BAB I.
PENDAHULUAN.
A. LATAR BELAKANG MASALAH.
Skripsi Ekonomi: Peranan Era Pemerintahan Dalam Pengaruh Ekspor, Impor Dan Kurs Terhadap Cadangan Devisa Di Indonesia Periode Tahun 1990 - 2010
Cadangan devisa
merupakan aspek penting
dalam menyangga perekonomian
suatu negara. Studi
yang dilakukan oleh
Shiyun Yang (2012)
di China, dalam working papernya
menyebutkan bahwa cadangan devisa merupakan akumulasi
devisa yang digunakan
oleh pemerintah untuk
menyeimbangkan pembayaran internasional, menstabilkan
nilai tukar, dan
pembayaran utang luar negeri.
Penelitian lain oleh Aizenman (2011) di Amerika Latin juga menyebutkan tentang
peran penting cadangan
devisa dan nilai
tukar terhadap gucangan komoditas
perdagangan. Hasil dari
penelitian tersebut bahwa
cadangan devisa sangat
mempengaruhi terhadap guncangan
komoditas perdagangan di
Amerika Latin.
Jurnal I
Putu Kusuma Juniarta
juga melakukan penelitian
mengenai cadangan devisa
nasional pada tahun
1999-2000. Penelitian ini
mengambil ekspor, impor dan kurs
sebagai variabel independennya. Hasilnya adalah variabel ekspor
dan kurs berpengaruh
signifikan terhadap cadangan
devisa nasional.
Sedangkan, impor tidak
berpengaruh signifikan terhadap cadangan devia nasional.
Juniarta R
Pinem (2011) juga
melakukan penelitian serupa.
Mengambil ekspor, impor dan kurs
sebagai variabel independen dan cadangan devisa sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini sama
persis dengan hasil penelitian yang dilakukan
I Putu Kusuma Juniarta. Ekspor dan kurs berpengaruh positif terhadap cadangan devisa sedangkan impor berpengaruh
negatif terhadap cadangan devisa.
Untuk mengetahui sejauhmana cadangan devisa dimiliki oleh suatu negara maka kita melihat dari perdagangan
internasional suatu negara itu sendiri. Dengan perdagangan internasional akan tercipta
hubungan ekonomi suatu negara dengan negara lain
serta terjadi lalu
lintas pertukaran barang
dan jasa yang
akan menciptakan perdagangan
antar bangsa. Perdagangan
internasional bertujuan untuk
mensejahterakan perekonomian masayarakat
dunia. Melalui kegiatan perdagangan luar negeri maka suatu negara
dapat memperoleh keuntungan dengan bertambahnya akumulasi
kekayaan melalui cadangan
devisa. Untuk menunjang hal
tersebut maka suatu
negara dapat melakukan
peningkatan ekspor dan penurunan impr
sehingga terjadi keadaan
surplus atau defisit
dari perdagangan yang telah dilakukan.
Menurut Faisal
Basri ( 1994 ) dengan
meningkatnya peran sektor perdagangan
bagi perekonomian menyebabkan
suatu negara berusaha
untuk mencapai surplus dalam
neraca perdagangan internasional. Makin
besar surplus yang
dicapai maka devisa
yang masuk akan
semakin besar sehingga
dapat digunakan untuk
membiayai pembangunan. Realisasi
diatas dicapai dengan meningkatkan
laju ekspor dan
menurunkan laju impor
serta didukung sektor moneter dan sektor riil secara terus menerus
untuk menekan ekonomi biaya tinggi dan
peningkatan daya saing nasional.
Dibawah ini adalah keadaan posisi
cadangan devisa di Indonesia dari tahun 1990 sampai
dengan tahun 2010,
serta nilai ekspor
dan impor dengan
satuan miliar dollar serta
perkembangan kurs dari tahun ketahun. Untuk yang dibawah ini adalah data cadangan devisa dari tahun 1990
sampai dengan 2010. Data berasal dari
laporan tahunan Bank Indonesia.
Dapat kita lihat dari grafik
diatas, bahwasanya keadaan cadangan devisa di Indonesia
selama tahin 1990
sampai dengan 2010
terus menerus mengalami peninhkatan.
Hal itu dapat
dilihat dati persentase pertumbuhan cadangan
devisa setiap tahunnya.
Dari data diatas
dapat digambarkan dengan
grafik. Grafik ini digunakan untuk
mengetahui slope dari
kenaikan maupun penurunan
keadaan cadangan devisa itu
sendiri melalui gambar.
Untuk grafik keadaan
cadangan devisa dari tahun 1990
sampai dengan tahun 2010, dapat kita lihat dibawah ini.
Dari tabel dan
grafik diatas dapat kita
lihat keadaan cadangan
devisa di Indonesia terus mengalami kenaikan yang
signifikan dari tahun ketahun. Sebelum dan sesudah
reformasipun nilai cadangan
devisa di Indonesia
cenderung naik.
Pada tahun 2010 cadangan devisa
di Indonesia meningkat yang sangat berarti, hal ini pertanda bahwa cadangan devisa di
Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Untuk yang
selanjutnya adalah data
perkembangan ekspor di
Indonesia.
Data ini berasal dari laporan
tahunan Bank Indonesia selama periode tahun 1990 sampai
dengan tahun 2010.
Sama halnya dengan
keadaan cadangan devisa, selama
periode 1990 sampai
dengan 2010 keadaan
ekspor Indonesia juga
terus menerus naik secara
signifikan.
Melihat dari
tabel diatas, perkembangan
ekspor menurut data
dari Bank Indonesia, juga mengalami peningkatan yang
signifikan setiap tahunnya. Dalam toeori,
ekspor merupakan komponen utama penyumbang terbesar bagi cadangan devisa.
1990-2010 (dalam miliar US$) Ekspor di
Indonesia merupakan penyumbang
terbesar bagi devisa
negara.
Dari tabel dan grafik 1.2 dapat
kita lihat ekspor di Indonesia terus membaik dan semakin
meningkat. Dengan kondisi
ekspor yang seperti
diatas maka tidak 1 2 Ekspor Ekspor diragukan
lagi bahwa ekspor
di Indonesia merupakan
penyumbang cadangan devisa utama di Indonesia.
Selain data ekspor, dalam
penelitian ini juga mengambil data perkembangan impor
selama periode tahun
1990 sampai dengan
tahun 2010. Sama
halnya dengan keadaan
ekspor di Indonesia, perkembangan
impor di Indonesia selama periode
1990 sampai dengan
periode 2010 juga
mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Data perkembangan impor
diperoleh dari Laporan
Tahunan Bank Indonesia
selama periode penelitian.
Yang kemudian diolah
dan juga menyajikan
data tersebut dengan
tampilan grafik, agar
mudah diketahui slope daripada
keadaan impor tersebut selama periode penelitian.
penyumbang terbesar
bagi devisa negara,
namun impor bertindak
sebagai pengurang devisa suatu
negara. Namun hal tersebut menjadi tidak begitu berarti apabila
diimbangi dengan ekspor.
Hal itu dimaksudkan
agar keadaan cadangan devisa tidak mengalami defisit.
Data yang
selanjutnya adalah data
perkembangan kurs di
Indonesia. data diambil dari Laporan Tahunan Bank Indonesia
selama periode tahun 1990 sampai dengan 2010.
Melalui data ini
kita dapat mengetahui
perkembangan kurs nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika
selama periode penelitian.
Kurs sangat berperan
penting dalam penentuan
ekspor dan impor
di suatu negara.
Kurs menjadi tolak
ukur bagi eksportir
dan juga importir.
Apabila nilai tukar
rupiah terapresiasi maka
cenderung para eksportir menurunkan produksinya, hal ini agar tidak terjadi kerugian yang cukup besar. Tapi
sebaliknya, keadaan terapresiasinya nilai tukar
rupiah menjadi ukuran bagi
importir bahwa mereka
akan melakukan impor
sebanyak-banyaknya,
dikarenakan profit yang
mereka peroleh juga
akan bertambah. Dibawah
ini adalah data
nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar selama periode tahun 1990 sampai dengan 2010.
Tabel 1.
Tabel Perkembangan Keadaan Kurs
di Indonesia dari Tahun 1990-2010 (dalam rupiah) TAHUN KURS (Dalam Rupiah) 19 1.9 19 1.9 19 2.0 19 2.1
Berlanjut ke halaman ... Lanjutan
dari Tabel 1.
19 2.2 19 2.3 19 2.3 19 4.6 19 8.0
19 7.1 20 9.5 20 10.4 20 8.9 20 8.4 20 9.2 20 9.8 20 9.0 20 9.4 20 10.0 20 9.7 20
9.0 Sumber: Bank Indonesia Grafik 1.
Tabel Perkembangan Keadaan Kurs
di Indonesia dari Tahun 1990-2010 (dalam rupiah) 10,0 20,0 Kurs Kurs Keadaan
cadangan devisa, ekspor
dan impor meningkat,
namun tidak sejalan
dengan nilai tukar
rupiah di Indonesia. Dari tahun
1990 sampai dengan tahun
1997, kurs nilai tukar rupiah
kondisinya stabil dan
cenderung menguat.
Akan tetapi
pada tahun 1998
kurs mulai melemah
100% dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 1997 naik menjadi 2.909
dan naik menjadi 10.014 pada tahun 1998.
Kenaikan kurs ini
merupakan cambuk bagi
perekonomian karena sama saja rupiah terdepresiasi.
Hal tersebut terjadi karena
adanya masalah krisis yang dihadapi Indonesia sejak tahun
2007. Dimulai dari
masalah regional yaiu
kejatuhan nilai Baht Thailand, lalu
menerjang peso Filiphina,
ringgi Malaysia dan
dollar Singapura.
Presiden Soeharo
dalam pidatonya didepan
DPR 16Agusus 1997
mengatakan bahwa “Guncangan-guncangan yang
melanda mata uang
berbagai negara di kawasan
Asia Tenggara akhir-akhir ini adalah wujud nyata dari pengaruh negatif perekonomian
terbuka”. Selanjutnya, pada
bagian lain pidato
presiden menekankan: “Kita
melihat bahwa kurs mata uang apapun dapat berubah cepat”.
Perubahan kurs mata uang dengan
cepat dapat merembet ke berbagai mata uang yang
lainnya. Selain itu
masyarakat di kawasan
Asia Tenggara termasuk Indonesia adalah
konsumen, artinya lebih
kemampuan konsumsi lebih
tinggi daripada produksinya.
Impor barang dan jasa lebih besar daripada ekspor barang dan jasa.
Keadaan diatas
kurang mendapat perhatian
yang akhirnya merembet pada neraca
pembayaran Indonesia yang
terjadi kesenjangan. Alasannya
yaitu, kesenjangan atau
defisit transaksi berjalan
dapat ditutup dengan
PMA (Penanaman Modal
Asing). Karena keadaan
semakin tidak terkendali
maka pemerintah melibatkan IMF
untuk mengobati penyakit yang terjadi. Namun di sisi lain yaitu pada segi politik Indonesia terjadi
proses pengambilan keputusan yang lamban
yang hanya terpusat kepada presiden yang mengakibatkan selalu lamban dalan
penanganan masalah. Keterlibatan
IMF sekali lagi
bukan untuk menjadi jalan keluar masalah tetapi malah menambah
pelik permasalahan.
Seiring berjalannya
waktu krisis moneter
berubah menjadi krisis multidimensional. Politik Indonesia juga
menuju kebangkrutan dan perekonomian yang
pada taraf kollaps. Masyarakat yang begitu kalapnya memborong barang dan menyerbu
mata uang asing
yang akhirnya krisis
mulidimensional terjadi.
Pemulihan yang tak kunjung datang
dan akhirnya pak Harto memutuskan untuk mengundurkan diri
dari jabatannya sebagai
presiden. Krisis politik
akibat dari mundurnya Soeharto berpengaruh pula terhadap
kurs rupiah yang terus menerus melemah
sampai dengan diatas Rp. 10.000 per dolar AS.
Krisis ekonomi
10 bulan sudah
memaksa pilihan penduduk
Indonesia kembali terpuruk
hidup dibawah garis
kemiskinan. Pemicunnya adalah meroketnya
harga barang-barang pokok,
terutama pangan. Setelah
itu terjadi kebangkrutan
masal di dunia
usaha. Segala bentuk
proteksi dan pemberian perlakuan
khusus harus diakhiri. Para
pelaku usaha harus
keluar dari persoalan pada
waktu yang bersamaan,
padahal kemampuan mereka untuk
menyesuaikan diri menghadapi
lingkungan dan tantangan baru sangat terbatas. Semua persoalan akhirnya
bermuara kepada kerapuhan
eksistensi sejumlah perusahaan.
Kebanyakan dari mereka
tidak mampu membayar utangnya,
baik dalam bentuk rupiah maupun dolar. Pada gilirannya, hal itu
membuat sektor perbankan terpuruk dan
kepercayaan masyarakat internasional terkikis.
Dampak dari turunnya presiden Soeharto, maka dimulailah masa reformasi.
Pada masa
ini Indonesia dipimpin
oleh B.J Habibie,
namun juga mengundang masalah
konstitusi karena presiden
tidak dipilih melalui
proses demokratis. Hal ini
terus menerus menjadi masala dan akhirnya pada tahun 1999 diadakan pemilu.
Pemerintahan demokratis
membuahkan hasil yaitu pertumbuhan ekonomi melesat, indikator-indikator ekonomi jangka pendekpun
mengalami perbaikan, kurs rupiah juga
menguat cukup signifikan. Tingkat suku bunga mengalami penurunan secara konsisten.
Sementara itu, Indeks
Harga Saham Gabungan
(IHSG) menunjukkan nilai yang berarti.
Selama tahun
2000 perkembangan neraca
pembayaran menunjukkan kecenderungan
positif. Hal ini
ditandai dengan meningkatnya
kinerja ekspor nonmigas
dan meningkatnya penerimaan
ekspor migas karena
meningkatnya meningkatnya harga
minyak internasional. Di sisi sebalikknya posisi impor juga mengalami
kenaikan terutama pada
bahan baku dan barang modal.
Peningkatan impor ini merupakan
indikasi positif bagi pemulihan ekonomi. Sementara, defisit transaksi
jasa cenderung mengalami
peningkatan yang disebabkan
tingginya bunga uang luar negeri,
menigkatnya pembayaran hasil minyak untuk kontraktor asing.
Penerimaan penting dari
sekor non-migas adalah
arus wisatawan yang memberi kontribusi
pada cadangan devisansebesar US$4,6
miliar (2000) atau meningkat
US$0,4 miliar dibandingkan tahun 1999.
Transaksi berjalan pada tahun
2000 mengalami peningkatan, neraca modal masih mengalami defisit karena berkurangnya
pemasukan pemerintah dan masih tingginya
defisit lalu lintas modal swasta. Dengan
demikian, neraca pembayaran surplus
US$5 miliar sehingga meningkatkan cadangan devisa menjadi US$29,3 miliar.
Pada akhir tahun 2011, cadangan
devisa Indonesia menjadi juara ke empat di
kawasan ASEAN. Cadangan devisa Indonesia jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya ternyata cukup rendah. Cadangan
devisa Indonesia masih kalah jika dibandingkan
Malaysia, Singapura dan
Thailand. Indonesia hanya
menang atas Filiphina.
Dari tabel
1.1 diatas dapat
juga digunakan untuk
menghitung tingkat pertumbuhan
cadangan devisa dari
kedua era pemerintahan.
Dengan rumus pertumbuhan
yaitu ൌ ሺ1ݎሻ୬, maka
dapat dihitung tingkat
pertumbuhan cadangan devisa
Indonesia. Dimana adalah data pada tahun n, adalah data pada tahun
ke 0 atau tahun dasar, r adalah tingkat pertumbuhan (%), kemudian n adalah
jumlah tahun atau banyakna
tahun. Dengan demikian
perbedaan tingkat pertumbuhan cadangan devisa dari kedua era
tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 1.
Tingkat Pertumbuhan Cadangan
Devisa ERA PEMERINTAHAN TINGKAT
PERTUMBUHAN Era Orde Baru (10 Tahun terakhir)
0,0031 % Era Reformasi (Tahun 2000-2010)
0,0029 % Sumber : Bank Indonesia ( diolah ) “Dari catatan Bank Indonesia
posisi cadangan devisa pada akhir tahun 2011 berada
pada urutan ke
empat”, ujar juru bicara
Bank Indonesia, Difi
Johansyah dalam diskusi
mengenai kondisi moneter.
Difi mengungkapkan, Singapura memiliki cadangan devisa yang cukup tinggi
diantara negara-negara tetangganya.
Adapun besaran cadangan devisa
Singapura mencapai US$242 miliar.
Berikut dibawah ini
porsi cadangan devisa
di beberapa negara
kawasan ASEAN ; Tabel 1.
Peringkat 5 Besar Cadangan Devisa
Di Asean Tahun 20 NEGARA CADANGAN
DEVISA PERINGKAT Singapura US$ 242 Miliar Thailand US$ 176 Miliar Malaysia US$ 128 Miliar Indonesia US$ 119 Miliar Filiphina US$ 69 Miliar
Sumber : Bank Indonesia, 20 Kondisi cadangan
devisa yang surplus
harus selalu dijaga,
hal ini dimaksudkan
agar transaksi internasional
dapat berjalan dengan
stabil.
Pengelolaan cadangan
devisa sendiri juga
tidak lepas dari
upaya menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Dimana apabila
terjadi pengurangan dalam cadngan devisa maka
akan menyebabkan spekulasi
terhadap rupiah dari
para spekulator, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas perlu memperhatikan
stabilitas nilai tukar rupiah.
Mundell dan Johnson (Nopirin,
1997:221), mengemukakan bahwa besarnya cadangan
devisa dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: · Tingkat inflasi ·
Pendapatan riil · Suku bunga domestik · Kredit domestik · Multiplier uang Sedangkan
menurut Krugman dan
Maurice Obstfeld (1997-246), menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi cadangan devisa adalah : · Perubahan tingkat harga dalam negeri ·
Struktur produksi · Perubahan pasar utang piutang dengan luar negeri ·
Ketidakstabilan dalam negeri · Bencana alam Pendapat diatas
sesuai dengan yang
dikemukakan ole Jeff
Madura (1999:57), menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi caangan devisa antara lain: ·
Laju inflasi negara
meningkat relatif terhadap
mitra dagangnya maka neraca
berjalannya akan menurun.
·
Pendapatan nasional suatu
negara meningkat relatif
terhadap negara mitra dagangnya maka neraca berjalannya akan
menurun.
·
Retriksi pemerintah yaitu
jika pemerintah menggunaka
pajak atas barang-barang
impor berupa tarif
atau kuota maka
neraca berjalannya akan meningkat.
·
Kurs suatu negara
meningkat relatif terhadap negara
mitra dagangnya maka neraca berjalannya akan meningkat.
Dari uraian
diatas menarik bagi
penulis untuk melakukan
penelitian yang sama dengan mengambil topik tentang cadangan
devisa. Penulis akan mengambil studi kasus
negara Indonesia dan
memasukkan beberapa variabel
yaitu ekspor, impor serta kurs dan mengambil judul “Peranan
era pemerintahan dalam pengaruh ekpor, impor,
dan kurs terhadap
cadangan devisa di
Indonesia periode tahun 1990-2010”.
B. RUMUSAN MASALAH.
Dari latar
belakang masalah di
atas maka dapat
dikemukakan beberapa perumusan masalah sebagai berikut :.
1. Apakah terdapat
perbedaan cadangan devisa
yang signifikan pada
era pemerintahan Orde Baru dan
Era Reformasi di Indonesia ?.
2. Apakah terdapat
perbedaan pengaruh Ekspor,
Impor, dan kurs terhadap cadangan devisa berdasarkan era pemerintahan
di Indonesia ?.
C. TUJUAN KAJIAN.
Berdasarkan latar
belakang masalah dan
perumusan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :.
1. Mengetahui perbedaan
cadangan devisa yang
signifikan pada era pemerintahan
Orde Baru dan era pemerintahan Reformasi di Indonesia.
2. Mengetahui perbedaan pengaruh
ekspor, impor, dan kurs terhadap cadangan devisa berdasarkan era pemerintahan di
Indonesia.
D. MANFAAT KAJIAN.
Adapun manfaat
yang dapat diperoleh
dari penyusunan penelitian
ini adalah :.
1. Hasil penelitian
ini dapat memberikan
masukan yang berguna
bagi pemerintah sebagai
pemangku kebijakan dalam
menentukan kebijakan di bidang
pengelolaan cadangan devisa di Indonesia.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan diskusi dan bahan
perbandingan bagi penelitian
selanjutnya.
Skripsi Ekonomi: Peranan Era Pemerintahan Dalam Pengaruh Ekspor, Impor Dan Kurs Terhadap Cadangan Devisa Di Indonesia Periode Tahun 1990 - 2010
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi