Rabu, 26 Maret 2014

Skripsi Manajemen: ANALISIS PENGARUH FAKTOR BUDAYA DAN PSIKOLOGIS TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG PADA SUN PLAZA



BAB I  PENDAHULUAN   
A. Latar Belakang   
Pusat perbelanjaan pada awalnya adalah suatu tempat yang berfungsi  sebagai tempat perdagangan (tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam  melakukan transaksi) di bidang barang maupun jasa yang sifat kegiatannya untuk  melayani umum dan lingkungan sekitarnya atau dapat juga diartikan sebagai  tempat perdagangan eceran atau retail yang lokasinya digabung dalam satu  bangunan atau komplek (www.petra.ac.id, 20 Oktober 2010). Pusat perbelanjaan  tidak hanya sebagai tempatuntuk membeli produk atau jasa tetapi dapat juga  sebagai tempat untuk melihat-lihat, tempat bersenang-senang, tempat rekreasi,  tempat yang dapat menimbulkan  rangsangan yang mendorong orang untuk  membeli, tempat bersantai dan bersosialisasi.

Kegiatan berbelanja merupakan aktivitas manusia sehari-hari untuk  memenuhi kebutuhan hidupnya dan hampir setiap manusia dalam masyarakat  melakukannya. Di pasar tradisional kegiatan yang dilakukan hanya sekedar  transaksi jual beli barang saja, namun tidak memperhatikan keamanan dan  kenyamanan pengunjung sehingga kegiatan berbelanja di pasar-pasar tradisional  membuat konsumen merasa jenuh dan bosan.
Pusat perbelanjaan juga mengalami perkembangan sejalan dengan  kemajuan di bidang teknologi. Pusat perbelanjaan saat ini telah berevolusi dari  asalnya sebagai pusat konsumsi beralih menjadi aspirasi dan gaya hidup konsumen,  bukan hanya sebatas tempat untuk melakukan pembelian produk saja, akan tetapi  telah berubah fungsi menjadi tempat  rekreasi yang menarik, menyenangkan,  aman, nyaman, dan dapat dipercaya (Neo & Wing, 2005:143).
Pusat perbelanjaan di Medan telah mengalami kemajuan yang pesat seiring  dengan berkembangnya Kota Medan menjadi kota metropolis. Tabel 1.1  menunjukkan beberapa pusat perbelanjaanyang berdiri di Medan tahun 2004-2010:  Tabel 1.1  Beberapa Pusat Perbelanjaan yang Berdiri di Medan Tahun 2004-2010  No. Nama  Alamat  Kecamatan  Tahun  Berdiri 1  Sun Plaza  Jl. K.H. Zainul Arifin  Medan Kota  2004  2  Palladium Plaza  Jl. Kapt. Maulana Lubis  Medan Barat  2005  3  Medan Fair Plaza  Jl. Gatot Subroto  Medan Petisah  2005  4  Yang Lim Plaza  Jl. Emas  Medan Area  2007  5  Cambridge City Square  Jl. S. Parman  Medan Kota  2009  6  Carrefour Padang Bulan  Jl. Jamin Ginting  Medan Selayang  2010  Sumber: www.wikipedia.org, diakses tanggal 20 Oktober 2010 (oleh peneliti)  Perkembangan Kota Medan tidak hanya dari segi infrastruktur saja, akan  tetapi juga dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Pendapatan masyarakat Medan  yang semakin meningkat menyebabkan tingkat konsumsi masyarakat juga  meningkat, terutama dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang  cenderung menyukai menghabiskan uang untuk belanja, mencari hiburan atau  hanya kumpul-kumpul di suatu mal. Salah satu pusat perbelanjaan yang sedang  berkembang di Medan adalah Sun Plaza. Sun Plaza termasuk ke dalam jenis pusat  perbelanjaan berdasarkan konfigurasi bangunan yaitu mal. Mal merupakan daerah   bagi pejalan kaki yang terletak di antara bangunan linier yang berhadapan dan menjadi daerah bagi pejalan kaki untuk hilir mudik saat berbelanja.
Seseorang yang datang berkunjung kesuatu tempat tentu punya alasan  tertentu, tak terkecuali dengan orang-orang yang berkunjung pada pusat perbelanjaan.
Adapun alasan seseorang melakukan kunjungan tersebut, tentu erat kaitannya dengan  nilai manfaat dari kunjungan tersebut yang akhirnya akan menentukan kepuasan  seseorang itu dengan hasil kunjungannya. Menurut Tjiptono(2005:45), setiap orang  yang mendatangi sebuah pusat perbelanjaan tidak selalu bertujuan membeli barang  atau jasa. Kadangkala, ia hanya sekadar ingin melihat-lihat atau melakukan window  shopping dengan dilandasi salah satu atau beberapa dari motivasi-motivasi berikut:  1.  Berekreasi dan mengisi waktu senggang.
2.  Bersosialisasi dengan orang lain, baik dengan kenalan maupun orang  yang belum dikenal (misalnya wiraniaga dan konsumen lain).
3.  Mendapatkan status sosial tertentu.
4.  Melakukan self-gratification,  yaitu menghibur diri sendiri atau  memperlakukan diri sendiri secara khusus.
5.  Mencari informasi mengenai hal-hal baru dan trend-trend baru di  pasar, khususnya bagi para pecinta buku, musik, film, perangkat lunak,  peralatan elektronik, fashion, dan otomotif.
Kehadiran dan pertumbuhan pesat pusatperbelanjaan telah menawarkan  kenyamanan, kemudahan, kecepatan dan layanan. Dalam konteks seperti ini  pemasar tidak lagi mampu mempertahankan keunggulan bersaing dengan sematamata mengandalkan ancangan konvensional dengan menawarkan beraneka   macam produk/jasa, harga murah, dan jam operasi lebih lama. Aspek hiburan  mulai banyak diimplementasikan sebagai alat bersaing utama. Sehubungan  dengan pentingnya aspek hiburan  berbagai upaya telah dilakukan untuk  memahami motif-motif hedonis yang mendorong konsumen untuk berbelanja.
Secara sederhana, konsumsi hedonis didefinisikan sebagai komponen perilaku  yang berkaitan dengan aspek-aspek multisensori, fantasi, dan emosi dalam proses  konsumsi. Dalam tipe konsumsi seperti ini, konsumen lebih mengutamakan  pengalaman menyenangkan, fantasi, hiburan, dan sensory stimulation  yang  didapatkan dari menggunakan produk atau jasa yang dibeli. Studi eksploratoris  kualitatif dan kuantitaif yang dilakukan Arnold dan Reynolds (2003:77-95)  mengidentifikasi enam factor motivasi berbelanja hedonis berikut:  1. Adventure shopping, yaitu berbelanja untuk stimulasi, petualangan, dan  merasa “berada di dunia lain”.
2. Social shopping,  yaitu berbelanja untuk menikmati kebersamaan  dengan teman dan keluarga, bersosialisasi selagi berbelanja dan  berinteraksi dengan orang lain.
3. Gratification shopping, yaitu berbelanja untuk menghilangkan stress,  mood negatif dan berbelanja sebagai perilaku khusus bagi diri sendiri.
4. Idea shopping,  yaitu berbelanja dalam rangka mengikuti tren dan  fashion baru atau untuk melihat produk dan inovasi baru.
 5. Role shopping, yaitu kesenangan yang didapatkan lewat berbelanja  untuk orang lain, termasuk di dalamnya perasaan senamg ketika  menemukan hadiah terbaik untuk orang lain.
6. Value shopping, yaitu berbelanja untuk mendapatkan diskon dan harga  khusus.
Pengertian perilaku konsumen adalahstudi tentang unit pembelian (buying  unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan  pembuangan, barang, jasa, pengalaman serta ide-ide (Mowen, 2002:6).
Perusahaan mengalami kesulitan dalam memonitor dan menganalisis perilaku  konsumen secara tepat, mengingat banyaknyafaktor yang mempengaruhi perilaku  konsumen dan adanya perbedaan perilaku untuk masing-masing konsumen  (www.e-iman.uni.cc, 22 Juli 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor  budaya, sosial, pribadi dan psikologis (Kotler dan Armstrong, 2004:200).
Sebagian faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya  harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh faktor-faktor perilaku  konsumen tersebut mempengaruhi keputusan berkunjung konsumen. Berdasarkan  uraian tersebut ada 2 variabel yang dianggap paling mempengaruhi keputusan  berkunjung pada Sun Plaza Medan yaitu faktor budaya dan psikologis.
Faktor budaya merupakan serangkaian nilai, gaya hidup, pengakuan sosial  dan perilaku dasar yang dipelajari olehanggota masyarakat dari keluarga dan  lingkungan (Kotler dan Armstrong, 2004  : 200). Faktor budaya mempunyai  pengaruh yang terluas dan terdalam dalam perilaku konsumen. Pemasar perlu   memahami peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial  pembeli. Setiap konsumen dikendalikan oleh berbagai sistem nilai dan norma  budaya yang berlaku pada suatu daerah.
Secara sederhana budaya dapat diartikan sebagai hasil hasil kreativitas  manusia dari satu generasi ke generasiberikutnya yang sangat menentukan bentuk  perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Mangkunegara,  2005:39). Budaya juga menjadi acuan, tatacara, pola hidup, serta pranata sosial  masyarakat. Pemasar selalu berusahamengenali pergeseran budaya untuk  menemukan produk baru yang diinginkan,misalnya pergeseran budaya ke  semakin meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan kebugaran telah membuka  peluang besar bagi industri perlengkapan dan pakaian olahraga, makanan alami  dan rendah lemak, serta jasakesehatan dan kebugaran.
Berdasarkan pemahaman tersebut maka kehadiran mal telah menciptakan  berbagai budaya baru lengkap dengan ritual-ritualnya dan sering kali menawarkan  berbagai kenikmatan yang secara tidak langsung telah menjadi acuan, tata cara,  pola hidup, serta pranata sosial yang telah mengikat warga kota. Sama halnya  seperti sebuah keraton sebagai simbol budaya daerah, mal bahkan mampu menjadi  ikon dan simbol budaya baru bagi sebuah wilayah kota dimana di dalamnya  mengandung banyak ritual yang memberikan warga kota beragam pilihan untuk  memenuhi kebutuhan hidupnya hingga menciptakan gaya hidup (life style) yang  baru. Ini juga berarti mal telah menjadi kebutuhan baru yang harus dipenuhi.
Pemerintah kota berlomba-lomba membangun mal walaupun harus mengorbankan  ruang publik dan menghilangkan budaya lama yang hidup ditengah-tengah warga   demi sebuah budaya baru, yang dianggap lebih praktis, hemat waktu (instant), dan  memberikan banyak pilihan serta kebebasan (www.mantonia.multiply.com, 30  Juli 2010).
Bangunan mal yang berlantai banyak, lengkap dengan pendingin ruangan  di dalamnya, tanpa disadari telah membawa sebuah realisme baru sebagai tempat  berkumpulnya dan beraktivitasnya warga kota sepanjang hari. Mal telah  menciptakan kebanggaan dan gengsi tersendiri bagi pengunjungnya, terutama bagi  anak muda. Mereka akan dianggap kampungan jika tidak pernah atau jarang ke  mal untuk mengikuti perkembangan yang terjadi di mal. Mal telah menjadi  budaya warga kota, khususnya anak  muda untuk menghindari stereotip  kampungan. Teori ilmu budaya menyatakan bahwa kelahiran budaya baru akan  dengan sendirinya menghilangkan budayalama, maka mal pun telah menjadi  budaya yang secara tak langsung telah menghilangkan budaya-budaya yang telah  ada sebelumnya. Misalnya, ritual belanja di pasar tradisional, ritual dalam  pertemuan ruang rapat kantor, ritual berolahraga di lapangan olah raga, dan ritual  lainnya.
Budaya lama dikemas dalam ritual baru yang berbeda, misalnya kartu  kredit menggantikan alat pembayaran di mal, treadmilldan bike station di gym  dalam mal menggantikan jalur jogging dan bersepeda, dan kafe-kafe telah  menggeser ruang-ruang rapat. Mal telah menjadi pilihan baru dalam memenuhi  kebutuhan hidup warga kota saat ini. Semuanya ada di mal mulai dari kebutuhan  primer, sekunder, bahkan yang tersier sekalipun tersedia. Fenomena ini pula yang  secara tidak langsung membuat mal menjadi tempat favorit warga kota.
 Perkembangan lebih lanjut adalah kecenderungan menjadikan pusat-pusat  perbelanjaan sebagai pusathiburan. Biasanya konsep hiburan ini adalah one stop  entertainment(hiburan terpadu), yaitu tempat dimana warga kota bisa  mendapatkan berbagai macam hiburan tanpa harus berpindah tempat ke mal  lainnya. Untuk melengkapi fungsi ini biasanya pusat hiburan tersebut dipenuhi  oleh berbagai restoran baik internasional, nasional, maupun lokal, kafe-kafe yang  banyak digemari anak muda, wahana bermain anak, sarana olahraga, sampai toko  buku. Dengan menyatukan semua hal tersebutdi satu tempat yang sebelumnya  terpisah dan memiliki tempatnya masing-masing, maka pusat perbelanjaan dapat  dilihat sebagai salah satu bentuk budaya post-modern yang holistik dan cenderung  membongkar sistem organisasi dan tantangan sehingga berbagai fungsi yang ada  di pusat perbelanjaan tidak lagi diperlakukan secara terpisah-pisah, namun  disandingkan satu dengan yang lainnya, meskipun persandingan ini tidak  memiliki hubungan yang jelas. Misalnya, toko buku menjadi sebuah kafe  sekaligus, atau salon dilengkapi dengan fungsi bar. Fungsi-fungsi tersebut  sebelumnya berdiri sendiri-sendiri, namun dengan adanya konsep pusat hiburan  ini maka semua fungsi berbaur menjadi satu.
Belakangan konsep pusat perbelanjaan bukan lagi hanya memasukkan  pusat hiburan di dalamnya, namun sudah menggabungkan kombinasi dari 3 fungsi  yang lain, yaitu belanja-kerja-tinggal dalam satu atap. Mal sudah menjadi sebuah  fungsi yang tidak lagi dapat dipisahkan dengan kedua fungsi yang lainnya.
Dengan berbagai slogan hedonisme yang dipadu dengan berbagai alasan  kepraktisan, gaya hidup modern, dan globalisasi, mal seakan telah membius dan   menghipnotis warga sehingga lupa akan kondisinya yang masih belum sembuh  dari krisis dan bahkan menjadi semakin sakit akibat munculnya masalah-masalah  baru terkait dengan konsumerismedan disintegrasi sosial.
Faktor psikologis adalah faktor paling mendasar dan merupakan proses  kombinasi karakteristik seorang individu untuk menghasilkan proses keputusan  berkunjung dan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi  dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dan  keputusan pembelian akhir (Kotler dan Armstrong, 2004:215). Faktor psikologis  sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu  sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada  waktu yang akan datang.  Faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan  pembelian meliputi motivasi, persepsi, dan pembelajaran serta keyakinan dan  sikap.
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa  kebutuhan bersifat biogenis; kebutuhan tersebut munculdari tekanan biologis  seperti lapar, haus, ketidaknyamanan. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis;  kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis seperti rasaingin dikenal,  kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau kepemilikan. Kebutuhan akan  menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai level intensitas yang memadai.
Motif merupakan kebutuhan yang mendorong seseorang secara kuat mencari  kepuasan atas kebutuhan tersebut (Kotler dan Armstrong, 2004:215). Motif  seseorang berkunjung ke pusat perbelanjaan antara lain untuk belanja,  bersosialisasi, dan melihat perkembangan baru.
 Seseorang yang termotivasi itu siap untuk bertindak. Bagaimana tindakan  orang itu terpengaruh oleh persepsinya mengenai situasi tersebut. Persepsi adalah  proses menyeleksi, mengatur, dan  menginterpretasikan informasi guna  membentuk gambaran yang berarti tentang dunia (Kotler dan Armstrong,  2004:218). Poin pentingnya adalah bahwa persepsi dapat sangat beragam antara  individu satu dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama. Dalam  pemasaran, persepsi itu lebih penting darirealitas, karena persepsi itulah yang  akan memengaruhi perilaku aktual konsumen. Persepsi seseorang terhadap suatu  pusat perbelanjaan misalnya toko yang beragam, produk yang ditawarkan banyak,  tersedia tempat hiburan, movie theater, ukuran mal luas, dekorasi menarik, dan  lain-lain. Persepsi tersebut akan mempengaruhi keputusanuntuk berkunjung.
Ketika orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menunjukkan  perubahan perilaku seseorang karenapengalaman (Kotler dan Armstrong,  2004:219). Ahli teori pembelajaran mengatakan bahwa sebagian besar perilaku  manusia dipelajari. Pembelajaran terjadi melalui saling pengaruh antara dorongan,  stimulan, cues, tanggapan dan penguatan. Perilaku manusia di masa depan  merupakan hasil dari bagaimana pendapat konsumen mengenai suatu pusat  perbelanjaan daripada apa yang mereka pikirkan tentang produk atau jasa yang  mereka beli. Juga beberapa peneliti berpendapat bahwa banyak tujuan kegiatan  konsumsi adalah untuk memperoleh pengalaman, bukan hanya untuk kepuasan  konsumsi barang tersebut.
Melalui tindakan dan pembelajaran, orang mendapat keyakinan dan sikap,  yang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembelian. Keyakinan adalah   pemikiran deskriptif yang dipertahankan seseorang mengenai sesuatu. Orang  memiliki sikap terhadap agama, politik, pakaian, musik, makanan, dan hampir  semua hal. Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan kecenderungan yang  konsisten atas suka atau tidak sukanya seseorang terhadap objek atau ide (Kotler  dan Armstrong, 2004:220).
 Seseorang  yang  datang  berkunjung ke tempat laintentu punya alasan  tertentu, tak terkecuali dengan orang-orang yang berkunjung pada pusat  perbelanjaan. Adapun alasan seseorang melakukan kunjungan tersebut, tentu erat  kaitannya dengan nilai manfaat dari kunjungan tersebut yang akhirnya akan  menentukan kepuasan seseorang itu dengan hasil kunjungannya. Berdasarkan  uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”  Analisis Pengaruh Faktor Budaya dan Psikologis Terhadap Keputusan  Berkunjung Pada Sun Plaza Medan”.
B. Perumusan Masalah  Suatu masalah dapat timbul dikarenakan adanya hambatan, rintangan  ataupun tantangan sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan  ataupun kegagalan dalam mencapai suatu tujuan. Berdasarkan latar belakang  masalah yang diuraikan sebelumnya, penulis membuat rumusan masalah sebagai  berikut:  1. Apakah faktor budaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap  keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan?   2. Apakah faktor psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap  keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan?  C. Kerangka Konseptual  Kerangka konseptual dan kerangka berpikir merupakan gambaran tentang  hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang  telah dideskripsikan (Sugiyono, 2008 : 49). Pengertian perilaku konsumen adalah  studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan  perolehan, konsumsi dan pembuangan, barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide  (Mowen, 2002 : 6).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor  budaya, sosial, pribadi, psikologis (Kotler dan Armstrong, 2005:200). Sebagian  faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya harus  diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh faktor-faktor perilaku konsumen  tersebut mempengaruhi keputusan berkunjung konsumen. Di dalam penelitian ini  ada 2 variabel yang dianggap peneliti paling mempengaruhi keputusan berkunjung  pada Sun Plaza Medan yaitu faktor budaya dan psikologis.
Faktor budaya merupakan serangkaian nilai, gaya hidup, pengakuan sosial  dan perilaku dasar yang dipelajari anggota masyarakat dari keluarga dan  lingkungan (Kotler dan Armstrong, 2004 : 200). Faktor budaya mempunyai  pengaruh yang terluas dan terdalam dalam perilaku konsumen. Pemasar perlu  memahami peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial  pembeli.
 Faktor psikologis adalah faktor paling mendasar dan merupakan proses  kombinasi karakteristik seorang individu untuk menghasilkan proses keputusan  berkunjung dan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi  dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dan  keputusan pembelian akhir (Kotler dan Armstrong, 2004:215). Faktor psikologis  sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu  sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada  waktu yang akan datang.  Faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan  pembelian meliputi motivasi, persepsi, dan pembelajaran serta keyakinan dan  sikap.
 Seseorang  yang  datang  berkunjung ke tempat lain tentu punya alasan  tertentu, tak terkecuali dengan orang-orang yang berkunjung pada pusat  perbelanjaan. Adapun alasan seseorang melakukan kunjungan tersebut, tentu erat  kaitannya dengan nilai manfaat dari kunjungan tersebut yang akhirnya akan  menentukan kepuasan seseorang itu dengan hasil kunjungannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa budaya dan psikologis  mempengaruhi keputusan berkunjung yang dapat digambarkan pada sebuah  kerangka konseptual pada Gambar 1.1.
D. Hipotesis  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah  penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam  bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2008 : 93). Dikatakan sementara karena   Gambar 1.1 Kerangka Konseptual  Sumber : Kotler dan Armstrong, 2004:201 (diolah)  jawaban yang diberikan baru didasarkanfakta-fakta empiris yang diperoleh  melalui pengumpulan data.
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan pada rumusan masalah,  maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:  1.  Faktor budaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan  berkunjung pada Sun Plaza Medan.
2.  Faktor psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap  keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan.
E.  Tujuan dan Manfaat Penelitian  1. Tujuan Penelitian  a. Mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya terhadap keputusan  berkunjung pada Sun Plaza Medan.
b. Mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor psikologis terhadap  keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan.
Budaya (X1) Psikologis (X2)  Keputusan Berkunjung (Y)   2. Manfaat Penelitian  a.  Bagi  peneliti  sendiri  penelitian ini bermanfaat untuk memperluas  wawasan dalam bidang yang diteliti dan memperdalam pengetahuan  khususnya dalam riset pasar.
b.  Bagi perusahaan dapat memberi masukan dan informasi bagi pihak  manajemen Sun Plaza Medan untuk semakin meningkatkan kinerjanya  agar dapat melayani pelanggan dengan lebih baik .
c.  Bagi peneliti lainnya dapat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi yang  ingin melakukan penelitian lanjutan tentang objek yang sama di masa  yang akan datang.
F. Metode Penelitian   1. Batasan Operasional  Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:  a. Variabel Bebas (X) terdiri dari budaya (X1) dan psikologis (X2).
b. Variabel Terikat (Y) adalah keputusan berkunjung pada Sun Plaza  Medan.
2. Definisi Operasional Variabel Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah: a.  Variabel bebas adalah variabel yangmempengaruhi atau yang menjadi  sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2008 :  59). Adapun yang menjadi variabel bebas adalah:   1) Budaya (X1), merupakan serangkaian nilai, gaya hidup, pengakuan  sosial dan perilaku dasar yang dipelajari oleh pengunjung dari  keluarga dan lingkungan. Indikator dari variabel tersebut terdiri  dari:  a. Nilai  b. Gaya hidup  c. Pengakuan sosial  2) Psikologis  (X4) adalah faktor paling mendasar dan merupakan  proses kombinasi karakteristik pengunjung untuk menghasilkan  proses keputusan berkunjung dan pembelian. Indikatornya terdiri  dari:  a. Motivasi  b. Persepsi  c. Pembelajaran  d. Keyakinan dan sikap  b.  Variabel terikat (Y) : keputusanberkunjung. Keputusan berkunjung  adalah keinginan konsumen untuk berkunjung ke Sun Plaza Medan.
Indikatornya terdiri dari:   a. Mengambil keputusan untuk berkunjung   b. Melakukan kunjungan berulang  Tabel operasionalisasi variabel dapat dilihat pada Tabel 1.2.
 Tabel 1.2  Operasionalisasi Variabel  Variabel  Definisi  Operasional Variabel  Indikator  Skala  Pengukuran  Budaya  (X1)  Merupakan  serangkaian nilai, gaya  hidup, pengakuan  sosial dan perilaku  dasar yang dipelajari  oleh pengunjung dari  keluarga dan  lingkungan.
1.  Nilai  2.  Gaya hidup  3.  Pengakuan sosial  Likert  Psikologis  (X2)  Faktor paling mendasar  dan merupakan proses  kombinasi karakteristik  pengunjung untuk  menghasilkan proses  keputusan berkunjung  dan pembelian.
1.  Motivasi.
2.  Persepsi  3.  Pembelajaran  4.  Keyakinan dan sikap  Likert  Keputusan  Berkunjung  (Y)  Keinginan konsumen  untuk berkunjung ke  Sun Plaza Medan.
1. Mengambil keputusan  untuk berkunjung  2. Melakukan kunjungan  berulang  Likert  Sumber : Kotler dan Armstrong, 2004:201 (diolah)  3.  Skala Pengukuran Variabel  Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian adalah dengan  menggunakan Skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,  pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena  sosial. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan  diuji, pada setiap jawaban akan diberikan skor (Sugiyono, 2008:132). Skala  Likert menggunakan lima tingkatan yaitu sebagai berikut:   Tabel 1.3  Instrumen Skala Likert  No. Skala  Skor  1  Sangat Setuju (SS)  5  2 Setuju (S)  4  3  Kurang Setuju (KS)  3  4  Tidak Setuju (TS)  2  5  Sangat Tidak Setuju (STS)  1  Sumber: Sugiyono (2008:132)  4. Tempat dan waktu Penelitian   Penelitian ini dilakukan di Sun Plaza Medan yang berlokasi di Jl. K.H.
Zainul Arifin No.7 Medan. Waktu penelitian ini mulai dilakukan sejak Juni 2010–  November 2010.
5. Populasi dan Sampel  a.  Populasi  Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang  mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk  dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008:389). Populasi dalam  penelitian ini adalah pengunjung Sun Plaza Medan yang pernah melakukan  kunjungan minimal 2 kali dan telah berumur 17 tahun karena usia tersebut  dianggap peneliti cukup matang dalam proses berpikir untuk memberikan  responnya terhadap penelitian ini yang jumlahnya tidak diketahui atau tidak  teridentifikasi (unidentified).
 b.  Sampel   Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap  dapat menggambarkan populasinya.  Rancangan pengambilan sampel dalam  penelitian ini menggunakan rancangan sampel nonprobabilitas dengan teknik  pengambilan sampel aksidental, dimana teknik penentuan sampel berdasarkan  kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan  memiliki kriteria yang sesuai maka akan dijadikan sebagai sampel penelitian.
Menurut Supramono dan Haryanto (2003:63)alternatif formula yang digunakan  untuk menentukan sampel pada populasi yang sulit untuk diketahui (unidentified)  adalah sebagai berikut: (Z α) 2  (p) (q)  n =  d 2 Keterangan:  n  = jumlah sampel  Zα = Z tabel dengan tingkat signifikansi tertentu   Bila α= 0,05 Z = 1,96  Bila α= 0,01 Z = 1,67  p  = proporsi populasi yang diharapkanmelalui karakteristik tertentu  q  = (1-p) proporsi populasi yang diharapkan tidak memiliki  karakteristik tertentu  d  = tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi  Hasil riset awal terhadap 30 pengunjung Sun Plaza diketahui 28 orang  telah berkunjung sebanyak minimal 2 kali dan telah berusia 17 tahun. Pada   penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan metode Purposive Sampling yaitu sampel yang dipilih dengan kriteria tertentu (Sugiyono, 2008:392).
Penetapan jumlah sampel dengan tingkat signifikan 5% dan tingkat kesalahan  yang dapat ditoleransi sebesar 5% adalah sebagai berikut:  (1,96) 2  (0,93)(0,07)  n =  (0,05) 2  = 100,03   Berdasarkan uraian diatas maka jumlah responden yang akan dijadikan  sampel dalam penelitian ini adalah 101 orang.
6.  Jenis dan Sumber Data    Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data , yaitu data primer dan  data sekunder.
a.  Data Primer  Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden  terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan  daftar pertanyaan (questionnaire) kepada pengunjung Sun Plaza yang  terpilih sebagai sampel penelitian.
b.  Data Sekunder  Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut. Data ini  diperoleh melalui studi dokumentasi yang diperoleh dari buku, jurnal,  majalah, dan internet yang dapat menjadi referensi bagi penelitian ini.
Data sekunder yang dicari seperti data jumlah pusat perbelanjaan.
 7. Teknik Pengumpulan Data  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan  menggunakan beberapa teknik antara lain:  a.  Daftar pertanyaan (questionnaire)  Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara peneliti  menyediakan daftar pertanyaan yang akan diisi oleh responden yang  menjadi sampel penelitian.
b.  Studi Dokumentasi  Merupakan teknik pengumpulan  data yang dilakukan dengan  mengumpulkan data melalui buku-buku, dokumen, internet dan literatur  yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
8. Uji Instrumen Penelitian  a. Uji Validitas   Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa  yang ingin diukur. Menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga  korelasi antara bagian-bagian dari alatukur secara keseluruhan dengan cara  mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah  setiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Momentdengan bantuan  program SPSS 16.0 for windows.Responden yang digunakan dalam uji validitas  dan reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan pada 30 orang Mahasiswa  Ekonomi Program S-1 Manajemen USU yang tidak menjadi sampel dalam  penelitian. Nilai corrected item total correlationadalah 0,361 untuk 30 responden,  yang dapat dilihat pada Tabel r Product Moment(Situmorang, dkk, 2010:68).
 Jika r hitung> r tabel, maka pertanyaan tersebut valid   Jika r hitung< r tabel, maka pertanyaan tersebutdinyatakan tidak valid  b. Uji Reliabilitas   Menurut Situmorang, dkk (2010:72), reliabilitas adalah indeks yang  menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat  diandalkan. Suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang  sama dan hasil pengukuran diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur  tersebut reliabel. Reliabilitas diukur  dari koefisen korelasi antara percobaan  pertama dengan yang berikutnya. Koefisien korelasi positif dan signifikan maka  instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Penelitian ini akan menggunakan bantuan  program SPSS 16.0 for windows. Menurut Ghozali (2008:58), suatu konstruk atau  variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach’s alphalebih besar  dari 0,80. Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan  ditentukan reabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:  Jika r alphapositif atau > r tabel  maka pertanyaan reliabel  Jika r alphanegatif atau < r tabelmaka pertanyaan tidak reliabel  9. Metode Analisis Data  Metode analisis data merupakan caraatau teknik dalam mengkaji data  yang terkumpul dalam hubungannya dengan hipotesis. Sesuai dengan masalah dan  rangkaian hipotesa, metode analisisyang digunakan untuk membuktikan  kebenaran yang dimaksud adalah:   a.  Metode Analisis Deskriptif  Metode analisis deskriptif yaitumetode dengan cara mengumpulkan dan  menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas  mengenai pengumpulan data dan dapat diketahui gambaran umum objek  yang diteliti.
b. Uji Asumsi Klasik  Syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum  data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:  1) Uji Normalitas  Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui suatu distribusi sebuah data  mengikuti atau mendekati distribusinormal, yakni distribusi data  dengan bentuk lonceng dan distribusi data tersebut tidak menceng ke  kiri atau menceng ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan  menggunakan Pendekatan Grafik dan Pendekatan Kolmogorv Smirnov.
Dengan menggunakan tingkat signifikan5% (0,05) maka jika nilai  Asymp.Sig. (2 – tailed) di atas nilai signifikan 5% (0.05) artinya  variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, dkk, 2010: 91).
2)  Uji Heteroskedastisitas  Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah grup  dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variancedari residual satu  pengamatan ke pengamatan lainnya. Probabilitas signifikan di atas  tingkat kepercayaan 5% (0,05) dapat disimpulkan model regresi tidak  mengarah adanya heteroskedastisitas (Situmorang, dkk, 2010:98).
 3) Uji Multikolinearitas  Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau  pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari  model regresi untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas  dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variante Inflation  Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:  a)  VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas  b)  Tolerance> 0,1 maka tidak terdapat multikoliniearitas  (Situmorang, dkk, 2010:129).
d. Metode Analisis Regresi Berganda  Peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui  pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Peneliti menggunakan  bantuan program SPSS 16.0 for windows agar hasil yang diperoleh lebih  terarah.
 Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:  Y = a + b1X1+ b2X2+ ei Keterangan:  Y  = Keputusan berkunjung  a  = Konstanta  X1 = Faktor budaya  X2 = Faktor psikologis  b1,2  = Koefisien regresi berganda  e  = Kesalahan penganggu (standard error)   Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :  1)  Uji secara simultan / serempak (Uji F)  Uji F digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (Xi)  mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Yi )  secara bersama-sama.
Kriteria pengujian sebagai berikut:  Ho : bi= 0, artinya tidak terdapatpengaruh variabel bebas (Xi ) yaitu  budaya (X1) dan psikologis (X2) terhadap variabel terikat (Y),  keputusan berkunjung.
Ho : bi ≠0, artinya terdapat pengaruh variabel bebas (Xi) yaitu budaya  (X1) dan psikologis (X2) terhadap variabel terikat (Y), keputusan  berkunjung.
Kriteria pengambilan keputusan:  Ho diterima jika F hitung< F tabel H0 ditolak jika F hitung> F tabel  2)  Uji secara parsial / Uji t  Test uji parsial menguji setiap variabel (X) apakah mempunyai  pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial  (Sugiyono, 2008:12).
 Kriteria pengujian sebagai berikut :  Ho : bi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh variabel bebas (Xi) yaitu  budaya (X1) dan psikologis (X2) terhadap variabel terikat (Y),  keputusan berkunjung.
 Ho : bi ≠0, artinya terdapat pengaruh variabel bebas (Xi ) terhadap  variabel terikat (Y), keputusan berkunjung.
Dengan kriteria pengambilan keputusan :  Ho diterima jika t hitung< t tabel Hoditolak jika t hitung> t tabel 3)  Pengujian Goodness of Fit(R 2 )  Menunjukkan kuat lemahnya pengaruh atau besarnya kontribusi  variabel bebas (X) terhadap variabelterikat (Y), dapat dilihat dengan  tingkat determinan yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Sugiyono,  2008:186)  D = R 2 , dimana 0< R 2 <1  Hal ini menunjukkan jika nilai R 2 semakin dekat pada nilai 1 maka  pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat semakin kuat.
Sebaliknya jika nilai R 2 semakin dekat nilai 0 maka pengaruh variabel  bebas terhadap variabel terikat semakin lemah. Maka dapat  disimpulkan semakin besar nilai koefisien determinasi semakin baik  kemampuan variabel bebas (Xi) yaitu budaya (X1) dan psikologis (X2)  menerangkan variabel terikat (Y), keputusan berkunjung.
  

Download lengkap Versi Word

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi