Selasa, 09 Desember 2014

Skripsi Hukum: Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap pekerja di pt petrokimia gresik

BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Skripsi Hukum: Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap pekerja di pt petrokimia gresik
Perkembangan pembangunan Indonesia telah memasuki era industrialisasi. Perkembangan  dunia  industri  semakin  meningkat  tajam  seiring  dengan  turut  meningkatnya  pula  permintaan  pasar  akan  barang-barang  industri,  yang  turut  memicu  diperlukannya  peningkatan  kualitas  sumber  daya  manusia.  Perusahaan  yang siap untuk berkompetisi harus memiliki sistem manajemen yang efektif guna  meningkatkan  kinerja  karyawan,  karena  tenaga  kerja  merupakan  faktor  yang  menentukan bagi perusahaan dalam melaksanakan proses produksi. Dengan kata  lain tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang paling utama.

Tenaga  kerja  merupakan  salah  satu  unsur  dalam  proses  produksi  yang  tidak  dapat  lepas  dari  kegiatan  industri.  Tidak  jarang  tenaga  kerja  menghadapi  ancaman keselamatan dan kesehatan  yang datang dari pelaksanaan tugas mereka.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang  Keselamatan Kerja, menjelaskan  bahwa  dengan  majunya  industrialisasi,  mekanisme,  modernisasi,  maka  berlangsung  pula  peningkatan  intensitas  kerja,  oprasioanal  kerja,  mesin-mesin,  alat-alat,  dan  pesawat-pesawat.  Bahan-bahan  teknis  baru  banyak  di  olah  dan  dipergunakan,  bahan-bahan  yang  mengandung  racun,  serta  cara-cara  kerja  yang  buruk,  kekurangan  ketrampilan  dan  latihan  kerja,  tidak  adanya  pengetahuan  tentang sumber bahaya yang baru, senantiasa merupakan sumber-sumber bahaya  dan  penyakit-penyakit  akibat  kerja.  Oleh  karena  itu,  sumber  daya  manusia  disamping  dituntut  untuk  senantiasa  meningkatkan  kemampuan  diri  juga  diharapkan mewaspadai pemanfaatan unsur lainnya berupa peralatan  kerja yang  lebih  dianggap  canggih  dan  moderen.  Mekanisme  cara-cara  kerja  dengan  peralatan  yang  canggih  tidak  selalu  membawa  keuntungan  dan  kemudahan  bagi  pekerja,   melainkan  tidak  jarang  juga  membawa  musibah,  kecelakaan,  penyakit  dan  bahkan  kematian  bagi  penggunanya.  Maka  dapatlah  dipahami  perlu  adanya  1    pengetahuan  Keselamatan  dan  Kesehatan  Kerja  selanjutnya  di  sebut  K3,  yang  maju dan tepat.
Resiko  penggunaan  alat-alat  industri  terkadang  menjadi  masalah  yang  tidak dapat di hindari terlebih apabila dilakukan tanpa memperhatikan standar dan  prosedur  yang  tepat.  Prosedur  yang  tepat,  tidak  akan  berjalan  mulus  tanpa  diimbangi  dengan  penerapan  suatu  standar  Keselamatan  dan  Kesehatan  Kerja  (K3)  di  berbagai  perusahaan.  Riset  yang  dilakukan  badan  dunia  International Labour Organization (ILO)  menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6.000  orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per  tahun  akibat  sakit  atau  kecelakaan  yang  berkaitan  dengan  pekerjaan  mereka.
Jumlah pria  yang meninggal dua kali lebih banyak dibandingkan wanita, karena  mereka  lebih  mungkin  melakukan  pekerjaan  berbahaya.  Secara  keseluruhan  kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal  karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun  (ILO, 2003 dalam Suardi, 2005), untuk itulah di berbagai perusahaan menerapkan  suatu standar K3 dengan maksud untuk meminimalisasi resiko yang di sebabkan  karena aktivitas industri. Menurut H. W Heinrich bahwa sekitar 80% kecelakaan  di  sebabkan  oleh  perbuatan  tidak  aman  (unsafe  action),  dan  hanya  2%  yang  di  sebabkan karena kondisi tidak aman (unsafe condition), sehingga pada dasarnya  pengendaliannya  pun  bertitik  tolak  pada  prilaku  manusia  itu  sendiri.  Sedangkan  data yang dilansir PT. Jamsostek menyebutkan pada tahun 2011 angka kecelakaan  kerja  mencapai  99.491  kasus,  jumlah  tersebut  meningkat  dibandingkan  tahuntahun  sebelumnya  dimana  tahun  2007  sebanyak  83.714  kasus,  tahun  2008  sebanyak  94736  kasus,  tahu  2009  sebanyak  96.314  kasus  dan  tahun  2010  sebanyak 98711 kasus. (Wahyu Pratomo, www.inilah.com).
Keselamatan  dan  Kesehatan  Kerja  merupakan  instrumen  yang  memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari  bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang  wajib dipenuhi oleh perusahaan hal ini sesuai apa yang diamanatkan dalam Pasal  87 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang  menyatakan  bahwa  “Setiap  perusahaan  wajib  menerapkan  sistem  manajemen    Keselamatan  dan  Kesehatan  Kerja  yang  terintegrasi  dengan  sistem  manajemen  perusahaan.” K3  bertujuan  mencegah,  mengurangi,  bahkan  menihilkan  risiko  kecelakaan  kerja  (zero  accident).  Penerapan  konsep  ini  tidak  boleh  dianggap  sebagai  upaya  pencegahan  kecelakaan  kerja  dan  penyakit  akibat  kerja  yang  menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai  bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada  masa yang akan datang.
K3  merupakan  hal  yang  penting  bagi  perusahaan,  karena  dampak  kecelakaan dan penyakit akibat kerja tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga  perusahaan  baik  secara  langsung  maupun  tidak  langsung.  Terdapat  beberapa  pengertian tentang K3 yang didefinisikan oleh beberapa ahli, dan pada dasarnya  definisi  tersebut  mengarah  pada  interaksi  pekerja  dengan  mesin  atau  peralatan  yang digunakan, interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, dan interaksi pekerja  dengan  mesin  dan  lingkungan  kerja.  Keselamatan  kerja  berarti  proses  merencanakan  dan  mengendalikan  situasi  yang  berpotensi  menimbulkan  kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan  dalam bekerja (Rika Ampuh Hadiguna. 2009:7). Selain itu Prabu Mangkunegara  (200:161)  juga  mendefinisikan  kesehatan  kerja  adalah  kondisi  bebas  dari  gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja.
Mengingat  ancaman  bahaya  potensial  yang  berhubungan  dengan  aktivitas  kerja,  pemerintah  telah  menetapkan  kebijakan  perlindungan  tenaga  kerja  dari  aspek  K3  melalui  peraturan  perUndang-Undangan.  Peraturan  perUndangUndangan  K3  merupakan  salah  satu  upaya  dalam  pencegahan  kecelakaan  kerja,  penyakit  akibat  kerja,  peledakan,  kebakaran,  dan  pencemaran  lingkungan  kerja  yang  penerapannya  disesuaikan  dengan  jenis  dan  sifat  atau  kegiatan  pekerjaan  serta  kondisi  lingkungan  kerja  (Gerry  Silaban,  2008:1). Selain  peraturan  perundangan  K3,  komitmen  perusahaan  dalam  menerapkan  Sistem  Manajemen  Keselamatan  dan  Kesehatan  Kerja  (SMK3)  juga  tidak  kalah  penting  guna  mencegah  kecelakaan  kerja,  penyakit  akibat  kerja.  Manfaat  penerapan  program  K3 di perusahaan antara lain:    1.  Pengurangan Absentisme.
Perusahaan  yang  melaksanakan  program  K3  secara  serius,  akan  dapat menekan angka risiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat  kerja, sehingga pekerja  yang tidak masuk karena alasan cedera dan sakit  akibat kerja pun juga semakin berkurang.
2.  Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan.
Karyawan  yang  bekerja  pada  perusahaan  yang  benar-benar  memperhatikan  kesehatan  dan  keselamatan  kerja  karyawannya  kemungkinan untuk mengalami cedera atau sakit akibat kerja adalah kecil,  sehingga makin kecil pula kemungkinan klaim  pengobatan/ kesehatan dari  mereka.
3.  Pengurangan Turnover Pekerja.
Perusahaan  yang  menerapkan  program  K3  mengirim  pesan  yang  jelas  pada  pekerja  bahwa  manajemen  menghargai  dan  memperhatikan  kesejahteraan  mereka,  sehingga  menyebabkan  para  pekerja  menjadi  merasa lebih bahagia dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.
4.  Peningkatan Produktivitas (Robiana Modjo, 2007:5).
Seluruh produk peraturan perundangan di Indonesia bersumber dari hukum  dasar  tertinggi  yaitu  Undang-Undang  Dasar  (UUD)  1945  sebagai  sumber  dari  segala sumber hukum. Peraturan perundangan K3 berlandaskan pada pasal 27 ayat  2 UUD Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas  pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini memberi makna yang luas bahwa disamping warga negara berhak  mendapat  pekerjaan  yang  manusiawi  juga  mendapatkan  perlindungan  terhadap  aspek K3 agar dalam melaksanakan pekerjaan tercipta kondisi kerja yang nyaman,  sehat,  dan  aman  serta  dapat  mengembangkan  kemampuan  dan  ketrampilannya  agar  dapat  hidup  layak  sesuai  dengan  harkat  dan  martabat  manusia  (Abdul  Rachmad  Budiono,  1997:1-2). Hal  ini  mengakibatkan  meningkatnya  tuntutan  yang  lebih  tinggi  dalam  mencegah  terjadinya  kecelakaan  yang  beraneka  ragam  bentuk  maupun  jenis  kecelakaannya  serta  penyakit  yang  dapat  ditimbulkan  dari  kondisi  kerja.  Peraturan  yang  lebih  spesifik  tertuang  pada  Pasal  86  ayat  (2)  Undang-Undang  Nomor  13  Tahun  2003  tentang  Ketenagakerjaan  menyatakan  bahwa  K3  dimaksudkan  untuk  memberikan  jaminan  keselamatan  dan  meningkatkan derajat kesehatan para tenaga kerja dengan pencegahan kecelakaan  dan  penyakit  akibat  kerja,  pengendaliaan  bahaya  di  tempat  kerja,  promosi  kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
  Sejalan  dengan  perkembangan  pembangunan  yang  dilaksanakan  tersebut  maka disusunlah peraturan perundangan K3 yang tertuang pada Undang-Undang  Nomor  1  Tahun  1970  tentang  Keselamatan  Kerja  yang  ruang  lingkupnya  diatur  pada  Pasal  2  ayat  (1)  yang  berbunyi  “Yang  diatur  dalam  Undang-Undang  ini  adalah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah,  di  permukaan  air,  di  dalam  air  maupun  udara,  yang  berada  di  dalam  wilayah  kekuasaan hukum Republik Indonesia.” Peraturan  perundangan  lain  seperti  Permenaker  Nomor  5  Tahun  1996  tentang Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Undang-Undang  Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ataupun berbagai Peraturan Pemerintah,  Keputusan  Mentri,  Peraturan  Mentri  maupun  Instruksi  Presiden  turut  memberi  jaminan kepastian hukum di bidang K3. Berbagai peraturan perundangan tersebut  sudah  mengatur  tentang  K3  dalam  berbagai  aspek,  mulai  dari  syarat-syarat  keselamatan kerja, larangan kerja untuk anak-anak maupun perempuan,  alat-alat  pelindung  yang  wajib  disediakan  pengusaha  dan  wajib  digunakan  oleh  pekerja  atau buruh, kondisi lingkungan yang memenuhi syarat hygienitas dan kesehatan,  pemeriksaan  kesehatan  yang  wajib  dilakukan  demi  kesempurnaan  baik  jasmani  maupun  rohani  bagi  tenaga  kerja.  SMK3  yang  terintegrasi  dengan  manajemen  perusahaan, bagaimana proses audit dan sertifikasi SMK3, serta ketentuan tentang  SMK3 lainnya.
Aturan  terkait  K3  tidak  mengenal  kata-kata  seperti  “hendaknya”,  “sebaiknya” atau “seyogyanya”. Aturan kesehatan kerja merupakan  perintah  atau  larangan.  Hanya  mengenal  kata-kata  “harus”  atau  “wajib”  dan  “dilarang”  atau  “tidak  boleh”.  Pengusaha  yang  tidak  memenuhi  perintah  atau  larangan  tersebut  diancam  dengan  pidana  kurungan  atau  denda.  Dari  sini  jelas  terlihat  bahwa  K3  memiliki  peranan  yang  cukup  crusial  dalam  menciptakan  suatu  kondisi  lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
Bercermin  pada  hal  tersebut  PT  Petrokimia  Gresik  sebagai  perusahaan  pupuk  terbesar  di  Asia  yang  bergerak  di  industri  kimia,  berkomitmen  untuk  menjaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja pekerja, melalui penerapan standar K3  yang di tuangkan pada berbagai instrument peraturan perusahaan. PT. Petrokimia    Gresik  menganggap  K3  penting  mengingat  dalam  proses  produksinya  menggunakan bahan yang kompleks serta peralatan dengan teknologi tinggi, yang  selain bermanfaat dalam rangka menciptakan produk yang bermutu dengan harga  bersaing secara cepat dan efisien, namun juga memiliki resiko bahaya kecelakaan  dan  penyakit  akibat  kerja  yang  lebih  besar.  PT.  Petrokimia  Gresik  menganggap  penting  untuk  memberi  perlindungan  terhadap  pekerja  agar  perusahaan  tidak  kehilangan tenaga kerja yang berakibat menghambat proses produksi, yang akan  merugikan  pekerja  dan  pihak  instansi  perusahaan.  Menurut  Kepala  Bagian  Departemen Resiko, terhentinya produksi salah satu pabrik saja selama satu jam  akan  menimbulkan  kerugian  mencapai  angka  satu  milyar  rupiah.  Maka,  untuk  mengantisipasi segala resiko tersebut PT. Petrokimia Gresik menyusun berbagai  peraturan  yang  mengatur  mengenai  pengawasan  K3  baik  itu  pengawasan  pada  sikap kerja yang membahayakan, pengawasan pada lingkungan tempat kerja yang  membahayakan  dan  pengawasan  pada  lingkungan  tempat  kerja.  Banyaknya  peraturan  perundangan  terkait  dengan  K3  dan  pentingnya  mengetahui  faktorfaktor penghambat pelaksanaan perlindungan hukum K3 serta untuk mengetahui  jaminan  perlindungan  hukum  terhadap  pekerja  di  PT.  Petrokimia  Gresik  terkait  dengan  Keselamatan  dan  Kesehatan  Kerja,   penulis  tertarik  untuk  mengadakan  penelitian  pada  pada  PT.  Petrokimia  Gresik   untuk  melihat  pelaksanaan  terkait  perlindungan  K3   bagi  pekerja  di  PT.  Petrokimia  Gresik  dengan  judul  :  “PERLINDUNGAN  HUKUM  KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA TERHADAP PEKERJA DI PT PETROKIMIA GRESIK”.

 Skripsi Hukum: Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap pekerja di pt petrokimia gresik

Download lengkap Versi PDF

1 komentar:

  1. Maaf sebelumnya, bolehkah saya minta softcopy contoh skripsi ini dari Bab I, II, III-V, daftar pustaka serta lampiran ?
    Pdf yg ada di atas tidak bisa di download.

    Terimakasih.

    (M.S.AMIN)

    BalasHapus

pesan skripsi