Selasa, 09 Desember 2014

Skripsi Hukum: Hak konsumen atas kandungan produk makanan di tinjau dari undang-undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
Skripsi Hukum: Hak konsumen atas kandungan produk makanan di tinjau dari undang-undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
Hubungan  antara  pelaku  usaha  dan  konsumen  kini  telah  menimbulkan  banyak  permasalahan  di  masyarakat  dimana  konsumen  sebagai pihak yang menggunakan jasa atau benda dari yang disediakan  oleh  pelaku  usaha  sering  sekali mengalami  kerugian  dikarenakan  perbuatan  dari  pihak  pelaku  usaha.  Pelaku  usaha  sering  berbuat  sesukanya  karena  ia  merasa  dibutuhkan  oleh  konsumen.  Karena  ketidakadilan dimasyarakat semakin hari semakin banyak, dan semakin  banyak pula konsumen yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha, maka  mulailah disuarakan mengenai perlindungan konsumen.

Perlindungan  konsumen  telah  meletakkan  konsumen  dalam  posisi  terendah  dalam  menghadapi  para  pelaku  usaha.  Hal  ini  disebabkan  karena pada umumnya pelaku usaha selalu berlindung di balik perjanjian  baku  yang  ditanda  tangani  oleh  kedua  belah  pihak  yaitu  pelaku  usaha  dan  konsumen.  Tidak  adanya  alternatif  yang  diambil  oleh  konsumen  telah  menjadi  satu  rahasia  umum  dalam  dunia  industri  usaha  di  Indonesia (Gunawan Wijaya Ahmad Yani,2000:3).
Dikarenakan  posisi  konsumen  yang  berada  dalam  posisi  yang  lemah,  maka diperlukan suatu hukum untuk melindungi konsumen dari pelaku  usaha yang bertindak merugikan konsumen. Hal itu lah yang mendasari  lahirnya  Undang-Undang   Nomor  8  Tahun  1999  tentang Perlindungan  Konsumen yang disahkan dan diundangkan pada tanggal 20 April 1999,  dan baru berlaku secara efektif sejak tanggal 20 April 2000. Di dalam  Undang-Undang  Nomor  8  Tahun  1999  diatur  bagaimana  penyelesaian  suatu  sengketa  yang  mungkin  akan  timbul  diantara  konsumen  dan  pelaku  usaha.  Yang  dimana  sengketa  diantara  konsumen  dan  pelaku  usaha tidak mungkin dihindari karena pasti akan ada pihak-pihak yang    ingin menguntungakn diri sendiri tanpa melihat dampaknya bagi orang  lain yang mungkin akan merasa dirugikan.
Sebagaimana  diketahui  dari  keterbukaan  itu  akan  memberikan  begitu banyak tantangan baik sebagai konsumen, produsen/ pengusaha  ataupun  pemerintah.  Salah  satu aspeknya adalah  bahwa  akan  semakin  meningkat permasalahan perlindungan konsumen. Dampak yang timbul  tersebut  perlu  mendapat  perhatian  bersama,  karena  perkembangan  dinamis  dan  terus  menerus  yang  terjadi  di  bidang  ekonomi,  banyak  menimbulkan permasalahan baru di bidang perlindungan konsumen.
Kenyamanan  konsumen  dalam  mengkonsumsi  suatu  produk,  baik  berupa  produk  barang  maupun  jasa  menjadi  perhatian  tersendiri  bagi  para  konsumen  pada  khususnya  dan  produsen  pada  umumnya.
Banyak pertimbangan yang dilakukan konsumen dalam mengkonsumsi  suatu produk kususnya produk makanan dan minuman agar konsumen  mendapatkan  kenyamanan  maupun  keamanan.  Pertimbangan  tersebut  antara  lain  bahan  apa  yang  terkandung  dalam  produk  makanan  dan  minuman,  kandungan  gizi  dalam  produk  makanan  dan  minuman,  pengolahan  bahan  makanan  saat  proses  produksi,  penyimpanan,  pengemasan,  kekhalalan,  serta  masa  kadaluwarsa  suatu  produk  makanan dan minuman.
Banyaknya  produk  makanan  dan  minuman  yang  beredar  di  masyarakat  tanpa  mengindahkan ketentuan tentang pencantuman  label  kadaluwarsa  dinilai  sudah  meresahkan  konsumen.  Di  pasaran  masih  ditemukan  produk  pangan  segar  dan  olahan  kemasan  yang  telah  kadaluwarsa, tidak hanya di pasar tradisional tapi juga di supermarket.
Produk  makanan  olahan  yang  ditemukan  antara  lain  makanan  kaleng  dan  beku  (daging,  bakso,  ikan,  nugget).  Kasus-kasus  peredaran  makanan  kadaluwarsa  tersebut  terutama  terjadi  menjelang  hari  besar  agama  dan  tahun  baru.  Tidak  jarang  Badan  Pengawas  Obat  dan  Makanan (BPOM) melakukan kontrol ke lapangan yaitu ke pasar-pasar  swalayan  atau  supermarket  menjelang  lebaran  dan  menemukan    sejumlah  parsel  yang  berisi  makanan  dan  minuman  yang  telah  kadaluwarsa.  Tidak  sedikit  para  pelaku  usaha  yang  mencoba  untuk  meraih  keuntungan yang sangat besar dalam kondisi permintaan pasar  yang  sangat  tinggi  dengan  melakukan  kecurangan  yang  sangat  merugikan konsumen.
Melalui  media  internet  dalam  situs  detikcom  penulis  memperoleh data bahwa dalam operasi yang digelar menjelang Lebaran  tahun  2012  Balai  Besar  Pengawas  Obat  dan  Makanan  (BPOM)  Semarang  menyita  sedikitnya  764  barang  yang  tidak  layak  untuk  dikonsumsi.  Produk-produk  tersebut  terdiri  dari  makanan  kaleng, mie  instant, snack,  ikan  asin,  minuman  ringan,  dan  lain  sebagainya  yang  ditemukan  di  11  daerah  di  Jawa  Tengah  dan  tersebar  di  45  swalayan  dan  43  toko  atau  kelontong.  Berdasarkan  data  dari  BPOM,  sebanyak  492  produk  kadaluwarsa,  66  produk  tidak  terdaftar,  161  produk  tidak  memenuhi  syarat,  dan  45  produk  tidak  memenuhi  syarat  label  halal.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka konsumen perlu dilindungi secara  hukum  dari  kemungkinan kerugian  yang dialaminya  karena  perbuatan  curang  pelaku  usaha.  Masalah  perlindungan  konsumen  tidak  sematamata masalah orang-perorangan, tetapi sebenarnya merupakan masalah  bersama dan masalah nasional sebab pada dasarnya setiap orang adalah  konsumen.
Persoalan perlindungan konsumen bukan hanya pada pencarian  siapa  yang  bersalah  dan  apa  hukumannya,  melainkan  juga  mengenai  sosialisasi  terhadap  konsumen  dan  penyadaran  kepada  semua  pihak  tentang  perlunya kenyamanan  dan keamanan di dalam  mengkonsumsi  suatu produk barang maupun jasa.
Pangan  adalah  kebutuhan  pokok  manusia  untuk  dapat  melangsungkan  hidup.  Undang-undang  No.  7  Tahun  1996  tentang  pangan  menyebutkan  bahwa  pangan  merupakan  kebutuhan  dasar  manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia  dalam  mewujudkan  sumber  daya  manusia  berkualitas  untuk    melaksanakan pembangunan nasional. Hal tersebut mengisyaratkan kita  bahwa  betapa  pentingnya  masalah  pangan  untuk  ditangani  dan  merupakan  tanggungjawab  semua  pihak.  Dari  hasil  kajian  BPKN  di  bidang  pangan  terkait  dengan  perlindungan  konsumen  ditemukan  4  (empat)  masalah  utama  yang  terkait  dengan  keamanan  konsumen  terhadap  makanan  yang  dikonsumsinya,  yaitu  :  Keracunan  makanan  dapat  terjadi  karena  rusak  dan  terkontaminasi  atau  tercampur  dengan  bahan  berbahaya,  penggunaan  bahan  terlarang, ketentuan  label  bagi  produk-produk  industri  makanan  dan  minuman  yang  tidak  sesuai  dengan  ketentuan  label dan  iklan pangan (PP 69  Tahun 1999) beserta  Permenkes,  produk-produk  industri  makanan  dan  minuman  yang  kadaluwarsa.
Berbicara  mengenai  perlindungan  konsumen  sama  halnya  dengan  membicarakan  tanggung  jawab  pelaku  usaha/tanggung  jawab  produk  (product  liability),  karena  pada  dasarnya  tanggung  jawab  produsen  dimaksudkan  untuk memberikan  perlindungan  kepada  konsumen.  Agnes  M.  Toar (2007;  75) mengartikan tanggung  jawab  produk  sebagai  tanggung  jawab  para  produsen  untuk  produk yang  dibawanya ke dalam peredaran, yang menimbulkan atau menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada produk tersebut.
Perusahaan  perdagangan  adalah  perusahaan  yang  kegiatannya  membeli  barang  untuk  kemudian  dijual  kembali  tanpa  mengadakan perubahan pada barangnya, sehingga bentuk maupun jenis  barangnya tetap tidak berubah.
Perusahaan  perdagangan  itu  meliputi  perdagangan  besar  dan  pedagang  eceran  (retail).  Perdagangan  besar  yaitu  penjualan  kembali  barang-barang  dan  juga  distributor  serta  pedagang  besar  lainnya,  sedangkan  pedagang  eceran  (retail)  adalah  perusahaan  perdagangan  yang  melayani  konsumen  akhir  yang  membeli  barang-barang  untuk  keperluan  pribadi,  seperti;  supermarket,  toko,  kios,  apotek  dan  pedagang eceran lainnya.
  Pasar  Swalayan  merupakan  salah  satu  distributor  yang  memasarkan  produk  makanan  dan  minuman  dari  para supplier,  tidak  tertutup  kemungkinan  adanya  barang-barang  cacat  yang  lepas  dari  pengawasan  divisi quality  controlpihak supplier yang  bersangkutan,  rusak  dalam  proses  pengiriman,  atau  sudah  melampaui  masa  kadaluwarsa.  Pasar  Swalayan  sebagai  perusahaan  eceran  (retail)  tentunya  juga  harus  bertanggung jawab  untuk  melakukan  pengawasan  dalam  memasarkan  produk  makanan  atau  minuman  sesuai  standar  nasional  Indonesia  termasuk  kaitannya  dengan  produk-produk  yang  kadaluwarsa,  selain  itu  pasar  swalayan  juga  harus  dapat  memberikan  penyelesaian  yang  tidak  merugikan  konsumen  apabila  konsumen  mengajukan  tuntutan  dan  atau  ganti  rugi  atas produk  tersebut.
Konsumen  terkadang  cemas  dalam  memilih  produk-produk  makanan  dan  minuman  yang  dijual  dipasaran  apakah  masih  dalam  batas  aman  dikonsumsi  atau  tidak  yaitu  sudah  melampaui  batas  kadaluwarsa  atau  belum.
Penulis  kemudian  tertarik  melakukan  penelitian  dengan  judul  : Hak  Konsumen  Atas  Isi  Kandungan  Produk  Makanan  Di  Tinjau  Dari  Undang-Undang  No  8  Tahun  1999  Tentang  Perlindungan  Konsumen.
B. Rumusan masalah.
Adapun  perumusan  permasalahan  dalam  penelitian  ini  adalah  sebagai  berikut:.
1. Bagaimana  ketentuan  yang  mengatur  hak  konsumen  atas  isi  kandungan dalam suatu produk makanan?.
2.  Apakah  konsumen  telah  mendapatkan  perlindungan  sesuai  dengan  Undang-undang  perlindungan  konsumen  tentang  adanya  produk  makanan dan minuman kadaluarsa ?.
  C.  Tujuan Penelitian.
Suatu  penelitian  tentu  memiliki  tujuan-tujuan  yang  ingin  dicapai  oleh  seorang peneliti dalam penyusunannya.  Tujuan tidak boleh lepas dari  permasalahan  yang  sudah  dirumuskan  sebelumnya  karena  merupakan  rangkaian yang tidak terpisahkan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah  sebagai berikut:.
1.  Tujuan Obyektif.
a.  Untuk mengetahui ketentuan yang mengatur hak konsumen atas  isi kandungan dalam suatu produk makanan.
b.  Untuk  mengetahui  perlindungan  terhadap  konsumen  atas  informasi yang tercantum dalam produk kemasan makanan yang  dijual.
2.  Tujuan Subyektif.
a.  Untuk  memperoleh  data  yang  lebih  lengkap  sebagai  bahan  utama  dalam  penyusunan  penulisan  hukum  (skripsi)  sebagai  salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang  ilmu hukum.
b.  Untuk  mengembangkan  pengetahuan  yang  didapat  penulis  selama kuliah dan memperdalam pengetahuan penulis mengenai  Hukum Administrasi Negara yang berhubungan dengan Hukum  Perlindungan Konsumen.
D.  Manfaat Penelitian.
Dengan  adanya  suatu  penelitian  diharapkan  dapat  memberikan  manfaat  yang  diperoleh,  terutama  bagi  bidang  ilmu  yang  diteliti.  Manfaat  yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :.
 1.  Manfaat Teoritis.
a.  Untuk  mengembangkan  ilmu  pengetahuan  melalui  kegiatan  penelitian.
b.  Untuk  membandingkan  kebenaran  pengetahuan  yang diperoleh  di  bangku  kuliah  dengan  pelaksanaan  di  lapangan  sehingga  mengetahui  perbedaan  dan  persamaan  yang  jelas  antara  teori  yang ada dengan praktek pelaksanaannya yang selanjutnya dapat  dikembangkan guna memperoleh pengetahuan yang diharapkan  dapat  memberikan  bahan  masukan  bagi  usaha  perlindungan  konsumen pemakai produk makanan dan minuman.
2.  Manfaat Praktis.
a.  Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan  pemikiran  bagi  berbagai  pihak  yang  terlibat  baik  langsung  maupun  tidak langsung dalam  usaha  pelaksanaan perlindungan  konsumen atas produk barang yang dijual.
b.  Melalui  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  masukan  bagi  pelaku  usaha  dalam  pelaksanaan  upaya  perlindungan  konsumen dalam rangka menjual produk makanan dan minuman  bermutu bagi konsumen.

 Skripsi Hukum: Hak konsumen atas kandungan produk makanan di tinjau dari undang-undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi