Kamis, 07 Agustus 2014

Skripsi Syariah:TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP ANAK JALANAN PENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA


BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Allah  SWT  menciptakan  Nabi  Adam  As  semata-mata  hanya  untuk  bersujud  kepada-Nya,  begitu  pula  dengan  malaikat,  jin,  hewan,  tumbuhan, semua makhluk  yang kasat mata  maupun yang  abstrak, dengan  cara  beribadah  yang  telah  ditentukan  melalui  beliau  Rasulullah  Muhammad Saw selaku insan kamil yang terpilih secara mutlak.
Jauh sebelum adanya Nabi Muhammad  Saw  di bumi, Allah SWT  menciptakan  Nabi  Adam  As  sebagai  manusia  laki-laki  pertama  dan  Siti  Hawa  selaku  manusia  wanita  pertama  sekaligus  teman  dan  istri.  Nabi  Adam  As  turun  beserta  Siti  Hawa  ke  bumi  yang  semula  keduanya  dari  surga,  adapun  anak  yang  setiap  lahir  selalu  kembar.  Dari  sini  pula  awal  mula perintisan sejarah manusia.

Adapun  proses  terjadinya  anak  yaitu  bertemunya  dua  insan  lain  jenis  yang  saling  mengenal,  mencintai,  mengerti,  membutuhkan,  memahami, percaya  dan telah mendapat persetujuan dari  agama,  masingmasing  pihak  keluarga,  dan  negara.  Kemudian  dilanjutkan  dengan  manyalurkan  hasrat  kemanusiaan  yang  melekat  dari  ke  duanya,  dari  situ kita  menyepakatinya  dengan  istilah  perkawinan  hingga  akhirnya  Allah   SWT mewujudkan manusia baru di dalam rahim ibu yang masih berupa  janin.
Selama  mengandung  berbagai  upaya  dilakukan  demi  kesehatan  janin  meskipun  derita  dan  kebosanan  tiada  henti  memeluk  sang  ibu,  sehingga  tidak  heran  bila  ibulah  yang  paling  besar  sayangnya  terhadap  anak  yang  kelak  tumbuh  berkembang  menjadi  dewasa  arena  yang  demikian merupakan  hasil jerih payahnya selama sembilan bulan. Adapun  kasihnya  bapak  ke  anak  merupakan  harapan  setiap  anak  berikut  ibu  dari  sang anak seperti yang diidamankan setiap keluarga manapun.
Perkembangan  populasi  manusia  melalui  perkawinan  demi  perkawinan tersebar merata  di  segala  penjuru bumi yang kian hari selalu  meningkat, dari setiap perkawinan yang berlangsung seorang ibulah yang  lebih  banyak  menghabiskan  waktunya  kepada  anak  daripada  sang  ayah,  namun di  balik sedikitnya waktu ayah untuk anak ialah tidak lain mencari  nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Seiring dengan  perkembangan zaman, perihal kasih sayang orang  tua  ke  anak  menjadi  terbalik  karena  keanekaragaman  faktor  yang  mempengaruhi orang  tua sehingga  anaklah yang menjadi tulang punggung  keluarga (mencari nafkah)  dengan sebab anak ditinggal pergi ke dua orang  tua,  penculikan  dari  luar  daerah  bahkan  luar  pulau  berikut  mengobarnya nafsu  angkara  hingga  terjadi  pertumpahan  darah  antar  warga  yang   menyinggung  sampai  keturunan,  hingga  salah  satu  anak  yang  selamat  melarikan  diri  sambil  berpikir  keras  agar  selamat  dari  maut  yang  berlari menghampirinya.
Kebobrokan  moral  keluarga  yang  salah  satu  orang  tua  anak  tersebut  melakukan  moh  limo  (ajaran  tentang  pantangan  untuk  santri  berdasarkan  pemikiran  Raden  Rahmad  Rahmatullah,  Sunan  Ampel  Surabaya)  sehingga  sang  anak  bingung  antara  memilih  tetap  tinggal  (dengan ancaman yang bertubi-tubi dari orang tua) atau pergi dari rumah  (minggat) demi kebebasannya.
Kehidupan  orang-orang  pinggiran  dan  keluarganya  yang  memprihatikan di tengah carut marutnya keramaian kota, seperti menjadi  korban  tabrak  lari  yang  menyebabkan  kelumpuhan  pada  organ  tubuhnya  sehingga  ayah  kesulitan  mencari  nafkah  atau  bahkan  sampai  meninggal  dunia  yang  akhirnya  membuat  semakin  terpuruknya  nasib  keluarga  yang  ditinggal  mati,  namun  pemerintah  sendiri  hanya  memberikan  himbauan  positif kepada masyarakat namun sedikit aplikasi untuk mereka.
Indonesia  adalah  suatu  bangsa  dengan  jumlah  populasi  muslim  dan muslimahnya yang besar, namun di  balik kebesaran populasi tesebut,  terdapat  anak-anak  kecil  yang  turun  ke  jalan  mencari  nafkah  dengan  berbagai  cara  yang  semestinya  mereka  mendapatkan  hak  hidup  mereka  yang sesuai masa usianya berupa kasih sayang orang tua.
 Istilah pekerja anak adalah sebuah sikap yang membuat anak untuk  bekerja di mana usia anak tersebut masih di bawah umur atau belum layak  kerja,  juga  memiliki  konotasi  pengeksploitasian  atas  tenaga  mereka  dengan  gaji  yang  kecil,  berbahaya  terhadap  kepribadian,  keamanan,  dan  prospek masa depan mereka.
 Maka lahirlah suatu lingkungan yang memberdayakan perampasan  hak  anak  oleh  mereka  yang  lebih  mengutamakan  kepentingan  pribadi.
Akibatnya  anak-anak  tersebut  menjadi  tersingkirkan,  terlantar,  memaksa  mereka  yang  dalam  usia  belianya  berusaha  keras  memenuhi  sendiri  kebutuhan  hidupnya  dengan  turun  ke  jalan  guna  mencari  nafkah  di terminal  Purabaya  Bungurasih  tentu  di  sana  terdapat  banyak  macammacam  orang  yang  berada  di  sekeliling  anak-anak  kecil  tersebut  yang  semestinya  bergelut  dengan  buku  dan  berbagai  macam  permainan  anak  yang menantinya.
Islam  membahas  tentang  perlindungan  hak-hak  setiap  orang  termasuk  membahas  hak  anak-anak  untuk  mendapatkan  perlindungan  karena  dengan  terlindungnya  hak  setiap  anak,  maka  akan  mudah  pula  si  anak  mewujudkan  ekspresi  cita-cita  hidupnya.  Hukum  Islam  mengakui  eksistensi hak-hak setiap anak di dalam kondisi tertentu, seperti keluarga  tidak mampu yang juga memiliki hak anak sebagaimana pada umumnya.
 httpid.wikipedia.orgwikiPekerja anak.htm, 23 Mei 2013, 21:00 WIB .
 Anak  merupakan  anugerah  yang  diberikan  Allah  SWT  kepada  setiap orang tua sebagai penerus agama, penerus keturunan, penerus bangsa  sehingga  beban  berat  yang  semestinya  ditanggung  orang  tua  yang  berupa  merawat,  memelihara,  dan  menyejahterakan  digantikan  begitu  saja  oleh  anak. Padahal di dalam Pasal 34 UUD 1945 berbunyi: fakir miskin dan anak  terlantar dipelihara oleh Negara.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi