempengaruhi pergerakan bursa
saham. Hal ini didasari bahwa emas merupakan salah satu alternatif investasi
yang cenderung aman dan bebas resiko (Sunariyah, 2006). Menurut Wiliam
Tanuwidjaja (2009), emas dianggap sebagai lambang kekuasaan dan kekayaan. Emas
juga merupakan benda yang sangat efektif digunakan untuk melindungi asset dari inflasi
dan fluktuasi nilai tukar. Hasil penelitian untuk variabel emas memberikan
kesimpulan yang berlawanan. Penelitian yang dilakukan oleh Smith (2001)
meneliti pengaruh antara harga emas dunia terhadap indeks harga saham di
Amerika Serikat. Hasil penelitian yang didapat adalah harga emas dunia memiliki
hubungan yang negatif dengan indeks harga saham.
Sementara Twite (2002) menemukan
hasil bahwa emas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi secara positif
pergerakan indeks saham di Australia.
Sementara Kusuma (2012) meneliti
pengaruh kurs, harga minyak ,harga emas terhadap index harga saham gabungan
sektor pertambangan.
Variabel pada penelitian ini
adalah, IHSG bagian pertambangan, kurs, harga minyak, harga emas. Penelitian
ini menunjukan bahwa secara umum variabel
Kurs Rupiah per Dollar AS, Harga Minyak Dunia dan Harga Emas Dunia mempunyai
pengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yaitu ketika kurs
rupiah meningkat indeks saham sektor pertambangan juga mengalami peningkatan
begitu juga dengan harga emas dunia dan harga minyak dunia yang menunjukan
pergerakan yang searah.
Adrian Agung (2010) dalam tesis
meneliti pengaruh variabel kurs dolar, suku bunga SBI, harga minyak dunia,
harga emas dunia, index Nikkei 225, index dowjones terhadap IHSG. Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa variabel kurs, suku bunga SBI, harga minyak
dunia, harga emas dunia, index Nikkei, index dow jones mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap index harga saham gabungan.
Sumber: www.duniainvestasi.com
(2013) Gambar 1.
PERGERAKAN INDEKS SEKTOR
PERTAMBANGAN JANUARI 2008 – DESEMBER 20
Sektor pertambangan di Indonesia mengalami peningkatan beberapa tahun
terakhir seperti tampak pada grafik pergerakan indeks sektoral di atas.
grafik menunjukkan adanya
penurunan harga saham-saham pertambangan yang menyebabkan indeks sektoral
pertambangan terus bergerak turun pada akhir tahun 2008 yang disebakan oleh
krisis global yang terjadi di Amerika Serikat akibat subprime mortgage. Indeks
berada di level tertinggi 3,439.
pada bulan Februari tahun 2008
dan mengalami penurunan di level 874.
pada bulan Desember. Pada tahun
2008, sampai dengan semester pertama, rata-rata nilai transaksi harian
meningkat menjadi Rp 5,6 triliun dibandingkan tahun 2007. Meskipun pada
Semester II, terjadi penurunan karena ada krisis subprime mortgage di Amerika
yan mempengaruhi semua bursa di dunia tidak terkecuali Indonesia, akan tetapi
rata-rata nilai transaksi pada tahun 20 masih lebih tinggi dari tahun 2007
yaitu sekitar Rp 4,5 triliun.
Indeks harga saham sektor
pertambangan mulai Semester II tahun 2009 mencatatkan kenaikan yang luar biasa,
dimana sejak awal tahun pembukaan hingga akhir penutupan indeks harga saham
sektor pertambangan sudah mencetak kenaikan berkisar 154 % dari level 880.44 ke
level 2236.87.
Kenaikan tajam Indeks harga saham
sektor pertambangan sepanjang tahun 2009 tidak terlepas dari sentiment-sentimen
positif yang berasal baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu sentimen
positif dari luar negeri yaitu pemulihan ekonomi di Amerika Serikat terutama
dengan suksesnya paket bailout yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menyelematkan berbagai perusahaan besar di sana. Pemulihan ekonomi tersebut
juga mendapat dukungan dari melonjaknya harga-harga komoditas seiring
melesatnya harga minyak dunia. Selain
itu emas juga sukses mencetak rekor tertinggi baru sepanjang tahun 2009.
Pengaruh naik-turun harga batu
bara di pasar dunia terhadap kinerja indeks sektor pertambangan cenderung turun
dalam 4,5 tahun terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, yang
diolah Departemen Riset IFT, korelasi pergerakan harga batu bara dunia terhadap
kinerja indeks sektor pertambangan pada 2008 korelasi pergerakan harga batu
bara dengan indeks sektor pertambangan sebesar 0,76 poin, pada 2009 sebesar
0,20 poin, pada 20 sebesar 0,18 poin, pada 2011 sebesar 0,23 poin, dan pada
semester I 20 tercatat hanya sebesar 0,10 poin. Ini menunjukkan volatilitas
harga batu bara dunia tidak terlalu mempengaruhi kinerja indeks sektor
pertambangan.
Padahal saham-saham emiten
produsen batu bara memiliki bobot yang besar dalam mempengaruhi kinerja indeks
sektor pertambangan. Sebanyak dari 41
saham yang terdaftar di indeks sektor pertambangan, memberikan bobot paling
besar dari 10 teratas saham yang menyusun indeks pertambangan. Dari sembilan
saham emiten batu bara dengan bobot paling besar, diantaranya PT Adaro Energy
Tb (ADRO) dengan bobot 14,51% terhadap indeks sektor pertambangan, PT Indo
Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar 11,96%, PT Bayan Resources Tbk (BYAN)
sebesar 11,01%, PT Bukit Asaam (Persero) Tbk (PTBA) sebesar 10,54%, PT Bumi
resources Tbk (BUMI) sebesar 7,03%, dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) sebesar 4,69%
(www.bloomberg.com, 2013).
Sementara itu, pengaruh pergerakan harga minyak dunia juga terlihat lebih
besar pengaruhnya terhadap kinerja indeks sektor pertambangan. Pada semester I
tahun 2012, korelasinya mencapai 0,23 poin, lebih tinggi dibandingkan 2011
sebesar 0,17 poin. Namun pengaruh naik turun harga minyak tahun ini lebih kecil
dibandingkan korelasi 2010 yang mencapai 0, poin. Menurut Departemen Riset IFT,
pelaku pasar Indonesia masih lebih sering menggunakan harga minyak dunia
sebagai acuan untuk bertransaksi.
Naik-turun harga minyak dunia
juga menjadi acuan mengenai ekspektasi kenaikan atau penurunan harga batu bara
dunia, sehingga korelasi indeks pertambangan di Indonesia lebih kuat kepada
perubahan harga minyak.
Pentingnya penelitian ini adalah
untuk melihat secara langsung pengaruh harga emas, harga minyak dunia, dan
harga batubara sebagai variabel independen terhadap indeks harga saham sektor
pertambangan sebagai variabel dependen. Karena harga minyak dunia dan harga
emas itu menjadi patokan harga saham sektor pertambangan. Selain itu, sektor petambangan
didominasi oleh perusahaan-perusahan batubara. Berdasarkan uraian di atas dan
beberapa literatur terdahulu, adapun judul penelitian ini adalah "
Pengaruh Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dan Harga Batubara Terhadap Indeks
Harga Saham Sektor Pertambangan Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2008 -
2012".
Skripsi Ekonomi: Pengaruh Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dan Harga Batubara Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan
Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi