Selasa, 09 Desember 2014

Skripsi Hukum: Tinjauan Yuridis Mengenai Pengangkatan Anak (Adopsi) Warga Negara Asing

BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
 Skripsi Hukum: Tinjauan Yuridis Mengenai Pengangkatan Anak (Adopsi) Warga Negara Asing
Dalam suatu kehidupan manusia tidak lepas dari keinginan untuk memiliki  seorang  keturunan.  Keinginan  untuk  memiliki  keturunan  atau  mempunyai  anak  merupakan  suatu  naluri  manusia  yang  alamiah.  Tetapi  kadangkala  naluri  itu  terbentur pada takdir Tuhan Yang Maha Kuasa dimana kehendak seseorang untuk  mempunyai anak tidak tercapai. Pada dasarnya manusia memiliki keinginan yang  tidak terbatas. Dalam usaha untuk dapat dikaruniai seorang anak, salah satu usaha  yang  pernah  manusia  lakukan  dengan  mengangkat  anak  atau  adopsi.

Pengangkatan  anak  atau  yang  lebih  dikenal  dengan  istilah  adopsi  adalah  mengangkat  anak  orang  lain  menjadi  anak  sendiri  melalui  suatu  lembaga  pengasuhan  anak  dilakukan  demi  mendapatkan  kepastian  hukum  mengenai  perubahan  status  dari  anak  angkat  tersebut  kedalam  praktek  kehidupan  masyarakat.
Kata  adopsi  sendiri  berasal  dari  bahasa  belanda adoptie yang  berarti  pengangkatan  seorang  anak  sebagai  anaknya  sendiri.  Adopsi  juga  berasal  dari  bahasa inggris adopt yang berarti mengangkat anak orang lain kemudian dianggap  sebagai  anak  kandungnya  sendiri.  Anak  memiliki  arti  penting  dalam  suatu  keluarga.  Dalam  sistem  hukum  adat  anak  merupakan  faktor  penting  dalam  hal  melanjutkan  generasi  dari  keluarga.  Marga  dari  suatu  keluarga  akan  diturunkan  kepada  anak  cucu  sehingga  marga  tersebut  tidak  hilang  begitu saja. Tujuan dari  pengangkatan  seorang  anak  dalam  hukum  adat  selain  untuk  melanjutkan  keturunan juga dipercaya sebagai pancingan bagi keluarga yang tidak mempunyai  anak untuk dapat mempunyai anak kandung. Keanekaragaman adat serta budaya  di  Indonesia  mencerminkan  berbagai  tata  cara  untuk  pelaksanaan  pengangkatan  anak menurut sistem hukum adat. Setiap daerah memiliki ciri khas yang berbeda  dan  unik  sehingga  membuat  beranekaragam  proses  pengangkatan  anak  dalam  kehidupan  masyarakat  adat. Dalam  adat  yang  berkembang  di  masyarakat  yang  beraneka ragam kebiasaan dan sistem peradabannya banyak cara yang dilakukan    untuk  mengangkat  anak  atau  mengadopsi  anak  dilihat  dari  kehidupan  sehari  hari, pengangkatan anak lebih banyak berdasarkan atas pertalian darah, sehingga  kelanjutan  kehidupan  keluarga  tersebut  tergantung  kepadanya,  adapun  harta  kekayaan  tersebut  juga  tergantung  apakah  anak  yang  dimaksud  berdasarkan  pertalian  darah  atau  tidak.  Demikian  juga  kedudukan  anak  tersebut  dalam  masyarakat masih dipengaruhi oleh perlakuan dan pertimbangan hukum tertentu.
Dalam  hukum  Islam  seorang  anak  merupakan  karunia  dan  titipan  dari  Allah SWT sehingga harus dijaga serta dipelihara sesuai dengan ketentuan normanorma  yang  berlaku  dalam  masyarakat.  Adopsi  dalam  hukum  Islam  sudah  ada  sejak  jaman  dahulu  kala.  Nabi  Muhammad  SAW  sebelum  diutus  sebagai  nabi  juga  melakukan  adopsi.  Saat  itu  Nabi  Muhammad  SAW  mengadopsi  seorang  anak bernama Zaid bin Haritsah yang pada saat itu dipanggil Zaid bin Muhammad  yang  artinya  anak  dari  Nabi  Muhammad  SAW.  Dengan  adanya  hal  tersebut  kemudian  Allah  SWT  menurunkan  larangan  dalam  Al-Quran  Surat  Al-Ahzaab  yang menjelaskan bahwa seorang anak  yang diangkat tidak menjadikannya  anak  kandung  sendiri  dan  Nabi  Muhammad  SAW  bukan  seorang  bapak  dari  seorang  laki-laki  diantara  kamu,  tetapi  dia  adalah  Rasullah  dan  penutup  para  nabi.
Perbuatan  adopsi  dalam  hukum  Islam  hanya  perkataan  di  mulut  saja  dan  tidak  menimbulkan  konsekuensi  anak  adopsi  tersebut menjadi  anak  kandung  sendiri.
Hal  tersebut  dikarenakan  anak  adopsi  tercipta  dari  tulang  sulbi  laki-laki  (ayah)  lain  yang  tidak  mungkin  orang  memiliki  dua  orang  ayah. Hukum  Islam  juga  mewajibkan umatnya untuk menolong dan mengasuh serta mendidik secara Islam  anak yang terlantar dengan benar dan perbuatan tersebut merupakan amal shaleh  yang berpahala besar di sisi Allah SWT.
Keberadaan  seorang  anak  yang  dikaitkan  dengan  hukum  positif  di  Indonesia  khususnya  pada  Undang-Undang Nomor  1  Tahun  1974 tentang  Perkawinan memiliki  arti  penting  tersendiri.  Pada  Undang-Undang  tersebut  dijelaskan  bahwa  tidak  dapat  lahirnya  seorang  anak  dalam  suatu  keluarga dapat  menjadi alasan bagi seorang suami untuk beristri lebih dari satu atau  yang biasa  dikenal  dengan  poligami.  Hal tersebut  dapat  dilakukan  oleh  seorang  suami  atas  izin  dari  pengadilan  yang  sebelumnya  telah  memenuhi  beberapa  syarat  untuk    berpoligami tercantum pada Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor  1 Tahun 1974  tentang Perkawinan. Ketentuan  mengenai adopsi yang pertama di  Indonesia  adalah Staatsblad Nomor  129  Tahun  1917.  Ketentuan  tersebut  hanya  berlaku  bagi  golongan  Tionghoa  saja  sehingga  masyarakat  selain  golongan  Tionghoa belum banyak mengenal adopsi. Masyarakat selain golongan Tionghoa  menggunakan ketentuan hukum adat untuk melaksanaan pengangkatan anak yang  pada saat pemerintah Indonesia belum dapat mengeluarkan suatu aturan khusus.
Dalam  Kitab  Undang-undang  Hukum  Perdata  (KUH  Perdata)  tidak ditemukan  suatu  aturan  atau  ketentuan  yang  mengatur  tentang  masalah  pengangkatan anak atau adopsi, yang ada hanyalah ketentuan tentang pengakuan  anak diluar kawin atau anak yang diakui, ketentuan ini boleh dikatakan tidak ada  hubungannya sama  sekali  dengan  masalah adopsi  karena  kitab  undang-undang  hukum perdata tidak pernah mengenal hak pengangkatan anak. Maka bagi orang  Belanda  pada  awalnya  tidak  dapat  mengangkat  anak  secara sah. Namun  pada  akhirnya  undang-undang  adopsi  atau adoptie  recht dapat  diterima  sebagai  suatu  undang-undang yang sah di Belanda.
Landasan  diterimanya  undang-undang  tersebut  adalah  bahwa  setelah  perang  dunia  ke-2  di  seluruh  Eropa  timbul  manusia  baru,  orang  tua  yang  telah  kehilangan  anak  yang  tidak  bisa  mendapatkan  anak  baru  lagi  secara  wajar  atau  anak  yatim  piatu  yang  telah  kehilangan  orang tuanya  dalam  peperangan  dan  lahirnya  anak  diluar  perkawinan.  Atas  landasan  itulah  maka Staten  Netherland telah  menerima  baik  undang-undang  Adopsi  (Adoptie  recht)  tersebut  yang  membuka kemungkinan terbatas untuk adopsi, dengan demikian perbuatan adopsi  telah dikenal oleh berbagai negara sejak zaman dahulu.
Di  dalam  ilmu  hukum  dikenal  istilah pengangkatan  anak  atau  adopsi  sebagai  suatu  lembaga  hukum,  di  mana  dalam  arti  ini  pengangkatan  anak  akibatnya bernilai yuridis. Pengangkatan anak sebagai suatu lembaga hukum telah  lama  dikenal  dalam  berbagai  kebudayaan  kuno  seperti  Yunani  Kuno,  Romawi  Kuno,  Jepang,  Tiongkok,  Indonesia  dan  negara-negara  Asia  lainnya.  Di  sini  lembaga pengangkatan anak berfungsi sebagai cara atau upaya untuk melanjutkan  keturunan terutama dengan adanya sistem pengabdian kepada leluhur.
  Seorang  anak  berhak  atas  pemeliharaan  dan  perlindungan  sejak  dalam  kandungan ibunya, selain itu anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan.
Adanya lembaga khusus yang menyelenggarakan pengasuhan anak terlantar yang  telah  mendapat  izin  dari  pemerintah  untuk  melaksanakan  proses  pengangkatan  anak  sangat  membantu  para  calon  orang  tua  angkat  untuk  dapat  memilih  anak  yang  akan  mereka  adopsi.  Anak  yang  akan  mereka  adopsi  ini  bisa  dari  kewarganegaraan Indonesia atau dari kewarganegaraan asing. Masyarakat saat ini  yang  semakin  modern dan  menjamurnya  budaya barat  yang  masuk  di  Indonesia  tidak  menutup  kemungkinan  bahwa  masyarakat  akan  mengadopsi  anak  warga  negara asing dan menjadikan hal tersebut sebagai gaya hidup modern.
Dengan adanya adopsi anak warga  negara  asing  maka akan timbul suatu  hak  dan  kewajiban  yang  harus  dilakukan  baik  dari  pihak  lembaga  pengasuhan  anak  terlantar,  calon  orang  tua  angkat  maupun  anak  yang  akan  diadopsi  itu  sendiri.  Kewarganegaraan  yang  berbeda  antara  calon  anak  angkat  dengan  calon  orang  tua  angkatnya  akan  menjadi  suatu  kenyataan  yang  harus  diterima  bagi  kedua belah pihak dengan mengikuti syarat dan ketentuan yang ada di Indonesia.
Aturan  mengenai  Kewarganegaraan  yang berbeda antara  anak angkat  dan orang  tua  angkatnya  terdapat  pada  Undang-Undang  Nomor  12  Tahun  2006  tentang  Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Memperhatikan  berbagai  pertimbangan  tersebut,  maka  didalam  hal  pengangkatan  anak  yang  dilakukan  menurut  adat  dan  kebiasaan  yang  harus  dilaksanakan  dengan  mengutamakan  kepentingan  kesejahteraan  anak  dan  dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang  Pelaksanaan Pengangkatan Anak. Adopsi warga negara asing dapat menimbulkan  suatu  permasalahan  yang  seakan-akan  mengesampingkan  kepentingan  serta  kebutuhan  anak  warga  negara  Indonesia  yang  juga  terlantar.  Kewarganegaraan  anak  angkat  yang  berbeda  dengan  kewarganegaraan  calon  orang  tua  angkatnya  juga harus dipertimbangkan  oleh yayasan sosial selaku  lembaga  yang diberi izin  oleh pemerintah untuk bergerak di bidang pengangkatan anak.
Dengan  adanya  hal  tersebut,  maka  penulis  merasa  tertarik  untuk  melakukan  penelitian  dengan  judul  TINJAUAN  YURIDIS MENGENAI    PENGANGKATAN ANAK (ADOPSI) WARGA NEGARA  ASING DITINJAU  DARI  PERATURAN  PEMERINTAH  REPUBLIK  INDONESIA  NOMOR  54  TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK.
B.  Rumusan Masalah.
Berdasarkan  uraian  latar  belakang di  atas,  maka  dapat  dirumuskan  beberapa permasalahan yang perlu dibahas adalah :.
1.  Bagaimana kepastian  hukum  dari anak angkat warga  negara  asing  di  Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan?.
2.  Bagaimana  persyaratan  adopsi  warga  negara  Indonesia  dan warga  negara asing di Indonesia?.
3.  Bagaimana status hukum dari anak yang di adopsi?.
C.  Tujuan Penelitian.
Setiap  hal  yang  dilakukan  pasti  mempunyai  suatu  tujuan.  Begitu  pula  penelitian hukum yang dilakukan penulis ini, yaitu :.
1.  Tujuan objektif.
a.  Untuk mengetahui apakah  anak  angkat  warga  negara asing  sudah  terpenuhi  kepastian  hukumnya  dalam  Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia  Nomor  54  Tahun  2007  tentang  Pelaksanaan  Pengangkatan Anak..
b.  Untuk mengetahui persyaratan adopsi warga negara Indonesia dan  warga negara asing serta status hukum dari anak yang di adopsi.
2.  Tujuan subjektif.
a.  Untuk  menambah  wawasan,  pengetahuan,  serta  kemampuan  analisis  penulis  dalam  bidang  hukum  perdata  dan  hukum  tata  negara,  khususnya  dalam  hal  yang  terkait  dengan  pelaksanaan  pengangkatan anak warga negara asing.
  b.  Untuk melengkapi syarat akademis guna memperoleh gelar sarjana  dibidang  ilmu  hukum  pada  Fakultas  Hukum  Universitas  Sebelas  Maret Surakarta.
c.  Untuk  menerapkan  dan  mengasah  ilmu  serta  teori  hukum  yang  telah penulis peroleh sehingga dapat memberi manfaat bagi penulis  sendiri khususnya dan masyarakat pada umumnya.
D. Manfaat Penelitian.
Penelitian hukum adalah suatu bentuk  proses untuk  mendapatkan aturanaturan  hukum,  prinsip-prinsip  hukum,  maupun  doktrin-doktrin  hukum  untuk  mendapatkan jawaban dari isu-isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki  2005:35). Penulis berharap bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini  akan  mempunyai  manfaat  bagi  penulis  dan  orang  lain.  Adapun  manfaat  yang  dapat diperoleh dari penelitian hukum ini antara lain :.
1.  Manfaat Teoritis.
a.  Hasil  penelitian  ini  diharapkan  memberi  manfaat  bagi  perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya  dan Hukum Perdata serta Hukum Tata Negara pada khususnya.
b.  Hasil  penelitian  ini  diharapkan  menambah  referensi  dan  literatur  kepustakaan  di  bidang  Hukum  Perdata  dalam  hal  pelaksanaan  pengangkatan  anak  warga  negara  asing  serta  di  bidang  Hukum  Tata Negara yang berkaitan dengan kewarganegaraan seorang anak  warga negara asing yang akan di adopsi.
c.  Hasil  penelitian  ini  dapat  dipakai  sebagai  acuan  terhadap  penelitian-penelitian sejenis di kemudian hari.
2.  Manfaat Praktis.
a.  Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
b.  Hasil  penelitian  dan  penulisan  ini  diharapkan  dapat  memberi  masukan  kepada  semua  pihak  yang  membutuhkan  pengetahuan  terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

    Skripsi Hukum: Tinjauan Yuridis Mengenai Pengangkatan Anak (Adopsi) Warga Negara Asing

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi