Kamis, 07 Agustus 2014

Skripsi Syariah:TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN HAK WARIS DENGAN CARA LOTRE (Studi Kasus di Desa Kemlokolegi Kab. Nganjuk)


BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Agama  Islam  yang  dibawakan  Nabi  Muhammad  SAW  merupakan  sebuah  aturan  yang  lengkap  dan  sempurna  yang  mengatur  segala  aspek  kehidupan  untuk  keselamatan  dunia  dan  akhirat.  Salah  satu  syari’at  yang  diatur  dalam  agama  Islam  adalah  tentang  hukum  waris,  yakni  pemindahan  harta  waris  kepada  ahli  waris  yang  berhak  menerimanya.  Harta  waris  yaitu  segala  jenis  harta  benda  atau  kepemilikan  yang  ditinggalkan  pewaris,  baik  berupa uang, tanah dan sebagainya.
  Hukum  kewarisan  menempati  tempat  yang  sangat  penting  dalam  perkembangan  sejarah  hukum  Islam.  Karenanya,  para  fuqaha  banyak  membincangkan masalah tersebut, mulai dari masalah klasik sampai  modern.

 Bahkan  para  fuqaha  menjadikan  hukum  tersebut  sebagai  salah  satu  cabang  ilmu tersendiri yang disebut dengan ilmu “waris” atau faraid.
  Bagi  seorang  muslim,  tidak  terkecuali  apakah  dia  laki-laki  atau  perempuan  yang  tidak  memahami  atau  tidak  mengerti  hukum  waris  Islam maka  wajib  hukumnya  (dilaksanakan  berpahala,  tidak  dilaksanakan  berdosa)  Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pmembagian Warisan Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani  Press, 1996),   Ahmad Azhar Basyir, Hukum Waris Islam, (Yogyakarta: bagian penerbit FE UII, 1990), 7   baginya  untuk  mempelajarinya.  Dan  sebaliknya  bagi  siapa  saja  yang  telah  memahami dan menguasai hukum waris Islam,  maka berkewajiban pula untuk  mengajarkannya  kepada  orang  lain.  Kewajiban  belajar  dan  mengajarkan  tersebut  dimaksudkan  agar  di  kalangan  kaum  muslimin  (khususnya  dalam  keluarga)  tidak  terjadi  perselisihan-perselisihan  disebabkan  masalah  pembagian  harta  warisan  yang  pada  gilirannya  akan  melahirkan  perpecahan/keretakan dalam hubungan kekeluargaan kaum muslimin.
  Syariat Islam telah menetapkan peraturan-peraturan untuk mewaris di  atas  sebaik-baik  aturan  kekayaan,  terjelas  dan  paling  adil.  Sebab,  Islam mengakui  pemilikan  seseorang  atas  harta,  baik  ia  laki-laki  atau  perempuan,  melalui  jalan  yang  dibenarkan  syariah,  sebagaimana  Islam  mengakui  berpindahnya  sesuatu  yang  dimiliki  seseorang  ketika  hidupnya  kepada  ahli  warisnya sesudah matinya, baik ahli waris itu laki-laki atau perempuan, tanpa  membedakan antara anak kecil atau orang dewasa.
 Al-Qur’an yang mulia telah menerangkan hukum-hukum kewarisan,  keadaan-keadaan setiap ahli waris dengan penjelasan yang  cukup memadai, di  mana tidak seorang pun di antara manusia yang luput dari bagian atau batasan  warisan.  Sebab,  Al-Qur’an  sebagai  sandaran  dalam  menetapkan  hukum  dan  kadar bagiannya.
   Surahwadi K. Lubis, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), 1.
  Muhammad Ali Ash-shabuniy, Hukum Waris Islam, ( Surabaya: Al- Ikhlas, 1995),  47.
  Di antara aturan yang mengatur hubungan antar sesama manusia yang  diciptakan  Allah  adalah  aturan  tentang  harta  warisan  (Hukum  Kewarisan  Islam)  yang  mengatur  peralihan  harta  dari  seseorang  yang  telah  meninggal  kepada yang masih hidup.  Harta yang ditinggalkan oleh seseorang yang telah  meninggal  dunia  memerlukan  pengaturan  tentang  siapa  yang  berhak  menerimanya, berapa jumlahnya, dan bagaimana cara mendapatkannya.
 Berkaitan dengan masalah waris, hukum Islam telah mengatur dengan  sedemikian rupa sebagaimana yang termaktub dalam al- Qur’anArtinya:  “Allah  mensyariatkan  bagimu  tentang  pembagian  pusaka  untuk  anakanakmu.  Yaitu:  bagian  seorang  anak  laki-laki  sama  dengan  bagian  dua  anak  perempuan;  dan  jika  anak  itu  semuanya  anak  perempuan  lebih  dari  dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika  anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan  untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta  yang  ditinggalkan,  jika  yang  meninggal  itu  mempunyai  anak;  jika  orang  yang  meninggal  itu  tidak  mempunyai  anak  dan  ia  diwarisi  oleh  bapakibunya  (saja),  maka  ibunya  mendapat  sepertiga;  jika  yang  meninggal  itu  mempunyai  beberapa  saudara,  maka  ibunya  mendapat  seperenam.
 (pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia  buat  atau  (dan)  sesudah  dibayar  hutangnya.  (Tentang)  orang  tuamu  dan  anak-anakmu,  kamu  tidak  mengetahui  siapa  diantara  mereka  yang  lebih  dekat  (banyak)  manfaatnya  bagimu.Ini  adalah  ketetapan  dari   Allah.Sesungguhnya Allah maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S.
 An-Nisa’ :11).
  Surat An-nisa’ ayat 12: َ Artinya: “  Dan  bagimu  (suami-suami)  seperdua  dari  harta  yang  ditinggalkan  oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika Isteriisterimu  itu  mempunyai  anak,  Maka  kamu  mendapat  seperempat  dari  harta  yang  ditinggalkannya  sesudah  dipenuhi  wasiat  yang  mereka  buat  atau  (dan)  seduahdibayar  hutangnya.  para  isteri  memperoleh  seperempat  harta  yang  kamu  tinggalkan  jika  kamu  tidak  mempunyai  anak.  jika  kamu  mempunyai  anak,  Maka  para  isteri  memperoleh  seperdelapan  dari  harta  yang  kamu  tinggalkan  sesudah  dipenuhi  wasiat  yang  kamu  buat  atau  (dan)  sesudah  dibayar  hutang-hutangmu.  Jika  seseorang  mati,  baik  laki-laki  maupun  perempuan  yang  tidak  meninggalkan  ayah  dan  tidak  meninggalkan  anak,  tetapi  mempunyai  seorang  saudara  laki-laki  (seibu  saja)  atau  seorang  saudara  perempuan  (seibu  saja),  Maka  bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta.
 tetapi  jika  Saudara-saudara  seibu  itu  lebih  dari  seorang,  Maka  mereka  bersekutu  dalam  yang  sepertiga  itu,  sesudah  dipenuhi  wasiat  yang  dibuat  olehnya  atau  sesudah  dibayar  hutangnya  dengan  tidak  memberi  mudharat  (kepada  ahli  waris)[274].  (Allah  menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at  yang benar-benar   Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Syaamil Cipta Media,  2005), 78.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi