Selasa, 09 Desember 2014

Skripsi Hukum: Peranan Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta Dalam Mewujudkan Pengelolaan Lingkungan

BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Skripsi Hukum: Peranan Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta Dalam Mewujudkan Pengelolaan Lingkungan
Republik  Indonesia  disingkat  RI  atau  Indonesia  adalah  negara  di  Asia  Tenggara,  terletak  di  garis  khatulistiwa  dan  berada  di  antara  benua  Asia  dan  Australia  serta  antara  Samudra  Pasifik  dan  Samudra  Hindia. Karena  letaknya  yang  berada  di  antara  dua  benua,  dan  dua  samudra,  ia  disebut  juga  sebagai  Nusantara  (Kepulauan  Antara).  Terdiri  dari  17.508  pulau,  Indonesia  adalah  negara  kepulauan  terbesar  di  dunia  dengan  dua  pertiga wilayahnya berupa perairan (http://www.indonesia.go.id/in/sekilasindonesia/geografi-indonesia  diakses  tanggal  6  Mei  2013  pukul  13.04  WIB).  Perairan  tersebut  terdiri  dari  danau,  waduk,  rawa,  gletser,  sungai.

Hal-hal tersebut merupakan sumber daya alam yang pengelolaannya harus  diperhatikan. Perhatian  ini  tentunya  diarahkan  pada  perubahan  paradigma  pengelolaan  yang lebih menyeluruh dengan memperhatikan semua aspek  di dalamnya karena tidak dapat dipungkiri pengelolaan sumber daya alam  selama  ini  telah  mengabaikan  kaidah-kaidah  konservasi  dan  memarginalkan  masyarakat  yang  berada  disekitarnya.  Berbagai  permasalahan  pun  muncul  sebagai  akibat  kerusakan  sumber  daya  alam  tersebut.  Sebagai  dampak  dari  salah  satu  kerusakan  sumber  daya  alam  yang  diakibatkan  oleh  ulah  manusia  yang  terkadang  kurang  memperhatikan  terkait  lingkungan  sekitar  yaitu  seperti  kasus  permasalahan  banjir  di  berbagai  daerah  yang  akibat  dari  bencana  banjir  tersebut juga dapat merugikan manusia.
Tantangan  terbesar  bagi  pengelolaan  sumber  daya  alam  adalah  menciptakan  untuk  selanjutnya  mempertahankan  keseimbangan  antara  pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan keberlanjutan pemanfaatan dan     keberadaan  sumber  daya  alam.  Jadi  hal  ini  tidak  terlepas  dari  keberlanjutan  keberadaan  dan  layanan  bagi  kehidupan  manusia.
Keberlanjutan  pemanfaatan  dan  pencagaran  sumber  daya  alam  didefenisikan  sebagai  suatu  proses  perubahan  di  mana  kesinambungan  pemanfaatan  dan  pencagaran  sumber  daya  alam,  arah  investasi  pemanfaatan  sumber  daya  alam  dan  perubahan  kelembagaan  yang  berkaitan  dengan  pemanfaatan  dan  perlindungan  sumber  daya  alam  tersebut  konsisten  dengan  sasaran  saat  ini  dan  dimasa  datang  (Chay  Asdak, 2010:535).
Sungai   memiliki   peran   strategis   sebagai   salah   satu  sumber  daya alam yang mendukung kehidupan masyarakat. Peranan sungai di  dalam  konteks  perkotaan  menjadi   sangat   penting,   khususnya   dalam  upaya  mempertahankan   sumber   daya   air   yang   berkelanjutan.
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah satu aspek  dari   Pengelolaan   Sumber   Daya   Air  (PSDA)  pada  suatu  Wilayah  Pengembangan  Sumber  Air  (WPSA)  yang  merupakan  upaya  pendayagunaan  sumbersumber   air   secara   terpadu   dengan   upaya  pengendalian dan pelestariannya (Emirhadi Suganda, dkk, 2009:143).
Melalui  pengelolaan  Daerah  Aliran  Sungai  (untuk  selanjutnya  disebut  DAS)  dapat  memberikan  manfaat  bagi  lingkungan  sekitar  yang  dilewati  DAS  tersebut.  Hal  tersebut  dikarenakan  DAS  dipenuhi  oleh  tumbuhan,  tanah  dan  air  sehingga  keberadaannya  dapat  selalu  diperbaharui.  Pengelolaan  DAS  merupakan  upaya  yang  dilakukan  untuk  memberikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dan manusia  dengan tujuan untuk melestarikan dan menjaga keserasian ekosistem serta  meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam bagi manusia.
A watershed is commonly defined as an area in which all  water   drains   to   a   common   point.   From   a  hydrological  perspective, a watershed is a useful unit of operation and  analysis because it facilitates a systems approach to land and  water use in interconnected upstream and downstream areas areas     such as the Indian semi-arid tropics, watershed projects aim  to   maximize   the   quantity   of   water  available   for   crops,  livestock   and   human   consumption   through   on-site   soil   and  moisture   conservation,  infiltration  into  aquifers,  and  safe  runoff  into  surface  ponds.  (Aher  Satish  B  and  Pawar  Janardhan  R,  2012:637-638) Terjemahan Bebas DAS secara umum didefinisikan sebagai daerah di mana semua air  mengalir ke satu titik yang sama . dari  perspektif hidrologi , DAS  merupakan  unit  yang  berguna  operasi  dan  analisis  karena  memfasilitasi  pendekatan  sistem  penggunaan  lahan  dan  air  di  daerah  hulu  dan  hilir  saling  berhubungan  daerah  seperti  daerah  tropis  semi  kering  India,  proyek  DAS  bertujuan  untuk  memaksimalkan kuantitas air  tersedia untuk tanaman , ternak dan  konsumsi  manusia  melalui  tanah  di  tempat  dan  konservasi  air  ,infiltrasi  ke  akuifer  ,  dan  limpasan  aman  menjadi  tambak  permukaan.
Data  di  Kementerian  Kehutanan  mengungkapkan  108  DAS  di  beberapa  daerah  di  Indonesa  masuk  dalam  kategori  rusak  parah.  Hal  ini  dikarenakan terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan rusaknya  DAS  tersebut antara lain yaitu bencana alam dan akibat aktivitas manusia  seperti penebangan hutan secara liar, kebakaran hutan, perambahan hutan,  eksploitasi  hutan  dalam  lahan  secara  berlebihan  dan  penggunaan  lahan  yang tidak tepat (http://eksposnews.com/view/2/9428/Sekitar-108-DaerahAliran-Sungai-Di-Indonesia-Hancur.html#.UYdeH6LQnjF diakses tanggal  4 Mei 2013 pukul 14.47 WIB).
Degradation of watersheds in recent decades has brought the  long-term reduction of the quantity and  quality of land and  water resources. Changes in watersheds have resulted from a  range of natural and anthropogenic factors, including natural  soil erosion, changes in farming  systems, over abstraction of  water,   overgrazing,   deforestation,   and   pollution.   The  combination  of environmental costs and socioeconomic impacts  has prompted investment in watershed management in many  developing countries. (John Kerr, 2007:90)    Terjemahan Bebas Degradasi  DAS  dalam  beberapa  dekade  terakhir  telah  membawa  pengurangan  jangka  panjang  kuantitas  dan  kualitas  lahan  dan  sumber  daya  air.  Perubahan  DAS  telah  dihasilkan  dari  berbagai  alam  dan  faktor  antropogenik,  termasuk  erosi  tanah  alam,  perubahan  sistem  pertanian,  lebih  dari  abstraksi  air,  penggembalaan, penggundulan hutan, dan polusi. Kombinasi biaya  lingkungan dan  dampak sosial ekonomi telah mendorong investasi  dalam pengelolaan DAS di banyak negara berkembang negara.
Dampak  negatif  yang  ditimbulkan  oleh  kerusakan  DAS  tersebut  sangat  merugikan  kehidupan  penduduk,  seperti  banjir,  kekeringan,  erosi,  sedimentasi,  menurunnya  kesuburan  tanah,  produksi  pertanian  menurun,  dan  sebagainya.  Kerusakan  DAS  tersebut  perlu  segera  ditangani  secara  komprehensif melalui perencanaan pengelolaan DAS yang baik sehingga  kerusakan  lingkungan  dapat  segera  diminimumkan  dan  pada  gilirannya  dapat  memberikan  peningkatan  kualitas  lingkungan  dan  kesejahteraan  penduduk (Abdul Razak, 2008:2).
Pengertian sungai menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun  2011  tentang  Sungai  yaitu  alur  atau  wadah  air  alami  dan/atau  buatan  berupa  jaringan  pengaliran  air  beserta  air  di  dalamnya,  mulai  dari  hulu  sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Salah  satu  sungai  yang  terdapat  di  pulau  Jawa  yaitu  sungai  Bengawan  Solo.
Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa (600  km)  yang  mengalir  dari  Pegunungan  Sewu  di  Barat  hingga  Selatan  Surakarta ke Laut Jawa di utara Surabaya, dengan  luas DAS 16.100 km2,  yang terdiri atas : Sub DAS Bengawan  Solo Hulu (6.702 km2), Sub DAS  Bengawan  Solo  Hilir  (6.273  km2),  Sub  DAS  Kali  Madiun  (3.755  km2) (http://www.pu.go.id/satminkal/dit_sda/profil%20balai/BBWS/New/Profil eBalaiBengawanSolo.pdf diakses pada 13 Mei 2013 pukul 17.19 WIB).
DAS  Bengawan  Solo  merupakan  salah  satu  DAS  yang  memiliki  posisi penting di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi kegiatan sosial   ekonomi  perkotaan  dan  pedesaan  yang  ada  di  sekitarnya,  baik  untuk  kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan ekonomi. Pentingnya peranan  DAS dinyatakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)  yang menetapkan  DAS  Bengawan Solo sebagai salah satu prioritas utama  dalam  penataan  ruang  sehubungan  dengan  fungsi  hidrologi  untuk  mendukung  pengembangan  wilayah (http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=302  diakses tanggal 6 Mei 2013 pukul 15.27 WIB).
Saat  ini  banyak  permasalahan  yang  muncul  terkait  dengan  pengelolaan DAS Bengawan Solo. Salah satu kota yang menerima dampak  dari  permasalahan  DAS  Bengawan  Solo  yaitu  kota  Surakarta.
Permasalahan  tersebut  muncul  akibat  dari  kurangnya  efisiennya  pengelolaan  lingkungan  terhadap  DAS  Bengawan  Solo.  Disamping  itu  juga pertumbuhan penduduk di DAS Bengawan Solo terus bertambah dan  tinggal  di daerah rawan banjir. Tahun 1980 ada 13,5 juta jiwa, tahun 1990  menjadi 14,7 juta jiwa, dan tahun 2005 ada 17,5 juta jiwa. Tutupan hutan  hanya  13,6%  dari  luas  DAS.  Erosi  tanah  mencapai  3,14  mm/tahun  yang  melebihi  erosi  yang  ditoleransikan.  Kondisi  ini  mendukung  banjir  setiap  tahun  di  Bengawan  Solo  (http://www.bnpb.go.id/news/read/1350/rss  diakses  tanggal  26  Mei  2013  pukul  13.17  WIB).  Pertumbuhan  yang  semakin  bertambah  tersebut  tentunya  harus  diperhatikan  agar  tidak  menambah  dampak  dari  bencana  yang  ditimbulkan  Dengan  terdapatnya  potensi bencana cukup tinggi yang diakibatkan oleh  DAS  Bengawan Solo  maka  dapat  dikategorikan  bahwa  DAS  Bengawan  Solo  merupakan  salah  satu  DAS  di  Indonesia  yang  kritis  atau  rawan.  Tentunya  hal  inilah  yang  sudah  seharusnya  ditangani  dengan  melalui  pengelolaan  yang  baik, pengelolaan tersebut baik  melalui pengelolaan DAS maupun pengelolaan  lingkungan oleh pemerintah ditujukan untuk mencegah timbulnya bencana  agar  tidak  menjadi  seperti  bencana  banjir  besar  di  DAS  Bengawan  Solo  yang terjadi pada akhir tahun 2007.
   Akibat terjadinya hujan di bagian hulu dengan intensitas tinggi di  Sub  DAS  Bengawan  Solo  Hulu  dan  Kali  Madiun  pada  tanggal  25  Desember 2007, maka  terjadi banjir besar diseluruh DAS  Bengawan Solo  mulai  tanggal  26  Desember  2007,  yang  menimbulkan  kerusakan  akibat  banjir  besar  seperti  tergenangnya  perumahan,  fasilitas  umum,  kantor,  tempat  ibadah,  sawah/tegalan,  dan  jalan  nasional,  propinsi,  kabupaten  di  kota  dan  daerah  disekitar  sungai  Bengawan  Solo,  dimana  kondisi  itu  mempengaruhi  aktivitas  masyarakat  dan  perekonomian.  Kejadian  banjir  besar  tersebut  melanda  kabupaten/kota  di  sepanjang  aliran  sungai  Bengawan  Solo  diantaranya  yaitu  :  Solo,  Sukoharjo,  Sragen,  Ponorogo,  Madiun, Cepu, Bojonegoro, Tuban, Babat, Lamongan, Gresik dan daerah  disekitarnya(http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&ida rt=84 diakses pada tanggal 6 Mei 2013 pukul 15.29 WIB).
Karena  debet  air  dari  musim  kemarau  ke  musim  hujan  peningkatannya sudah sangat tinggi. Sudah lebih dari 100 kali. Ini terjadi karena  dampak  dari  keberkurangan  daerah  resapan  air.  Sebab  kemudian  tidak  ada  yang  menahan,  sehingga  air  hujan  terus  mengalir.  Semestinya,  air hujan yang jatuh itu akan tertahan oleh pohon-pohon atau pun tanaman.
Juga oleh akar-akar pohon. Setelah itu baru akan dialirkan (oleh alam) saat  musim  kering.  Jadi  tidak  langsung  mengalir  ke  sungai  karena  tutupan  lahan  sudah  jauh  berkurang.  Inilah  mengapa  Bengawan  Solo  dikatakan  super kritis. Bencana banjir lalu juga tanah longsor, adalah indikasi bahwa  daya  dukung  lingkungan  memang  sudah  menurun (http://www.suaramerdeka.com/harian/0801/13/bincang01.htm  diakses  pada tanggal 28 Agustus 2013 pukul 20.10 WIB).
DAS  sendiri  merupakan  salah  satu  sumber  mata  air  yang  amat  sangat  berpengaruh  terhadap  kehidupan  manusia  baik  untuk  kegunaan  kehidupan sehari-hari maupun bagi kegiatan-kegiatan lain yang berfungsi  guna  untuk  usaha-usaha  pemanfaatan  air  yang  berguna  untuk  meningkatkan  taraf  hidup  masyarakat.  Sehingga  untuk  menjaga  akan    pentingnya  pengaruh  dari  DAS,  pemerintah  terutama  pemerintah  daerah  kota  Surakarta  dalam  hal  ini  Badan  Lingkungan  Hidup  Kota  Surakarta  tentunya  memiliki  kewajiban  dalam  memperhatikan  terkait  pengelolaan  DAS Bengawan Solo sebagai tugas dari instansi pemerintah daerah dalam  melakukan pengelolaan terhadap lingkungan.
Pemerintah  telah  menetapkan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  37  Tahun  2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai sebagai pedoman  dalam  pengelolaan  DAS  dan  fungsi  pemerintah  dalam  mengelola  DAS  tertuang  dalam  Pasal  2  ayat  (2)  yaitu  “Pengelolaan  DAS  secara  utuh  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  diselenggarakan  melalui  tahapan: perencanaan,  pelaksanaan,  monitor  dan  evaluasi,  dan  pembinaan  dan  pengawasan".

Disamping itu pengelolaan DAS yang dilaksanakan oleh pemerintah harus  terencana dan berpola. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor  37  Tahun  2012  tentang  Pengelolaan  Daerah  Aliran  Sungai  yang  dituangkan dalam  Pasal  2 ayat (3) yaitu “Pengelolaan DAS sebagaimana  dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan rencana  tata  ruang dan pola pengelolaan sumber daya air sesuai dengan ketentuan  peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang dan sumber daya  air.” 
Skripsi Hukum: Peranan Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta Dalam Mewujudkan Pengelolaan Lingkungan

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi