BAB I.
PENDAHULUAN.
1.1.Latar Belakang.
Skripsi Ekonomi: Political Connections Dan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
Bisnis dan political
connectionsbukan merupakan hal
yang barudi Indonesia. Hampir 22
persen perusahaan terbuka
di Indonesia merupakan perusahaan
yang memiliki political connections (www.pelita.or.id). Dari penelitian terhadap
perusahaan–perusahaan dari 47
negara di dunia,
Faccio (2006) menyatakan
bahwa perusahaan yang
memiliki political connections tidak
sama di berbagai negara karena hasil penelitiannya membuktikan bahwa political
connections lebih umum terjadi
pada perusahaan yang
tingkat korupsi negaranya leb ih
tinggi.
Pada tahun
2012, Indonesia termasuk dalam
negara dengan tingkat korupsi tinggiyang dapat dilihat dari skor
Corruption Perception Index(CPI) yaitu
32 dari 100 dengan
persepsi bahwa 0 dipersepsikan
sangat korup dan 100
sangat bersih(www.ti.or.id). Indonesia berada pada urutan 118 dari 176 negara
yang diukur oleh Lembaga Transparansi
Internasional. Masih banyak pula pemberitaan di Indonesia tentang penangkapan atas kasus
suap atau korupsi oleh
publik terhadap anggota
parlemen, bupati, walikota,
gubernur, menteri, Konsultan
Jenderal, dan duta besar yang salah satunya adalah kepala polisi
Republik Indonesia atau
Kapolri (www.tempo.co). Hal
tersebut mengindikasikan masih
banyak perusahaan yang
berharap mendapat keuntungan atau timbal balik dari political
connections.
Fisman (2001) pernah meneliti tentang
political connectionspada era kepemimpinan Presiden
Soeharto di Indonesia.
Negara Indonesia dan Presiden Soeharto
menjadi populer dalam
pengembangan awal literatur political connections(Purwoto, 2011). Fisman
(2001) mengungkapkan bukti tentang kepanikan
investor pada saat
pencekalan penurunan Presiden Soeharto dari
jabatan kepresidenannya karena
investor yang memiliki political
connections dengan Presiden Soeharto
mendapat manfaat pembiayaan saat Presiden Soeharto menjabat.
Memperkuat bukti dari Fisman, Leuz dan
Gee (2006) juga meneliti political connectionsdi Indonesia.
Leuz dan
Gee (2006) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa political connections tidak hanya
merubah strategi keuangan
perusahaan tetapi juga
mempengaruhi kinerja jangka
panjang perusahaan yang
terbukti bahwa perusahaan denganpolitical connectionsyang mengalami
kesulitan dalam membangun hubungan dengan pemerintah baru
akan berkinerja lebih buruk
di bawah pemerintah
yang baru dan
akan lebih sulit
meningkatkan masalah keuangan
mereka.
Dari uraian
dan fakta mengenai
korupsi dan politik
tersebut dapat dikatakan
bahwa bisnis dan politik
saling berkaitan erat.
Kaitan politik dan bisnis dijelaskan
dalam penelitian Wulandari
(2012) bahwa partai–partai politik
untuk membiayai aktivitasnya
membutuhkan sumber–sumber pendanaan.
Wulandari (2012) juga menjelaskan
bahwa dalam pendanaan partai,
partai politik mencari
calon-calon anggota legislatif
atau pemerintah daerah dari
mereka yang memiliki modal besar yang
tidak berkaitan apapun dengan
partainya sehingga yang menjadi target utama mereka adalah pelaku bisnis.
Pelaku bisnis memberikan
dana tentu juga tidak dengan
gratis. Atas dana yang disumbangkan, para pelaku bisnis
mendapat timbal balik ekonomi untuk
peningkatan kinerja bisnis atau kinerja perusahaan mereka.
Kinerja perusahaan
merupakan hal penting
dalam suatu perusahaan.
Jika kinerja
perusahaan tidak baik
maka strategi perusahaan
tidak dapat dijalankan sehingga tujuan
perusahaan tidak akan
tercapai. Mulyadi (2007: 337)
menyatakan bahwa kinerja merupakan keberhasilan personil, tim, atau unit
organisasi dalam mewujudkan
sasaran strategikyang telah
ditetapkan sebelumnya. Menurut
Sambudi (2010), kinerja
keuangan merupakan gambaran
hasil ekonomi yang
diraih oleh perusahaan
pada periode tertentu melalui aktivitas–aktivitas perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan secara efisien dan
efektif. Oleh karena itu
pihak perusahaan akan
melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kinerja perusahaan, salah
satunya yaitu dengan
political connections karena pihak
perusahaan akan memperoleh banyak
keuntungan ekonomi dengan political connections.
Hasilpenelitian Adhikari,
Derashid, dan Zhang (2006) pada penelitian yang
dilakukan di Malaysia membuktikan bahwa
perusahaan memperoleh keuntungan dengan memiliki political connections.
Hasil penelitian mereka menjelaskan bahwa
perusahaan yang memiliki political connections membayar pajak signifikan lebih rendah dari perusahaan lainnya.
Penelitian Wu, Wu, Zhou, dan Wu (2012) pada
perusahaan–perusahaan di China juga menambah buktibahwa political connectionspada
perusahaan meningkatkan kinerja
perusahaan serta memperoleh keuntungan pajak.Leuz dan Gee (2006) memperlihatkan
manfaat dari political connections perusahaan dengan pemerintah
yaitu political connections
dapat menurunkan manfaat
dari pembiayaan global.
Perusahaan yang memiliki political connections juga mendapat akses
lebih mudah untuk
melakukan kredit dan
memperoleh keuntungan dalam hal
kinerja perusahaan (Boubakri,
Cosset, dan Saffar, 2012).
Hal serupa dibuktikan
oleh Li, Meng,
Wang, dan Zhou
(2008) dan Claessens,
Feijen dan Laeven
(2008) bahwa perusahaan
yang memiliki political
connectionslebih mudah dalam mendapatkan
kredit dari bank atau lembaga lainnya. Selain itu, perusahaan yang baru go
publicyang memiliki political
connectionsmemiliki harga penawaran yang relatif lebih tinggi saat Initial
Public Offering (IPO) dan biaya tetap
yang rendah selama proses go public(Francis, Hasan, dan Sun, 2009).
Berbeda dari
hasil penelitian yang
menyatakan bahwa political connections memberikan keuntungan,
hasil penelitian Wulandari
(2012) justru menunjukkan
bahwa perusahaan yang memiliki political connections memiliki kinerja
yang lebih rendah
dibandingkan perusahaan yang
tidak memiliki political connections.
Purwoto (2011) mengimplikasikan hasil penelitiannya bahwa
keberadaan political connections menghambat penyediaan
informasi spesifik perusahaan
di pasar saham
sehingga kinerja perusahaantidak
tercermin dalam pergerakan harga saham.
Dengan demikian
masih terdapat ketidakkonsistenan hasil
penelitian mengenai
political connections terhadap kinerja
perusahaan. Di Indonesia, penelitian
mengenai political connections terhadap kinerja
perusahaan ataupun penelitian
tentang political connections
dari pandangan akuntansi masih sedikit. Beberapa penelitian mengenai
political connectionsyang telah dilakukan
antara lain Purwoto (2011) yang meneliti pengaruh koneksi politis, kepemilikan
pemerintah, dan keburaman
laporan keuangan terhadap kesinkronan dan risiko crashharga saham,
Wulandari (2012) menguji tentang pengaruh
political connections dan struktur
kepemilikan terhadap kinerja perusahaan,
serta Primasari (2013)
yang menguraikan tentang
pengaruh koneksi politik dan
corporate governanceterhadap audit fee.
Ketidakkonsistenan dan
masih sedikitnya penelitian
sebelumnya mengenai pengaruh political connections terhadap kinerja
perusahaan membuat peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut.
Penelitian ini juga merupakan
replikasi dari penelitian Wu et al. (2012), akan tetapi penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu.
Penelitian ini lebih sederhana karena
hanya menguji pengaruh political connections terhadap kinerja
perusahaan, sedangkan penelitian
Wu et al.
(2012) menguji tentang pengaruh
political connections
terhadap kinerja perusahaan,
pengaruh political connections terhadap pajak,
dan pengaruh political connections terhadap investasi
yang berlebih atas free
cash flow. Dalam
penelitiannya, Wu et
al. (2012) membedakan ketiga hipotesis
tersebut atas perusahaan swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menambahkan kepemilikan
saham (ownership) sebagai
variabel kontrol. Penelitian
ini juga hanya
menggunakan Tobin’s Q
sebagai variabel terikat, sedangkan Wu et al. (2012)
menggunakan ROA dan Tobin’s Q.
Berdasarkan uraian latar belakang
tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan
judul “POLI TICAL CONNECTIONS DAN KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS
PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA)”.
1.2.Perumusan Masalah.
Sesuai yang diungkapkan dalam
latar belakang, Indonesia merupakan negara
dengan tingkat korupsi yang sangat tinggi. Indonesia termasuk dalam negara
dengan tingkat korupsi
tinggi yang dilihat
dari skor Corruption Perception
Index (CPI) yaitu 32
dari 100 dengan
persepsi bahwa 0 dipersepsikan
sangat korup dan 100 sangat bersih (www.ti.or.id).
Menurut Meyer
dan Rowan (1977) tentang teori
kelembagaan (institutional theory)
bahwa organisasi berada dalam
lingkungan sosial sehingga keputusan yang diambil dalam
sebuah organisasi akan dipengaruhi oleh organisasi atau
institusi yang lain, termasuk
pemerintah. Untuk mendapatkan
kemudahan sumber daya
akses dan sumber
dana, perusahaan seringkali
menciptakan political
connections. Dengan adanya
sumber daya akses
yang mudah dan
sumber dana yang
banyak dapat membantu perusahaan memperoleh kemudahan dalam
menciptakan nilai bagi pemegang saham.
Atas dasar hal tersebut, masalah dalam penelitian iniadalah“apakah political connectionsberpengaruh terhadap
kinerja perusahaan?”.
1.3.Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian
ini yaitu untuk
menguji terkait pengaruh political connections pada tahun
sebelumnya (t-1)terhadap kinerja
perusahaan pada tahun sekarang
(t) pada perusahaan go
publicyang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia(BEI).
1.4.Manfaat Penelitian.
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi pihakpihak terkait berikut ini.
1. Bagi Akademisi Bagi akademisi,
hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai
referensi dan landasan
penelitian berikutnya terutama
penelitian yang terkait dengan
political connectionsdan kinerja perusahaan.
2. Bagi Investor Bagi investor,hasil penelitian
ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam
menentukan strategi investasi
dan pengambilan keputusan
investasi.
Skripsi Ekonomi: Political Connections Dan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi