BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat perbelanjaan pada awalnya adalah suatu
tempat yang berfungsi sebagai tempat
perdagangan (tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi) di bidang barang maupun
jasa yang sifat kegiatannya untuk melayani
umum dan lingkungan sekitarnya atau dapat juga diartikan sebagai tempat perdagangan eceran atau retail yang
lokasinya digabung dalam satu bangunan
atau komplek (www.petra.ac.id, 20 Oktober 2010). Pusat perbelanjaan tidak hanya sebagai tempatuntuk membeli produk
atau jasa tetapi dapat juga sebagai
tempat untuk melihat-lihat, tempat bersenang-senang, tempat rekreasi, tempat yang dapat menimbulkan rangsangan yang mendorong orang untuk membeli, tempat bersantai dan bersosialisasi.
Kegiatan berbelanja
merupakan aktivitas manusia sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan hampir setiap
manusia dalam masyarakat melakukannya.
Di pasar tradisional kegiatan yang dilakukan hanya sekedar transaksi jual beli barang saja, namun tidak
memperhatikan keamanan dan kenyamanan
pengunjung sehingga kegiatan berbelanja di pasar-pasar tradisional membuat konsumen merasa jenuh dan bosan.
Pusat perbelanjaan
juga mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan di bidang teknologi. Pusat perbelanjaan
saat ini telah berevolusi dari asalnya
sebagai pusat konsumsi beralih menjadi aspirasi dan gaya hidup konsumen, bukan hanya sebatas tempat untuk melakukan
pembelian produk saja, akan tetapi telah
berubah fungsi menjadi tempat rekreasi
yang menarik, menyenangkan, aman,
nyaman, dan dapat dipercaya (Neo & Wing, 2005:143).
Pusat perbelanjaan
di Medan telah mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan berkembangnya Kota Medan menjadi kota
metropolis. Tabel 1.1 menunjukkan
beberapa pusat perbelanjaanyang berdiri di Medan tahun 2004-2010: Tabel 1.1 Beberapa Pusat Perbelanjaan yang Berdiri di
Medan Tahun 2004-2010 No. Nama Alamat
Kecamatan Tahun Berdiri 1
Sun Plaza Jl. K.H. Zainul
Arifin Medan Kota 2004 2 Palladium Plaza Jl. Kapt. Maulana Lubis Medan Barat
2005 3 Medan Fair Plaza Jl. Gatot Subroto Medan Petisah
2005 4 Yang Lim Plaza Jl. Emas
Medan Area 2007 5
Cambridge City Square Jl. S.
Parman Medan Kota 2009 6 Carrefour Padang Bulan Jl. Jamin Ginting Medan Selayang 2010 Sumber:
www.wikipedia.org, diakses tanggal 20 Oktober 2010 (oleh peneliti) Perkembangan Kota Medan tidak hanya dari segi
infrastruktur saja, akan tetapi juga
dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Pendapatan masyarakat Medan yang semakin meningkat menyebabkan tingkat
konsumsi masyarakat juga meningkat,
terutama dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang cenderung menyukai menghabiskan uang untuk
belanja, mencari hiburan atau hanya
kumpul-kumpul di suatu mal. Salah satu pusat perbelanjaan yang sedang berkembang di Medan adalah Sun Plaza. Sun
Plaza termasuk ke dalam jenis pusat perbelanjaan
berdasarkan konfigurasi bangunan yaitu mal. Mal merupakan daerah bagi pejalan kaki yang terletak di antara
bangunan linier yang berhadapan dan menjadi daerah bagi pejalan kaki untuk
hilir mudik saat berbelanja.
Seseorang yang
datang berkunjung kesuatu tempat tentu punya alasan tertentu, tak terkecuali dengan orang-orang
yang berkunjung pada pusat perbelanjaan.
Adapun alasan
seseorang melakukan kunjungan tersebut, tentu erat kaitannya dengan nilai manfaat dari kunjungan tersebut yang
akhirnya akan menentukan kepuasan seseorang
itu dengan hasil kunjungannya. Menurut Tjiptono(2005:45), setiap orang yang mendatangi sebuah pusat perbelanjaan
tidak selalu bertujuan membeli barang atau
jasa. Kadangkala, ia hanya sekadar ingin melihat-lihat atau melakukan window shopping dengan dilandasi salah satu atau
beberapa dari motivasi-motivasi berikut: 1.
Berekreasi dan mengisi waktu senggang.
2. Bersosialisasi dengan orang lain, baik dengan
kenalan maupun orang yang belum dikenal
(misalnya wiraniaga dan konsumen lain).
3. Mendapatkan status sosial tertentu.
4. Melakukan self-gratification, yaitu menghibur diri sendiri atau memperlakukan diri sendiri secara khusus.
5. Mencari informasi mengenai hal-hal baru dan
trend-trend baru di pasar, khususnya
bagi para pecinta buku, musik, film, perangkat lunak, peralatan elektronik, fashion, dan otomotif.
Kehadiran dan
pertumbuhan pesat pusatperbelanjaan telah menawarkan kenyamanan, kemudahan, kecepatan dan layanan.
Dalam konteks seperti ini pemasar tidak
lagi mampu mempertahankan keunggulan bersaing dengan sematamata mengandalkan
ancangan konvensional dengan menawarkan beraneka macam produk/jasa, harga murah, dan jam
operasi lebih lama. Aspek hiburan mulai
banyak diimplementasikan sebagai alat bersaing utama. Sehubungan dengan pentingnya aspek hiburan berbagai upaya telah dilakukan untuk memahami motif-motif hedonis yang mendorong
konsumen untuk berbelanja.
Secara sederhana,
konsumsi hedonis didefinisikan sebagai komponen perilaku yang berkaitan dengan aspek-aspek
multisensori, fantasi, dan emosi dalam proses konsumsi. Dalam tipe konsumsi seperti ini,
konsumen lebih mengutamakan pengalaman
menyenangkan, fantasi, hiburan, dan sensory stimulation yang didapatkan
dari menggunakan produk atau jasa yang dibeli. Studi eksploratoris kualitatif dan kuantitaif yang dilakukan
Arnold dan Reynolds (2003:77-95) mengidentifikasi
enam factor motivasi berbelanja hedonis berikut: 1. Adventure shopping, yaitu berbelanja untuk
stimulasi, petualangan, dan merasa
“berada di dunia lain”.
2. Social
shopping, yaitu berbelanja untuk
menikmati kebersamaan dengan teman dan
keluarga, bersosialisasi selagi berbelanja dan berinteraksi dengan orang lain.
3. Gratification
shopping, yaitu berbelanja untuk menghilangkan stress, mood negatif dan berbelanja sebagai perilaku
khusus bagi diri sendiri.
4. Idea
shopping, yaitu berbelanja dalam rangka
mengikuti tren dan fashion baru atau
untuk melihat produk dan inovasi baru.
5. Role shopping, yaitu kesenangan yang
didapatkan lewat berbelanja untuk orang
lain, termasuk di dalamnya perasaan senamg ketika menemukan hadiah terbaik untuk orang lain.
6. Value shopping,
yaitu berbelanja untuk mendapatkan diskon dan harga khusus.
Pengertian perilaku
konsumen adalahstudi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan
perolehan, konsumsi dan pembuangan,
barang, jasa, pengalaman serta ide-ide (Mowen, 2002:6).
Perusahaan
mengalami kesulitan dalam memonitor dan menganalisis perilaku konsumen secara tepat, mengingat
banyaknyafaktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dan adanya perbedaan perilaku untuk
masing-masing konsumen (www.e-iman.uni.cc,
22 Juli 2010).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis (Kotler
dan Armstrong, 2004:200).
Sebagian
faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa
jauh faktor-faktor perilaku konsumen
tersebut mempengaruhi keputusan berkunjung konsumen. Berdasarkan uraian tersebut ada 2 variabel yang dianggap
paling mempengaruhi keputusan berkunjung
pada Sun Plaza Medan yaitu faktor budaya dan psikologis.
Faktor budaya
merupakan serangkaian nilai, gaya hidup, pengakuan sosial dan perilaku dasar yang dipelajari olehanggota
masyarakat dari keluarga dan lingkungan
(Kotler dan Armstrong, 2004 : 200).
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang
terluas dan terdalam dalam perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang dimainkan oleh budaya,
subbudaya dan kelas sosial pembeli.
Setiap konsumen dikendalikan oleh berbagai sistem nilai dan norma budaya yang berlaku pada suatu daerah.
Secara sederhana
budaya dapat diartikan sebagai hasil hasil kreativitas manusia dari satu generasi ke
generasiberikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat (Mangkunegara, 2005:39).
Budaya juga menjadi acuan, tatacara, pola hidup, serta pranata sosial masyarakat. Pemasar selalu berusahamengenali
pergeseran budaya untuk menemukan produk
baru yang diinginkan,misalnya pergeseran budaya ke semakin meningkatnya kesadaran akan kesehatan
dan kebugaran telah membuka peluang
besar bagi industri perlengkapan dan pakaian olahraga, makanan alami dan rendah lemak, serta jasakesehatan dan
kebugaran.
Berdasarkan
pemahaman tersebut maka kehadiran mal telah menciptakan berbagai budaya baru lengkap dengan
ritual-ritualnya dan sering kali menawarkan berbagai kenikmatan yang secara tidak langsung
telah menjadi acuan, tata cara, pola
hidup, serta pranata sosial yang telah mengikat warga kota. Sama halnya seperti sebuah keraton sebagai simbol budaya
daerah, mal bahkan mampu menjadi ikon
dan simbol budaya baru bagi sebuah wilayah kota dimana di dalamnya mengandung banyak ritual yang memberikan warga
kota beragam pilihan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya hingga menciptakan gaya hidup (life style) yang baru. Ini juga berarti mal telah menjadi
kebutuhan baru yang harus dipenuhi.
Pemerintah kota
berlomba-lomba membangun mal walaupun harus mengorbankan ruang publik dan menghilangkan budaya lama
yang hidup ditengah-tengah warga demi
sebuah budaya baru, yang dianggap lebih praktis, hemat waktu (instant), dan memberikan banyak pilihan serta kebebasan
(www.mantonia.multiply.com, 30 Juli
2010).
Bangunan mal yang
berlantai banyak, lengkap dengan pendingin ruangan di dalamnya, tanpa disadari telah membawa
sebuah realisme baru sebagai tempat berkumpulnya
dan beraktivitasnya warga kota sepanjang hari. Mal telah menciptakan kebanggaan dan gengsi tersendiri
bagi pengunjungnya, terutama bagi anak
muda. Mereka akan dianggap kampungan jika tidak pernah atau jarang ke mal untuk mengikuti perkembangan yang terjadi
di mal. Mal telah menjadi budaya warga
kota, khususnya anak muda untuk
menghindari stereotip kampungan. Teori
ilmu budaya menyatakan bahwa kelahiran budaya baru akan dengan sendirinya menghilangkan budayalama,
maka mal pun telah menjadi budaya yang
secara tak langsung telah menghilangkan budaya-budaya yang telah ada sebelumnya. Misalnya, ritual belanja di
pasar tradisional, ritual dalam pertemuan
ruang rapat kantor, ritual berolahraga di lapangan olah raga, dan ritual lainnya.
Budaya lama dikemas
dalam ritual baru yang berbeda, misalnya kartu kredit menggantikan alat pembayaran di mal,
treadmilldan bike station di gym dalam
mal menggantikan jalur jogging dan bersepeda, dan kafe-kafe telah menggeser ruang-ruang rapat. Mal telah menjadi
pilihan baru dalam memenuhi kebutuhan
hidup warga kota saat ini. Semuanya ada di mal mulai dari kebutuhan primer, sekunder, bahkan yang tersier
sekalipun tersedia. Fenomena ini pula yang secara tidak langsung membuat mal menjadi
tempat favorit warga kota.
Perkembangan lebih lanjut adalah kecenderungan
menjadikan pusat-pusat perbelanjaan
sebagai pusathiburan. Biasanya konsep hiburan ini adalah one stop entertainment(hiburan terpadu), yaitu tempat
dimana warga kota bisa mendapatkan
berbagai macam hiburan tanpa harus berpindah tempat ke mal lainnya. Untuk melengkapi fungsi ini biasanya
pusat hiburan tersebut dipenuhi oleh
berbagai restoran baik internasional, nasional, maupun lokal, kafe-kafe yang banyak digemari anak muda, wahana bermain
anak, sarana olahraga, sampai toko buku.
Dengan menyatukan semua hal tersebutdi satu tempat yang sebelumnya terpisah dan memiliki tempatnya masing-masing,
maka pusat perbelanjaan dapat dilihat
sebagai salah satu bentuk budaya post-modern yang holistik dan cenderung membongkar sistem organisasi dan tantangan
sehingga berbagai fungsi yang ada di
pusat perbelanjaan tidak lagi diperlakukan secara terpisah-pisah, namun disandingkan satu dengan yang lainnya,
meskipun persandingan ini tidak memiliki
hubungan yang jelas. Misalnya, toko buku menjadi sebuah kafe sekaligus, atau salon dilengkapi dengan fungsi
bar. Fungsi-fungsi tersebut sebelumnya
berdiri sendiri-sendiri, namun dengan adanya konsep pusat hiburan ini maka semua fungsi berbaur menjadi satu.
Belakangan konsep
pusat perbelanjaan bukan lagi hanya memasukkan pusat hiburan di dalamnya, namun sudah
menggabungkan kombinasi dari 3 fungsi yang
lain, yaitu belanja-kerja-tinggal dalam satu atap. Mal sudah menjadi sebuah fungsi yang tidak lagi dapat dipisahkan dengan
kedua fungsi yang lainnya.
Dengan berbagai
slogan hedonisme yang dipadu dengan berbagai alasan kepraktisan, gaya hidup modern, dan
globalisasi, mal seakan telah membius dan menghipnotis warga sehingga lupa akan
kondisinya yang masih belum sembuh dari
krisis dan bahkan menjadi semakin sakit akibat munculnya masalah-masalah baru terkait dengan konsumerismedan
disintegrasi sosial.
Faktor psikologis
adalah faktor paling mendasar dan merupakan proses kombinasi karakteristik seorang individu untuk
menghasilkan proses keputusan berkunjung
dan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya
rangsangan pemasaran luar dan keputusan
pembelian akhir (Kotler dan Armstrong, 2004:215). Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana
ia tinggal dan hidup pada waktu sekarang
tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan datang. Faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan
pembelian meliputi motivasi, persepsi,
dan pembelajaran serta keyakinan dan sikap.
Seseorang memiliki
banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis; kebutuhan
tersebut munculdari tekanan biologis seperti
lapar, haus, ketidaknyamanan. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis; kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis
seperti rasaingin dikenal, kebutuhan
akan pengakuan, penghargaan atau kepemilikan. Kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai
level intensitas yang memadai.
Motif merupakan
kebutuhan yang mendorong seseorang secara kuat mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut (Kotler dan
Armstrong, 2004:215). Motif seseorang
berkunjung ke pusat perbelanjaan antara lain untuk belanja, bersosialisasi, dan melihat perkembangan baru.
Seseorang yang termotivasi itu siap untuk
bertindak. Bagaimana tindakan orang itu
terpengaruh oleh persepsinya mengenai situasi tersebut. Persepsi adalah proses menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti tentang dunia
(Kotler dan Armstrong, 2004:218). Poin
pentingnya adalah bahwa persepsi dapat sangat beragam antara individu satu dengan yang lain yang mengalami
realitas yang sama. Dalam pemasaran,
persepsi itu lebih penting darirealitas, karena persepsi itulah yang akan memengaruhi perilaku aktual konsumen.
Persepsi seseorang terhadap suatu pusat
perbelanjaan misalnya toko yang beragam, produk yang ditawarkan banyak, tersedia tempat hiburan, movie theater, ukuran
mal luas, dekorasi menarik, dan lain-lain.
Persepsi tersebut akan mempengaruhi keputusanuntuk berkunjung.
Ketika orang
bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menunjukkan perubahan perilaku seseorang karenapengalaman
(Kotler dan Armstrong, 2004:219). Ahli
teori pembelajaran mengatakan bahwa sebagian besar perilaku manusia dipelajari. Pembelajaran terjadi
melalui saling pengaruh antara dorongan, stimulan, cues, tanggapan dan penguatan.
Perilaku manusia di masa depan merupakan
hasil dari bagaimana pendapat konsumen mengenai suatu pusat perbelanjaan daripada apa yang mereka pikirkan
tentang produk atau jasa yang mereka
beli. Juga beberapa peneliti berpendapat bahwa banyak tujuan kegiatan konsumsi adalah untuk memperoleh pengalaman,
bukan hanya untuk kepuasan konsumsi
barang tersebut.
Melalui tindakan
dan pembelajaran, orang mendapat keyakinan dan sikap, yang kemudian akan mempengaruhi perilaku
pembelian. Keyakinan adalah pemikiran
deskriptif yang dipertahankan seseorang mengenai sesuatu. Orang memiliki sikap terhadap agama, politik,
pakaian, musik, makanan, dan hampir semua
hal. Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan kecenderungan yang konsisten atas suka atau tidak sukanya
seseorang terhadap objek atau ide (Kotler dan Armstrong, 2004:220).
Seseorang
yang datang berkunjung ke tempat laintentu punya alasan tertentu, tak terkecuali dengan orang-orang
yang berkunjung pada pusat perbelanjaan.
Adapun alasan seseorang melakukan kunjungan tersebut, tentu erat kaitannya dengan nilai manfaat dari kunjungan
tersebut yang akhirnya akan menentukan
kepuasan seseorang itu dengan hasil kunjungannya. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ” Analisis
Pengaruh Faktor Budaya dan Psikologis Terhadap Keputusan Berkunjung Pada Sun Plaza Medan”.
B. Perumusan
Masalah Suatu masalah dapat timbul
dikarenakan adanya hambatan, rintangan ataupun
tantangan sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan ataupun kegagalan dalam mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang
diuraikan sebelumnya, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah faktor budaya berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keputusan
berkunjung pada Sun Plaza Medan? 2.
Apakah faktor psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan? C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dan kerangka berpikir
merupakan gambaran tentang hubungan
antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2008 : 49).
Pengertian perilaku konsumen adalah studi
tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan, barang,
jasa, pengalaman, serta ide-ide (Mowen,
2002 : 6).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor budaya, sosial, pribadi, psikologis (Kotler
dan Armstrong, 2005:200). Sebagian faktor-faktor
tersebut tidak diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh
faktor-faktor perilaku konsumen tersebut
mempengaruhi keputusan berkunjung konsumen. Di dalam penelitian ini ada 2 variabel yang dianggap peneliti paling
mempengaruhi keputusan berkunjung pada
Sun Plaza Medan yaitu faktor budaya dan psikologis.
Faktor budaya
merupakan serangkaian nilai, gaya hidup, pengakuan sosial dan perilaku dasar yang dipelajari anggota
masyarakat dari keluarga dan lingkungan
(Kotler dan Armstrong, 2004 : 200). Faktor budaya mempunyai pengaruh yang terluas dan terdalam dalam
perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami
peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli.
Faktor psikologis adalah faktor paling
mendasar dan merupakan proses kombinasi
karakteristik seorang individu untuk menghasilkan proses keputusan berkunjung dan pembelian. Tugas pemasar adalah
memahami apa yang terjadi dalam
kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dan keputusan pembelian akhir (Kotler dan
Armstrong, 2004:215). Faktor psikologis sebagai
bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa
lampau atau antisipasinya pada waktu
yang akan datang. Faktor psikologis yang
mempengaruhi keputusan pembelian
meliputi motivasi, persepsi, dan pembelajaran serta keyakinan dan sikap.
Seseorang
yang datang berkunjung ke tempat lain tentu punya alasan tertentu, tak terkecuali dengan orang-orang
yang berkunjung pada pusat perbelanjaan.
Adapun alasan seseorang melakukan kunjungan tersebut, tentu erat kaitannya dengan nilai manfaat dari kunjungan
tersebut yang akhirnya akan menentukan
kepuasan seseorang itu dengan hasil kunjungannya.
Berdasarkan uraian
di atas dapat diketahui bahwa budaya dan psikologis mempengaruhi keputusan berkunjung yang dapat
digambarkan pada sebuah kerangka
konseptual pada Gambar 1.1.
D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, oleh karena
itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2008 :
93). Dikatakan sementara karena Gambar
1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Kotler
dan Armstrong, 2004:201 (diolah) jawaban
yang diberikan baru didasarkanfakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan
perumusan masalah yang diuraikan pada rumusan masalah, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai
berikut: 1. Faktor budaya berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan berkunjung
pada Sun Plaza Medan.
2. Faktor psikologis berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan berkunjung
pada Sun Plaza Medan.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya
terhadap keputusan berkunjung pada Sun
Plaza Medan.
b. Mengetahui dan
menganalisis pengaruh faktor psikologis terhadap keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan.
Budaya (X1) Psikologis
(X2) Keputusan Berkunjung (Y) 2. Manfaat Penelitian a.
Bagi peneliti sendiri
penelitian ini bermanfaat untuk memperluas wawasan dalam bidang yang diteliti dan
memperdalam pengetahuan khususnya dalam
riset pasar.
b. Bagi perusahaan dapat memberi masukan dan
informasi bagi pihak manajemen Sun Plaza
Medan untuk semakin meningkatkan kinerjanya agar dapat melayani pelanggan dengan lebih
baik .
c. Bagi peneliti lainnya dapat bermanfaat
sebagai bahan referensi bagi yang ingin
melakukan penelitian lanjutan tentang objek yang sama di masa yang akan datang.
F. Metode
Penelitian 1. Batasan Operasional Batasan operasional dalam penelitian ini
adalah: a. Variabel Bebas (X) terdiri
dari budaya (X1) dan psikologis (X2).
b. Variabel Terikat
(Y) adalah keputusan berkunjung pada Sun Plaza Medan.
2. Definisi Operasional
Variabel Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah: a. Variabel bebas adalah variabel
yangmempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2008 : 59). Adapun yang menjadi variabel bebas adalah:
1) Budaya (X1), merupakan serangkaian
nilai, gaya hidup, pengakuan sosial dan
perilaku dasar yang dipelajari oleh pengunjung dari keluarga dan lingkungan. Indikator dari
variabel tersebut terdiri dari: a. Nilai b. Gaya hidup c. Pengakuan sosial 2) Psikologis
(X4) adalah faktor paling mendasar dan merupakan proses kombinasi karakteristik pengunjung
untuk menghasilkan proses keputusan
berkunjung dan pembelian. Indikatornya terdiri dari: a.
Motivasi b. Persepsi c. Pembelajaran d. Keyakinan dan sikap b.
Variabel terikat (Y) : keputusanberkunjung. Keputusan berkunjung adalah keinginan konsumen untuk berkunjung ke
Sun Plaza Medan.
Indikatornya
terdiri dari: a. Mengambil keputusan untuk berkunjung b.
Melakukan kunjungan berulang Tabel
operasionalisasi variabel dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Operasionalisasi Variabel Variabel Definisi Operasional Variabel Indikator Skala Pengukuran
Budaya (X1) Merupakan
serangkaian nilai, gaya hidup, pengakuan sosial dan perilaku dasar yang dipelajari oleh pengunjung dari keluarga dan lingkungan.
1. Nilai 2. Gaya hidup 3.
Pengakuan sosial Likert Psikologis (X2) Faktor
paling mendasar dan merupakan proses kombinasi karakteristik pengunjung untuk menghasilkan proses keputusan berkunjung dan pembelian.
1. Motivasi.
2. Persepsi 3.
Pembelajaran 4. Keyakinan dan sikap Likert Keputusan
Berkunjung (Y) Keinginan
konsumen untuk berkunjung ke Sun Plaza Medan.
1. Mengambil
keputusan untuk berkunjung 2. Melakukan kunjungan berulang Likert Sumber
: Kotler dan Armstrong, 2004:201 (diolah) 3.
Skala Pengukuran Variabel Pengukuran
masing-masing variabel dalam penelitian adalah dengan menggunakan Skala Likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam melakukan penelitian terhadap
variabel-variabel yang akan diuji, pada
setiap jawaban akan diberikan skor (Sugiyono, 2008:132). Skala Likert menggunakan lima tingkatan yaitu
sebagai berikut: Tabel 1.3 Instrumen Skala Likert No. Skala
Skor 1 Sangat Setuju (SS) 5 2
Setuju (S) 4 3
Kurang Setuju (KS) 3 4 Tidak
Setuju (TS) 2 5
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber: Sugiyono (2008:132) 4. Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sun Plaza Medan
yang berlokasi di Jl. K.H.
Zainul Arifin No.7
Medan. Waktu penelitian ini mulai dilakukan sejak Juni 2010– November 2010.
5. Populasi dan
Sampel a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2008:389). Populasi dalam penelitian
ini adalah pengunjung Sun Plaza Medan yang pernah melakukan kunjungan minimal 2 kali dan telah berumur 17
tahun karena usia tersebut dianggap peneliti
cukup matang dalam proses berpikir untuk memberikan responnya terhadap penelitian ini yang
jumlahnya tidak diketahui atau tidak teridentifikasi
(unidentified).
b.
Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang akan
diteliti dan yang dianggap dapat
menggambarkan populasinya. Rancangan
pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan rancangan sampel nonprobabilitas dengan teknik pengambilan sampel aksidental, dimana teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan memiliki kriteria yang sesuai maka akan
dijadikan sebagai sampel penelitian.
Menurut Supramono
dan Haryanto (2003:63)alternatif formula yang digunakan untuk menentukan sampel pada populasi yang
sulit untuk diketahui (unidentified) adalah
sebagai berikut: (Z α) 2 (p) (q) n = d 2
Keterangan: n = jumlah sampel Zα = Z tabel dengan tingkat signifikansi
tertentu Bila α= 0,05 Z = 1,96 Bila α= 0,01 Z = 1,67 p =
proporsi populasi yang diharapkanmelalui karakteristik tertentu q =
(1-p) proporsi populasi yang diharapkan tidak memiliki karakteristik tertentu d =
tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi Hasil riset awal terhadap 30 pengunjung Sun
Plaza diketahui 28 orang telah
berkunjung sebanyak minimal 2 kali dan telah berusia 17 tahun. Pada penelitian ini, sampel diambil dengan
menggunakan metode Purposive Sampling yaitu sampel yang dipilih dengan kriteria
tertentu (Sugiyono, 2008:392).
Penetapan jumlah
sampel dengan tingkat signifikan 5% dan tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi sebesar 5% adalah
sebagai berikut: (1,96) 2 (0,93)(0,07) n = (0,05)
2 = 100,03 Berdasarkan uraian diatas maka jumlah
responden yang akan dijadikan sampel
dalam penelitian ini adalah 101 orang.
6. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber
data , yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari responden terpilih pada
lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan (questionnaire) kepada
pengunjung Sun Plaza yang terpilih
sebagai sampel penelitian.
b. Data Sekunder Data sekunder adalah data primer yang telah
diolah lebih lanjut. Data ini diperoleh
melalui studi dokumentasi yang diperoleh dari buku, jurnal, majalah, dan internet yang dapat menjadi
referensi bagi penelitian ini.
Data sekunder yang
dicari seperti data jumlah pusat perbelanjaan.
7. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan beberapa
teknik antara lain: a. Daftar pertanyaan (questionnaire) Merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara peneliti menyediakan
daftar pertanyaan yang akan diisi oleh responden yang menjadi sampel penelitian.
b. Studi Dokumentasi Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui buku-buku, dokumen,
internet dan literatur yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
8. Uji Instrumen
Penelitian a. Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur itu mengukur apa yang ingin
diukur. Menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alatukur
secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan
setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir, dengan rumus Pearson
Product Momentdengan bantuan program
SPSS 16.0 for windows.Responden yang digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini akan
dilakukan pada 30 orang Mahasiswa Ekonomi
Program S-1 Manajemen USU yang tidak menjadi sampel dalam penelitian. Nilai corrected item total
correlationadalah 0,361 untuk 30 responden, yang dapat dilihat pada Tabel r Product
Moment(Situmorang, dkk, 2010:68).
Jika r hitung> r tabel, maka pertanyaan
tersebut valid Jika r hitung< r tabel, maka pertanyaan
tersebutdinyatakan tidak valid b. Uji
Reliabilitas Menurut Situmorang, dkk (2010:72),
reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu alat pengukur dipakai dua
kali untuk mengukur gejala yang sama dan
hasil pengukuran diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Reliabilitas diukur dari koefisen korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Koefisien
korelasi positif dan signifikan maka instrumen
tersebut dinyatakan reliabel. Penelitian ini akan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Menurut Ghozali
(2008:58), suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach’s alphalebih besar dari 0,80. Butir pertanyaan yang sudah
dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reabilitasnya dengan kriteria
sebagai berikut: Jika r alphapositif
atau > r tabel maka pertanyaan reliabel
Jika r alphanegatif atau < r
tabelmaka pertanyaan tidak reliabel 9.
Metode Analisis Data Metode analisis
data merupakan caraatau teknik dalam mengkaji data yang terkumpul dalam hubungannya dengan
hipotesis. Sesuai dengan masalah dan rangkaian
hipotesa, metode analisisyang digunakan untuk membuktikan kebenaran yang dimaksud adalah: a.
Metode Analisis Deskriptif Metode
analisis deskriptif yaitumetode dengan cara mengumpulkan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan
gambaran yang jelas mengenai pengumpulan
data dan dapat diketahui gambaran umum objek yang diteliti.
b. Uji Asumsi
Klasik Syarat asumsi klasik yang harus
dipenuhi model regresi berganda sebelum data
tersebut dianalisis adalah sebagai berikut: 1) Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui
suatu distribusi sebuah data mengikuti
atau mendekati distribusinormal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng dan distribusi data
tersebut tidak menceng ke kiri atau
menceng ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Pendekatan Grafik dan Pendekatan
Kolmogorv Smirnov.
Dengan menggunakan
tingkat signifikan5% (0,05) maka jika nilai Asymp.Sig. (2 – tailed) di atas nilai
signifikan 5% (0.05) artinya variabel
residual berdistribusi normal (Situmorang, dkk, 2010: 91).
2) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah sebuah grup dalam model
regresi terdapat ketidaksamaan variancedari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Probabilitas
signifikan di atas tingkat kepercayaan
5% (0,05) dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas
(Situmorang, dkk, 2010:98).
3) Uji Multikolinearitas Multikolinieritas berarti adanya hubungan
linier yang sempurna atau pasti di
antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas dapat
dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variante Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai
berikut: a) VIF < 5 maka tidak terdapat
multikolinearitas b) Tolerance> 0,1 maka tidak terdapat
multikoliniearitas (Situmorang, dkk,
2010:129).
d. Metode Analisis
Regresi Berganda Peneliti menggunakan
analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat. Peneliti menggunakan bantuan
program SPSS 16.0 for windows agar hasil yang diperoleh lebih terarah.
Persamaan regresi berganda yang digunakan
adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1+
b2X2+ ei Keterangan: Y = Keputusan berkunjung a =
Konstanta X1 = Faktor budaya X2 = Faktor psikologis b1,2 =
Koefisien regresi berganda e = Kesalahan penganggu (standard error) Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : 1) Uji secara simultan / serempak (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji apakah setiap
variabel bebas (Xi) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel terikat (Yi ) secara bersama-sama.
Kriteria pengujian
sebagai berikut: Ho : bi= 0, artinya
tidak terdapatpengaruh variabel bebas (Xi ) yaitu budaya (X1) dan psikologis (X2) terhadap
variabel terikat (Y), keputusan
berkunjung.
Ho : bi ≠0, artinya
terdapat pengaruh variabel bebas (Xi) yaitu budaya (X1) dan psikologis (X2) terhadap variabel
terikat (Y), keputusan berkunjung.
Kriteria
pengambilan keputusan: Ho diterima jika
F hitung< F tabel H0 ditolak jika F hitung> F tabel 2) Uji
secara parsial / Uji t Test uji parsial
menguji setiap variabel (X) apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat (Y) secara parsial (Sugiyono,
2008:12).
Kriteria pengujian sebagai berikut : Ho : bi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh
variabel bebas (Xi) yaitu budaya (X1)
dan psikologis (X2) terhadap variabel terikat (Y), keputusan berkunjung.
Ho : bi ≠0, artinya terdapat pengaruh variabel
bebas (Xi ) terhadap variabel terikat
(Y), keputusan berkunjung.
Dengan kriteria
pengambilan keputusan : Ho diterima jika
t hitung< t tabel Hoditolak jika t hitung> t tabel 3) Pengujian Goodness of Fit(R 2 ) Menunjukkan kuat lemahnya pengaruh atau
besarnya kontribusi variabel bebas (X)
terhadap variabelterikat (Y), dapat dilihat dengan tingkat determinan yang dapat dirumuskan
sebagai berikut (Sugiyono, 2008:186) D = R 2 , dimana 0< R 2 <1 Hal ini menunjukkan jika nilai R 2 semakin
dekat pada nilai 1 maka pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat semakin kuat.
Sebaliknya jika
nilai R 2 semakin dekat nilai 0 maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat semakin lemah.
Maka dapat disimpulkan semakin besar
nilai koefisien determinasi semakin baik kemampuan variabel bebas (Xi) yaitu budaya
(X1) dan psikologis (X2) menerangkan
variabel terikat (Y), keputusan berkunjung.
Download lengkap Versi Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi