BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
Skripsi Sastra: Serat Darma Duhita (suatu tinjauan fisiologis)
Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang
memiliki beragam kebudayaan beserta
suku bangsanya, salah
satunya adalah suku
Jawa. Kebudayaan yang tercipta meliputi tradisi tulis dan tradisi lisan.
Kebudayaan tersebut terbentuk dari hasil
sintesa
pengalaman-pengalaman masa lalu,
sehingga untuk memahami kebudayaan
suatu masyarakat diperlukan
adanya informasi dari masa lalu yang dapat diperoleh
melalui beberapa hal
yang masih tersisa
dari masa lalu
seperti cerita lisan, benda
artefak, dan tulisan. (Bani Sudardi, 2003:1).
Tradisi tulis
yang dihasilkan dari
kebudayaan masa lalu
adalah suatu jembatan
menuju suatu pemahaman atas
suatu kebudayaan yang
ada pada masa itu.
Pengetahuan ini perlu dipahami untuk menilik kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya tulis tersebut.
Meskipun jaman telah berubah dan pola pikir
masyarakat sedikit banyak juga telah mengalami perubahan, namun nilai dari kebudayaan
tersebut perlu diketahui
agar terungkap identitas
dari suatu bangsa yang tercermin dari warisan budaya itu sendiri.
Kekhawatiran hilangnya
nilai-nilai luhur dari
kebudayaan yang ada menjadikan masyarakat
harus menggali kembali
warisan budaya yang
sudah mulai tersisih, namun
keterbatasan pengetahuan dan waktu semakin mempertajam jarak antara masyarakat dan budaya tulis yang
ada. Salah satu peran Ilmu Filologi adalah membantu
masyarakat untuk memahami
kembali nilai yang
terkandung dalam budaya tulis
suatu masyarakat. Seperti yang
diungkapkan Edwar Djamaris (2002:7)
bahwa ilmu filologi tidak hanya sibuk
dengan kritik teks serta komentar penjelasannya saja, tetapi juga ilmu yang
menyelidiki kebudayaan suatu bangsa.
Masyarakat Jawa
merupakan masyarakat yang
mengedepankan rasa, sehingga
dalam kehidupan mereka
akan menyampaikan sesuatu
dengan halus.
Begitu pula dengan cara
menyampaikan suatu ilmu atau nasihat kepada anaknya.
Nasihat yang ingin
disampaikan dapat menggunakan media tembang atau cerita.
Hal ini begitu melekat pada
kehidupan masyarakat di
Jawa pada masanya. Ajaran yang disampaikan begitu beragam, mulai dari
ajaran kepemimpinan hingga ajaran berumah
tangga. Cara yang
digunakan pun tidak
hanya disampaikan secara langsung atau dari mulut ke mulut, namun juga
sering dituangkan kedalam bentuk tulisan tangan atau naskah yang dapat
diwariskan secara turun temurun, namun adanya kekhawatiran
jika terjadi sesuatu
dengan naskah asli
misalnya hilang, terbakar
atau rusak dimakan
zaman atau karena
orang ingin memiliki
sendiri naskah itu
dengan berbagai tujuan.
Hal tersebut menjadi
latar belakang terjadi penyalinan
naskah yang berulang-ulang. Kegiatan
penyalinan tersebut tidak menutup kemungkinan
timbul berbagai kesalahan
atau perubahan pada
naskah salinan. Berbagai
perbedaan yang timbul
karena mungkin si pen
yalin kurang memahami
bahasa atau pokok
persoalan naskah yang
disalin, mungkin pula karena
tulisan tidak terang, salah baca, atau karena kurang ketelitian dari penyalin sehingga
timbul berbagai perbedaan
pada naskah salinan.
(Siti baroroh,dkk.
1994:60) Keadaan
karya tulis dengan
kondisi seperti di
atas menuntut pendekatan yang
lebih memadai. Untuk
membaca karya tersebut
perlu disiplin ilmu
yang mampu menyiangi kesulitan
akibat kondisi sebagai produk masa lampau. Dalam hal
inilah ilmu filologi
diperlukan untuk dapat
menggali kembali nilai-nilai peninggalan tulisan masa lampau. (Siti
baroroh,dkk. 1994:2) Menurut Gerardet-Sutanto (1983: v–vi), naskah
dikelompokkan atas lima jenis,
yaitu: a. Kronik, Legenda
dan Mite. Di
dalamnya termasuk naskah-naskah babad, pakem, wayang purwa, panji, pustaka
raja dan silsilah.
b. Agama, Filsafat dan Etika. Di dalamnya
termasuk naskah-naskah yang mengandung
unsur-unsur: Hinduisme, Budhisme, Islam, mistik Jawa, Kristen, magis dan ramalan, sastra wulang.
c. Peristiwa kraton, hukum, peraturan-peraturan.
d. Buku teks dan penuntun, kamus ensiklopedi
tentang linguistik, obatobatan,
pertanian, antropologi, geografi,
perjalanan, perdagangan, masak-memasak dan sebagainya.
e. Seni dan pertunjukan seni. Di dalamnya
termasuk tari Jawa, gamelan, tembang Jawa,
buku seni, cerita,
fabel dan legenda,
ikhtisar, periodisasi, bunga
rampai.
Dalam penelitian
ini telah diputuskan
untuk mengambil objek
dari jenis sastra
wulang. Sastra wulang
atau jenis karya
sastra yang berisi
tentang ajaran sendiri
masih terbagi lagi
menjadi ajaran untuk
para raja, ajaran
untuk kaum wanita,
ajaran untuk menjadi
prajurit yang baik,
serta ajaran moral.
Dalam penelitian ini,
peneliti tertarik untuk
meneliti naskah yang
berisi ajaran untuk kaum wanita.
Beberapa naskah yang
berisi tentang ajaran
untuk wanita atau wulang èstri
yang disampaikan dengan
menggunakan media tembang
seperti : Sêrat Candra Rini, Sêrat Darmalaksita, Sêrat
Darmarini, Sêrat Wulangreh Putri, Sêrat Sandi
Wanita, Sêrat Wulang
Putri dan Sêrat
Darma Duhita. Dalam penelitian
ini, peneliti memutuskan untuk meneliti Sêrat Darma Duhita. Keunikan baik dari segi filologi maupun isi dari naskah
ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti
naskah ini.
Dalam Poerwadarminta (1939:64)
darma berarti keutamaan,
atau kewajiban serta
melakukan sesuatu hanya
karena memenuhi kewajibannya
dan duhita berarti
putri, juwita, baik
sekali, sehingga dapat
diartikan Darma Duhita mengandung makna kewajiban yang
sebaiknya dijalankan seorang putri. Teks
ini bercerita tentang
seorang ayah yang
memberi wejangan atau
nasihat kepada putrinya tentang bagaimana cara menjadi
seorang istri yang baik. Selain itu juga diceritakan
pula tentang ajaran
yang pernah disampaikan
oleh leluhur tentang makna dari kelima jari manusia.
Dalam masyarakat
Jawa ajaran kehidupan
rumah tangga begitu
penting, sehingga pendidikan
seorang anak perempuan merupakan suatu hal
yang sangat berharga. Hal
ini dikarenakan wanita
memegang peranan terpenting
dalam berumah tangga.
Keberlangsungan rumah tangga
sangat tergantung dari
cara seorang wanita
atau istri membawa
diri dalam keluarga
yang dibinanya, oleh karena
itu gadis Jawa sejak dini sudah diberi bekal untuk menjadi seorang wanita dan
istri yang baik.
Anggapan bahwa dalam
hidup berkeluarga, kebahagiaan suami adalah yang paling utama membuat
seorang wanita Jawa akan melakukan apapun
demi mewujudkan kebahagiaan
suami dan untuk
mempertahankan keutuhan rumah
tangga. Hal itu
menyebabkan berkembangnya tradisi
tulis maupun lisan
masyarakat Jawa yang
berisi dan mencerminkan
bahwa bagaimanapun seorang wanita
harus menghormati dan mematuhi suaminya.
Teks Sêrat Darma Duhita meskipun hanya terdiri
dari satu pupuh tembang Kinanthi namun
memiliki keunikan dalam
segi penyampaiannya. Penyalin menyampaikan ajaran atau nasihat secara
langsung. Pada bagian awal teks Sêrat Darma
Duhita disebutkan bahwa
terhadap suami, seorang
istri harus berbakti, bisa mengatur kehidupan rumah tangga dengan
baik, dan patuh pada suaminya, namun
terdapat pula pengungkapan
makna dari kelima
jari manusia yang diharapkan menjadi
pegangan dari seorang
istri dalam menjalani
kehidupan berumah tangga.
Sêrat Darma Duhita berisi ajaran
yang mendalam dalam segi feminis serta perkembangannya pada
masa sekarang. Mengingat
wanita sekarang berbeda pandangan
dengan wanita jaman
dahulu, meskipun dari
dulu hingga sekarang tujuan
daripada kehidupan tetap
masih sama yaitu
mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
Selain itu ditinjau
dari segi historis
sistem kekeluargaan Jawa
yang notabene menggunakan
garis patrilinial, dan
mengingat bahwa naskah-naskah Jawa
merupakan arsip sejarah
perkembangan kebudayaan di
Indonesia, maka naskah
ini juga dipandang
penting dalam sejarah
perkembangan kebudayaan karena isinya berbeda dengan keadaan yang
terjadi jaman sekarang.
Perlu disampaikan pula sedikit
informasi sebagai pembanding. Perbedaan isi dari
Sêrat Candra Rini,
Sêrat Darmalaksita, Sêrat
Darmarini, Sêrat Wulangreh
Putri, Sêrat Sandi
Wanita, Sêrat Wulang
Putri. Sêrat Candra
Rini merupakan ajaran dari
seorang raja kepada
para wanita atau
isteri, untuk dapat setia
kepada suami agar mencontoh sifat 9 orang tokoh wanita istri Arjuna
dalam pewayangan (Dewi
Wara Sumbadra, Manohara,
Dewi Ulupi, Retna
Gandawati, Wara Srikandi,
Dewi Manikarja, Dyah
Maheswara, Retna Rarasati,
dan Dewi Sulastri).
Kesembilan sifat tersebut
adalah setia pada
lelaki, rela dimadu, mencintai sesama, terampil pada pekerjaan
wanita, pandai berdandan dan merawat diri,
sederhana, pandai melayani kehendak suami, menaruh perhatian pada mertua, dan gemar membaca buku yang berisi nasihat
(Murniati, 2000:24) Melalui website Yayasan Sastra Lestari diperoleh informasi mengenai isi dari
Sêrat Darmalaksita dan Sêrat Darmarini. Sêrat Darmalaksita berisi
ajaran untuk pemuda agar
mengetahui kewajiban hidup, menjauhkan diri dari perbuatan tercela,
dan ajaran untuk
membina kehidupan berumah
tangga. Keinginan manusia
akan tercapai apabila
didasarkan pada delapan
hal (astagina) yaitu pandai,
trampil, hemat, cermat, tahu perhitungan, suka bertanya, tidak boros, dan bersungguh-sungguh, sedangkan
Sêrat Darmarini berisi
ajaran untuk istri
agar mengetahui sembilan
perkara, antara lain:
memiliki hati mantap,
bersungguhsungguh, mau menerima
(narima), sabar, bakti,
penuh perhatian (gumati), menurut (mituhu), menjaga (rumêksa) rahasia
suami, dan kuat serta sentosa pada suami.
Sêrat Wulang
Putri mencerminkan bagaimana
kehidupan kaum putri
di dalam tembok
kerajaan. Kaum putri
kerajaan memegang teguh
adat yang harus ditaati, sehingga dapat dicontoh oleh kaum putri di
luar tembok kerajaan dalam arti
masyarakat umum. Sêrat ini juga mengandung amanat-amanat tertentu yaitu nasihat
bagi wanita menjelang
perkawinan, kewajiban serta
larangan bagi kaum wanita, serta masalah poligami (Hartini, 2013:53), selain itu juga terdapat
Sêrat Sandi Wanita yang bercerita tentang kehidupan generasi
Raden Mas Panji dimana wanita merasa
dirinya pria, tidak
menghormati suami dan
berani menjawab apa yang dikatakan
oleh suami, termasuk
menentang bila dinasehati.
Wanita yang demikian
tidak dapat diajak
bermusyawarah. Meskipun tidak
semua demikian namun perlu diberitahukan supaya seorang
wanita tidak terlanjur memiliki watak yang
demikian (Hartini, 2013:34).
Skripsi Sastra: Serat Darma Duhita (suatu tinjauan fisiologis)
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi